Besar sekali tantangannya menjadi perempuan. Mereka seringkali dituntut untuk menjadi lebih tegar dari apa yang bisa mereka tanggungkan.
Serba salah juga menjadi perempuan. Ketika hegemoni patriarkal membuatnya tak bisa leluasa bergerak menunjukkan jati dirinya yang bersinar terang.Â
"Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri". - R. A. Kartini
Namun, sebagai perempuan kita juga diingatkan oleh Kartini agar jangan sampai terlena dengan situasi yang mampu mengubah sikap kita.Â
Terlena dengan segala kemudahan yang ada, terlena dengan tampilan-tampilan menarik yang disajikan terus menerus oleh dunia materialistik. Yang mudah sekali melemahkan hati, tak terkecuali perempuan.Â
Saya jadi teringat tentang sebuah nilai hidup, ajaran kearifan jawa, ojo kagetan, ojo gumunan dan ojo dumeh.
Ojo kagetan artinya jangan gampang terkejut. Segala kejadian di alam ini telah tercatat dalam skenario besar Tuhan Sang Maha Pencipta. Untuk itu kita perlu bersikap tawakal, tidak berbesar kepala dalam menyikapi keberhasilan, dan juga tidak putus asa menghadapi kegagalan.Â
Ojo gumunan artinya tidak mudah heran dan takjub melihat perubahan-perubahan yang ada. Terutama yang bersifat materi dan keduniawian. Memiliki sikap yang wajar sesuai dengan proporsinya, tidak berlebihan. Tetap eling dan waspada. Banyak hal yang terlihat baik, terlihat manis, namun ternyata acapkali menjerumuskan manusia ke situasi yang bisa menghancurkan martabat. Jangan larut pada hal-hal yang terlihat indah, tetaplah mempertimbangkan kebenaran dan akal sehat.
Ojo dumeh artinya jangan mentang-mentang, jangan sombong. Ini adalah pesan untuk selalu rendah hati, sabar dan mengendalikan diri. Masing-masing kita memiliki status, yang rawan menjebak kita pada situasi untuk merasa istimewa, merasa lebih hebat, lebih baik dari orang lain.Â
Demikianlah, tantangan mendidik perempuan saat ini bukan lagi sekedar pemenuhan hak belajar, melainkan lebih soal kualitas diri dalam menjalani hidup. Bukan hanya kualitas pemikiran tetapi juga bagaimana membangun kualitas hati.Â
Tetaplah bersinar perempuan Indonesia.Â