Mohon tunggu...
Idham Anhari
Idham Anhari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Urusan Perhubungan di Tangan yang Berpengalaman

28 Juli 2016   16:40 Diperbarui: 28 Juli 2016   16:52 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: liputan6

Sesuatu yang berhubungan dengan Transportasi sudah pasti mayoritas orang awam sepakat menyimpulkanya dengan kemacetan. Meskipun, macet  bukan Cuma mobil yang parkir berjamaah di jalan, nunggu kereta berjam-jam tapi macet juga bisa diartikan jalanan tak bertambah dari zaman ke zaman dan angkutan publik baik laut dan udara serta infrastruktur yang menunjang tak berubah.

Transportasi memilki perhatian dan kajian yang sangat luas; mengapa bisa terjadi macet, mungkinkah volume kendaraan tak sebanding dengan panjangnya jalan, petugas yang kurang, serta kesadaran masyarakat yang kurang memanfaatkan transportasi publik dsb. Kalau di Wikipedia dijelaskan bahwa Transportasi merupakan perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Tak salah sebagai orang awam menyimpulan ”macet” identik dengan Transportasi.

Namun bukan tidak mungkin nantinya masalah Transportasi di Indonesia bisa berubah dengan meninggalkan label (macet). Sebagai warga negara Indonesia, sudah pasti saya sangat berharap demikian. Berhubung tulisan ini soal perhubungan, maka tak ada salahnya saya menghubungkan Transportasi dengan Menteri Perhubungan yang baru. 

Meskipun tak dihubung-hubungkan sudah barang tentu berhubugan yaa... karena Menteri Perhubungan mengemban amanah soal transportasi juga hehe. Walaupun yang terpenting dari tugas Menteri Perhubungan yakni memanege (konektivitas) baik Infrastruktur, moda transportasi, SDM dsb. Jika itu semua dapat bersinergi, haqul yakin transportasi bakal bebas dari yang namanya macet.

Baru selang satu hari yang lalu, Presiden Joko Widodo merombak para pembantunya guna mempercepat pembangunan. Menurut saya, kecerdikan Jokowi membidik orang yang bisa mengikuti ritme kerjanya. Pembangunan dan kerja, jadi landasan prinsip Presiden mengelola negeri tercinta ini. Maka dipilihlah Budi Karya Sumadi, Wong kito Galo yang lahir di Palembang 18 Desember 59 tahun yang lalu. 

Pria berkacamata itu sukses mengubah kesan kumuh Waduk pluit serta waduk ria rio menjadi taman yang dapat dinikmati oleh warga dan rumah susun sederhana sewa di Marunda tak lepas dari tangan berpengalamannya. Jauh sebelum itu, dia mengubah kawasan Bintaro menjadi salah satu daerah penyanggah DKI Jakarta, semasa dirinya menjabat Dirut PT Pembangunan Jaya. 

Dan yang terbaru, ketika menduduki posisi orang nomor 1 di Angkasa Pura 2, BKS sapaan akrabnya membangun proyek prestisius terminal 3 ultimate yang dikabarkan bakal menjadi saingan Bandara Changi Singapura yang sebentar lagi bakal diresmikan. Sudah Malang melintang dibidang konstruksi hampir 30 tahun, Budi Karya dianggap mambawa angin segar bagi perkembangan Transportasi dan infrastruktur penunjangnya.

Ada pengamat mengatakan, satu dari tiga permasalahan Transportasi yakni kekurangan infrastruktur. Berharap pengalamannya Menhub yang baru dapat menterjemahkan apa yang Presiden Jokowi inginkan soal perhubungan, bagaimana memperbaiki konektivitas darat, laut dan udara. Kami Optimis Urusan hubung menghubungkan kepada orang yang pengalaman. Selamat Bekerja....   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun