Mohon tunggu...
Silvia Diaz
Silvia Diaz Mohon Tunggu... -

“Ideas come from everything” \r\n― Alfred Hitchcock\r\n\r\nUniversitas Atma Jaya Yogyakarta\r\n2013\r\nKajian Media

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontroversi Brent Spar: Komunikasi Krisis yang Buruk Rangkuman Artikel Ragnar E. Lofstedt dan Ortwin Renn

2 Maret 2015   20:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:16 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kontroversi Brent Spar: Komunikasi Krisis yang Buruk

Rangkuman artikel Ragnar E. Lofstedt dan Ortwin Renn

Kontroversi Brent Spar dikenal karena melibatkan dua perusahaan minyak besar skala internasional yaitu Shell dan Exxon. Brent Spar sendiri adala sebuah penyimpanan minyak yang terletak di lepas pantai Atlantik utara. Kasus ini mencoreng nama Shell, yang mengajukan pembuangan pelampung Brent Spar, dan John Mayor serta pemerintah Inggris yang membela Shell dengan alasan perusahaan ini menyandang Best Practicable Environmental Option (BPEO). Greenpeace juga mengumpulkan massa untuk memprotes kegiatan penenggelaman Brent Spar. Yang menarik dari kasus Brent Spar ini adalah, kasus ini bukanlah mengenai kasus lingkungan sebelum dimunculkan isu mengenai penenggelamannya.

·Sejarah Kasus

Brent Spar berada kedalaman lebih dari 75 meter dengan berat 4000 ton. The International Maritime Organization menetapkan bahwa menenggelamkannya merupakan pilihan yang diterima oleh Shell dengan pertimbangan teknis, keamanan, dan dampak lingkungan terhadap pembuangan tersebut. Shell sendiri sesungguhnya memiliki beberapa opsi, yaitu :

1.Membuangnya didaratan

2.Menenggelamkannya di tempat berbeda

3.Dekomposisi

4.Menenggelamkannya di lautan dalam yang termasuk wilayah Inggris.

Dengan beberapa pertimbangan anggaran dan dampak lingkungan dalam BPEO, akhirnya Shell melakukan opsi keempat dengan berkomunikasi juga dengan departemen perdagangan dan industri Inggris. Pada tahun 1994, Shell melakukan opsi tersebut. Pada 30 April, 1994, Greenpeace sudah meninjau Brent Spar. Kemudian muncul kontroversi pertama yaitu beredarnya gambar aktivitas-aktivitas di Brent Spar oleh Greenpeace. Pada 9 Mei 1994, German Environmental and Industral Ministriesmemprotes pemerintah Inggris karena tidak adanya pengawasan terhadap pembuangan limbah yang menyebabkan polusi. Karena tidak ditanggapi, kilang minyak Shell di Jerman, Belanda, dan beberapa negara di Skandinavaia diboikot. Pemrotesan terus berlanjut hingga berpindah ke Belanda dan kemudian sempat terbukti bahwa laporan Greenpeace salah namun Brent Spar tetap dinyatakan bersalah.

oResiko Pembuangan di Laut Lepas

Menurut Shell Commissioned Studies, pembuangan Brent Spar di laut memiliki tingkat resiko yang lebih aman daripada dilakukan di daratan. Banyak efek berbahaya yang dapat diminimalisir seperti skala radioaktif, sisa minyak, serta bahan kimia lain dengan total kurang dari 1% dalam 1 tahun. Dengan demikian, dugaan bahwa terdapat komunikasi krisis yang salah semakin menguat karena bukti pencemaran lautan oleh Brent Spar tidak besar.

·Alasan Program Komunikasi Krisis Shell Dikatakan Gagal

Pihak yang dapat dikatakan menjadi penyebab kegagalan ini adalah Shell yang menyatakan bahwa pembuangan di lepas pantai merupakan aturan dari BPEO dan pemerintah yang mendukung Shell. Alasan program komunikasi krisis ini gagal, yaitu :

1.Terdapat apa yang disebut sebagai “David and Goliath Effect”, yaitu David sebagai aktivis Greenpeace yang cerdas mampu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi dalam kasus ini, dan Goliath adalah media massa yang meyukai pengungkapan kasus ini.

2.Shell yang terlalu tamak membuatnya kehilangan kredibilitas di hadapan masyarakat dengan mengabaikan opsi lain yang diberikan.

3.Shell menjadi target yang mudah untuk diboikot. Shell bukanlah suatu perusahaan yang memproduksi banyak barang. Dengan runtuhnya Shell maka akan membuka peluang untuk mendirikan perusahaan minyak baru, sedangkan masyarakat juga memerlukan sebuah perbaikan bagi lingkungan.

4.Bagi politikus, dengan mendukung protes terhadap Shell maka mereka tidka perlu mengeluarkan biaya pada bidang ekonomi politik untuk mencitrakan diri mereka peduli terhadap lingkungan.

5.Isu moral mengenai kesucian laut. Seharusnya laut tidak boleh tercemari karena laut sifatnya murni dan tidak boleh terjamah.

oPenyelenggara Krisis

Terdapat beberapa faktor yang mengatakan bahwa kasus Brent Spar merupakan agenda media, yaitu :

1.Terdapat gambar berkualitas baik yang sebagian besar ditampilkan oleh Greenpeace.

2.Terdapat peristiwa-peristiwa negatif yang terjadi berurutan dan mendukung Brent Spar untuk ditampilkan di media.

3.Kontroversi yang mendominasi pertemuan internasional terutama dari Konferensi Lautan Utara yang diadakan di Denmark dan pertemuan G7 di Kanada.

oKegagalan Keberimbangan Informasi

Dengan adanya faktor-faktor yang memastikan Brent Spar berada dalam agenda media, maka Shell dan pemerintahan seharusnya membuat suatu strategi melalui komunikasi krisis yang tepat. Dalam komunikasi krisis yang diterapkan oleh Shell dan pemerintahan terdapat beberapa kegagalan, yaitu :

1.Shell menggunakan pendekatan top – down bukannya pendekatan dialog, hal ini membuat Shell tampak arogan dan kaku.

2.Shell tampak tidak dapat dipercaya sedangkan Greenpeace tampak dapat dipercaya. Penelitian yang dilakukan di Inggris dan Jerman, masyarakat lebih mempercayai lembaga non-pemerintahan daripada lembaga pemerintahan. Hal ini membuat argumen Greenpeace semakin kuat.

3.Shell tidak dapat membantah bahwa pembuangan di lepas pantai adalah sesuatu yang berbahaya bagi lingkungan.

4.Shell tidak melawan argumen ilmiah yang diberikan oleh Greenpeace dengan argumen ilmiah lain.

5.Cakupan media yang luas lebih condong mendukung Greenpeace sehingga massa lebih cepat bereaksi terhadap argumen yang diberikan Greenpeace.

·Pelajaran dari Kasus Komunikasi Krisis

Kontroversi Brent Spar tidak dapat begitu saja dikatakan sebagai hasil investigasi dari Greenpeace semata kemunculannya. Memamng Greenpeace adalah organisasi yang bergerak mengatasi isu lingkungan dan sering mengungkap kasus mengenai lingkungan, namun hal ini semakin sulit dibuktikan karena kemudian kasus ini melebar ke bidang lain. terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil dari kasus komunikasi krisis Brent Spar, yaitu :

1.Pendekatan yang diambil Shell dan pemerintah kurang tepat, seharusnya mereka menggunakan pendekatan dialog agar tercipta suatu diskusi mengenai masalah tersebut. Sifat arogan dan kaku yang muncul membuat Shell dan pemerintah membuat masyarakat berpersepsi bahwa Shell dan pemerintah tidak menempatkan diri setara dengan mereka dan tampak eksklusif. Diskusi akan memberikan solusi demi kebaikan bersama. Diperlukan juga adanya argumen-argumen logis dari para ahli dalam menengahi permasalahan lingkungan seperti ini.

2.Industri seperti Shell harusnya bersikap fleksibel dan menyikapi segala masukan maupun protes dengan baik. Masukan maupun protes yang datang dari berbagai lembaga dan masyarakat sangat baik bagi perusahaan karena akan menimbulkan mutual understanding di pihak di luar industri.

3.Industri dan pihak lembaga non pemerintahan mampu membangun tujuan bersama yang dapat diwujudkan bersama pula.

Sumber :

Loefstedt, R., E. And O. Renn. (1997). “The Brent Spar Controversy: An Example of

Risk Communication Gone Wrong”. Risk Analysis 17(2): 131-136.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun