Mohon tunggu...
isma dwi kurniawan
isma dwi kurniawan Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Biologi UNY

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerita di Balik Gua Jlamprong (Gua Karst Gunungsewu)

23 Juli 2013   15:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:09 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1374567538140007747

[caption id="attachment_276947" align="alignleft" width="300" caption="Desa Mojo, Semanu, Gunungkidul"][/caption] Gua Jlamprong merupakan salah satu gua karst Gunungsewu yang terletak di Desa Mojo, Ngeposari, Semanu, Kabupaten Gunungkidul. Gua ini adalah satu dari sekian banyak gua karst Gunungsewu yang terbilang cukup unik dan ekosistemnya masih sangat alami.

Memang, gua ini masih terdengar asing bagi orang awam. Akan tetapi tidak bagi para peneliti dan kelompok pencinta alam. Gua ini merupakan salah satu gua favorit bagi para peneliti karena menyimpan keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Sedangkan bagi para kelompok pencinta alam gua ini juga menjadi salah satu gua pilihan karena menantangnya track susur gua di dalamnya.

Ruang-ruang di dalam gua Jlamprong (yang menjadi track susur gua) merupakan suatu sistem yang ternyata terhubung dengan ruang gua-gua lain. Hingga saat ini, telah dilakukan pemetaan track susur gua Jlamprong oleh salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Yogyakarta. Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, telah diketahui bahwa gua Jlamprong berhubungan dengan gua Gesing dan juga gua Sinden.

Nama “Jlamprong” ternyata berasal dari salah satu nama satwa langka yang menurut cerita masyarakat sekitar pernah tinggal di gua tersebut. Satwa tersebut adalah “Singa”. Menurut masyarakat sekitar, dahulu pernah hidup dua ekor singa di gua Jlamprong. Kedua singa tersebut diberi nama Jlamprong oleh masyarakat sekitar. Dahulu warga enggan dan takut untuk mendekati gua Jlamprong dan hanya mengamati gerak-gerik Singa dari kejauhan. Singa tersebut kabarnya cukup lama mendiami gua Jlamprong hingga akhirnya warga menemukan salah satu dari singa tersebut mati. Singa yang ditemukan mati tersebut selanjutnya dikubur oleh masyarakat di suatu tempat di gua Jlamprong yang kemudian dikeramatkan.

Selain Singa, kabarnya di daerah sekitar gua Jlamprong juga banyak ditemui satwa-satwa langka seperti macan loreng, macan kumbang dan macan cecep. Memang hingga sekarang belum ada penelitian yang secara gamblang  menjelaskan tentang keberadaan satwa-satwa tersebut. Akan tetapi berdasarkan cerita dari masyarakat, mereka dahulu sangat sering bertemu dengan macan-macan yang berkeliaran di sekitar kampung mereka. Namun seiring dengan berjalannya waktu jumlah satwa-satwa tersebut semakin berkurang dan kini mereka sangat jarang menjumpainya lagi. Walaupun demikian, kabarnya sekarang masih tetap ada saja warga yang mengaku melihatnya berkeliaran walaupun memang jumlahnya tak sebanyak dulu.

Selain karena menjadi persinggahan satwa-satwa liar, ketakutan mendekati gua Jlamprong juga diakibatkan karenya adanya cerita mistis mengenai gua Jlamprong yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan cerita dari masyarakat sekitar, memang cukup banyak kejadian-kejadian ganjil yang terjadi di gua Jlamprong. Sebagai contohnya adalah suatu kejadian ganjil yang dialami oleh mahasiswa UNES yang mengambil data kelelawar di gua Jlamprong. Kabarnya mereka mengambil sekarung sampel kelelawar untuk di identifikasi di kampus. Akan tetapi hal ganjil terjadi ketika sesampainya mereka di kampus. Sekarung kelelawar yang mereka ambil di gua Jlamprong berubah menjadi sekarung batu (cerita ini bersumber dari pengurus gua Jlamprong).

Namun di balik itu semua, gua Jlamprong tetaplah gua yang sesungguhnya menyimpan banyak sekali potensi, baik dari segi ilmiah maupun estetika. Sedikitnya telah dilakukan penelitian mengenai bagian dari ekosistem gua Jlamprong oleh anggota BSG (Biospeleology Studdien Gruppen) UNY pada tahun 2012 yakni meliputi arthropoda, plankton, fungi dan juga tumbuhan paku. Sedangkan pada tahun 2013 ini dilakukan penelitian kelelawar oleh anggota BSG UNY.

Kini, telah terbentuk badan pengurus gua Jlamprong yang sudah jelas struktur organisasinya. Badan yang beranggotakan masyarakat sekitar gua Jlamprong ini sedang berupaya mengangkat gua Jlamprong menjadi salah satu objek ekowisata minat khusus. Telah banyak pelatihan dan sosialisasi yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun pihak-pihak lain yang berkomitmen mengembangkan gua Jlamprong menjadi gua wisata. Memang, dari segi estetika gua ini menyimpan potensi besar berupa ornamen-ornamen gua yang sangat indah dan cukup menarik. Selain itu juga didukung dengan keberagaman dan keunikan ekosistemnya.

Setiap keputusan yang diambil memang selalu ada risikonya. Itulah yang kini sedang mengancam gua Jlamprong. Keputusan untuk menjadikan gua Jlamprong menjadi gua wisata tentu akan menimbulkan berbagai dampak bagi kelestarian gua Jlamprong. Akan tetapi berdasarkan penjelasan pemandu dan pengelola gua Jlamprong, mereka akan berusaha dan berkomitmen untuk mejaga kelestarian gua Jlamprong.

Untuk menjaga kelestarian gua bukanlah perkara yang mudah. Ekosistem gua merupakan salah satu ekosistem yang sangat sensitif dan akan sangat sulit pulih apabila telah rusak. Upaya preventif adalah strategi paling jitu untuk menyelamatkan kelestarian gua Jlamprong. Pembukaan gua Jlamprong menjadi gua wisata hendaknya dibersamai dengan pengelolaan yang baik yang tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, akan tetapi juga mengindahkan aspek kelestarian alamnya. Dan hal ini bisa terjadi apabila pengurus atau pengelola gua Jlamprong mengetahui dan cukup paham dengan karakteristik dan keadaan ekosistem gua. Disinilah dibutuhkan gotong royong antara berbagai pihak untuk membentuk sistem pengelolaan gua Jlamprong yang sesuai harapan baik oleh pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan, siswa dan mahasiswa  serta masyarakat luas(Isma).


Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun