Mohon tunggu...
Idham Wijaya
Idham Wijaya Mohon Tunggu... -

Ingin membaca dan mendengar bersamaan... Belajar dan bekerja serempak!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maaf, Adikmu Meniduriku

18 Desember 2013   04:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:48 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal ku mengenal cinta..

Tubuh ini masih berseragam putih dan merah..
Belum mengerti apa arti kasih..
Belum mengerti apa makna cinta..
Belum tahu apa itu birahi..
Namun..Onani adalah aktivitas rutin..yang kulakukan..setiap pagi..ketika bangun..setiap malam..menjelang tidur..
Aku tidak tahu..apa itu onani ketika itu..Aku hanya itu..ini nikmat...
Aku hanya meniru..film porno yang ditonton Bapak dan teman-temannya ketika aku masih TK di rumah teman-temannya..
.................
Aku berontak..
Aku ingin teriak namun takut...Tubuh kekar itu..Lelaki dewasa itu...Menggagahi ku...Di kamarnya...
Aku berontak..
Perlahan..ku menikmatinya..Sensasi itu..luar biasa....
Tubuh gagah yang menindihku..Aku mengalami ekstase-nya..
Aku ingin..Selalu dan selalu...
Berada diantara dua paha kekarnya..Menikmati setiap tetes kejantanannya..
Setelah itu...Aku malu...
Aku bernoda...merasa tak pantas dan hina...
Namun ekstase itu.. menarikku .. menjeratku.. lagi dan lagi..menjadi candu dalam hidupku.........................
Seragam ini berganti putih biru
Candu itu meraja dalam tubuhku..
Haus sentuhan dan belaian setiap lelaki yang menarik di mataku..
Ingin ku reguk sari kejantanan semua lelaki idaman di sekitarku..
Fantasi tak memuaskanku..
............
Aku mengenal dia..
Abdu... kusebut demikan namanya..Wajah oriental seperti wajahnya..
Kulit tropis yang diwariskan mamanya..
dari taman kanak-kanak ku sudah mengaguminya..
Perlahan.. tak tahu siapa yang memulai..Semua berjalan seperti apa adanya..Hingga dia kecup bibir merahku..di sebuah kelas kosong di madrasah dekat rumahku..
Sejak itu..
Raga ini miliknya..

Dia cinta pertamaku.. Lelaki pertamaku.. sesuai yang kumau..
...............
4 tahun berlalu..
Sempurna hidupku..
Sempurna sandiwaraku...
Tak ada cela di mata sahabatku
Tak ada cela di mata keluargaku
Tak ada cela di mata sanak kerabatku
Ku simpan hitam di hati bersama Abdu-ku
..............
Di kamarnya... Di kamarku... Di kelas kosong di madrasah dekat rumahku... Di kebun singkong di samping rumah ustadzku.. Di pekarangan gelap di belakang rumahnya..

Tak henti kami reguk madu asmara..
Birahi... Semata karna birahi..
Hingga suatu hari..
Aku ingin mengakhiri semua ini... Jalan ini salah...
Bukan!!...aku munafik... Bukan karna jalan ini salah..tapi karna ku tak rela..
Berbagi tubuh indahmu dengan wanita lain..

Berbagi kejantananmu dengan wanita lain..
Karna tubuh ini..hanya untukmu..
Aku tak rela...
....................
perih...pedih.. Aku tetap simpan rasa ini... sayang.. aku masih sayang...
15 tahun kita tak bersua.. rasa ini masih sama...
namun ku tak dapat kembali..
..............

Kau bukan lagi Abdu-ku
itu bukan namamu..
maafkan aku..
adikmu pernah menyetubuhiku..
karna ku rindu padamu..
5 tahun lalu.. di rumahku..

--------

Hei... inikah realita abad 21?
Umbaran cinta anak abu abu?
Lalu kapan kita tahu kalau ini semua hanya nafsu?
Sebab cinta bukan hanya cumbu......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun