Pemerintah yang telah memulai aplikasi open source meski hanya berbekal surat edaran Menpan, perlu meningkatkan komitmen dan dedikasinya dengan penerbitan regulasi lebih mengikat dan ’memaksa’ yang di dalamnya tak hanya berisi himbauan, namun juga proteksi. Dan jika Depkominfo dan Depdiknas dapat bersinergi melalui program pendidikan open source, akan menjadi awal yang baik memperkenalkan dan mengajarkan open source sebagai sebuah wujud kemandirian bangsa yang tak lagi terjajah secara teknologi.
Open source akan menghapus jejak Indonesia dari ranah pembajakan software propriety yang dari pengguna komputer di Indonesia diperkirakan hanya 4% menggunakan software legal.
Ketika kita masuk ke dalam era perdagangan bebas, kita perlu bebas dari rasa takut bahwa kita telah melanggar hak cipta dan tidak lagi bisa duduk sama tinggi dengan bangsa lain.
Menciptakan Adopsi FOSS [free open source software]
Mereka yang pertama kali menggunakan software open source seringkali enggan karena antarmuka baru, sehingga adopsi di dunia profesional menjadi relatif lebih sulit karena warisan sistem yang sudah teradopsi.
Dari pengalaman saya sebagai nara sumber pengembangan kurikulum SMK Grafika, Animasi dan Multimedia oleh Dikmenjur beberapa tahun lalu, ternyata membuahkan hasil luar biasa di mana siswa setingkat SMK telah mampu mengikuti World Skill Competition–lomba kompetensi tingkat dunia.
Untuk memulai adopsi baru, lebih mudah untuk menargetkan kepada generasi yang masih dalam proses belajar. Target utama adalah SMK yang dimulai dari pelatihan atas guru-guru SMK, dan para guru ini yang akan menyebarkan ke para siswa. Dukungan Diknas sangat diperlukan untuk menjadikan open source bagian dari pembelajaran SMK.
Dalam waktu 3 - 5 tahun, ketika jumlah mereka yang kompeten di bidang open source ini makin banyak, tentu perusahaan-perusahaan tidak lagi enggan untuk menggunakannya karena cukup banyaknya adopsi. Insentif tentunya bisa juga diberikan melalui award kepada institusi yang mengadopsi open source secara luas, baik dari kalangan media, edukasi, pemerintah maupun industri.
Berdasarkan data Sun Microsystems, sejak tahun 2008 telah terjaring komunitas OSS dari Java dengan lebih dari 15.000 pengguna dan hampir 10.000 pengadopsi pemula penggunaan OSS dari 150 perguruan tinggi serta 70 sekolah menengah. Tampaknya, aktifitas AOSI yang menyebarkan ribuan komputer dengan aplikasi FOSS ke sekolah-sekolah mulai terlihat hasilnya.
Free open source software menjadi solusi di tengah upaya menekan pembajakan software proprietary dengan memasyarakatkan software legal di sisi lain memungkinkan nilai tambah kompetitif di tengah proses membangun kemandirian bangsa.
Leave comment and follow me on http://www.twitter.com/andisboediman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H