[caption id="attachment_263544" align="alignnone" width="300" caption="http://www.boleh.com/media_files/media/2013/04/16/46IxtM_Sang-Kyai-Poster_320x480.jpg"][/caption] Sabtu pagi yang cerah, bertepatan dengan hari libur Waisak, baru saja kunyalakan TV dan tak sengaja tayangan saluran TV bebayar yang biasanya rajin menayangkan film- film Indonesia, kusaksikan Film yang sejak aku kecil sering diputar, dengan tokoh utamanya Letkol Soeharto, Film Perjuangan penuh aksi pertempuran ini menahanku tuk mengganti saluran TV, film berjudul "Janur Kuning" yang secara umum menceritakan Serangan Umum 1 Maret 1949 itu banyak dinilai pengamat tidak obyektif karena terlalu menonjolkan peran Letkol Soeharto[1], tidak mengejutkan memang mengingat film ini diproduksi pada masa orde baru, tapi ada yang menarik disamping seputar kontroversi kekurang obyektif-annya terhadap peran Letkol Soeharto, yakni bagaimana aksi peperangannya yang lumayan bagus tuk sebuah film Indonesia yang diproduksi pada tahun 1979, saya tertegun berfikir bagaimana pada waktu itu film tanah air sudah bisa menampilkan film peperangan yang sangat mirip aslinya, tentu saja tak murah (tapi mungkin saja saat itu ada dukungan dari pemerintah), dan memang sebagian besar film ini bercerita tentang peran Letkol Soeharto. Film Janur Kuning bukanlah film Biopic atau film biografi tokoh, tapi film ini bisa dibilang 'terasa' Soeharto sekali. Sebab, sosok Soeharto dalam film itu sangat dominan [1], entah tak tahu bagaimana respon dunia perfilman pada waktu itu, namun membandingkannya dengan film Biopic (ataupun yang mendekati) akhir-akhir ini seperti Laskar Pelangi, Sang Pencerah, dan Habibi dan Ainun atau mungkin dengan film yang agak lebih muda dari film Janur Kuning yakni Tjoet Nja' Dhien yang juga populer mungkin saja film itu sangat populer pada waktu itu. Yah, film-film yang menceritakan tokoh - tokoh nyata populer atau berkutat dengan sejarah memang banyak yang mendulang kesuksesan, bisa diambil contoh di Hollywood ada Film Lincoln yang menceritakan tokoh Presiden AS pertama yang dibunuh yakni Abraham Lincoln yang cukup sukses tahun kemarin, atau ada film Hongkong IP Man yang menceritakan hidup Master Kungfu Wing Chun Yip Man di era penjajahan jepang yang sampai dibuat sekuelnya. Film Biografi tokoh banyak menyuguhkan fakta -fakta sejarah (walaupun juga seringkali dicampur dengan adegan maupun tokoh fiksi) dan secara tak langsung promosinya didukung oleh nama besar Tokoh utama yang ditampilkan itu sendiri. memang saya bukanlah seorang yang berada di bidang perfilman, tapi banyak orang tahu bahwa sebagian besar film-film Indonesia yang mulai bangkit sejak era 2000-an mulai kembali ke masa lesunya dengan banyak beredarnya film Horror dan Vulgar, kalau kata Raditya Dika, " yang isinya paha, dada, paha, dada," :D. Padahal masa-masa itu sudah pernah terjadi di era 90-an. Namun bukan berarti tak ada jalan keluar dari kelesuan itu, menurut pandangan awam saya, beranjak dari Film Janur Kuning, Tjoet Nja' Dhien yang melejit dan menyabet tujuh penghargaan pada ajang Festival Film Indonesia 1988 sampai dengan menjadi menjadi film Indonesia pertama yang diputar di Festival Film Cannes, Prancis [2] sempat vakum film Biografi Tokoh sampai dengan kemunculan Laskar Pelangi yang fenomenal, Sang Pencerah, dan yang masih hangat diperbincangkan Habibi & Ainun, hampir semuanya berkutat di Biografi Tokoh dan hampir semuanya pula sukses. Sepertinya hal ini sedikit banyak membuat produser film tuk mencoba memproduksi film-film yang sejenis, hingga akhirnya pada akhir Bulan Mei tahun ini akan tayang juga Film Biografi Tokoh terbaru "Sang Kyai" yang menceritakan kehidupan tokoh Pahlawan Nasional Hasdrotussyeikh Hasyim Asyari dalam perjuangannya dalam melawan penjajah, yang khususnya termasuk tokoh dibalik layar yang berperan dalam Pertempuran Heroik di Surabaya, dan akan disusul oleh rencana produksi film yang mengangkat Tokoh Jokowi sang Gubernur DKI Jakarta yang terkenal (meskipun Pak Jokowi sendiri tak setuju) atau sang sutradara film Sang Pencerah Hanung Bramantyo yang dikabarkan akan merilis Biographical Film keduanya yang mengangkat tentang Sang Proklamator Soekarno pada bulan Desember tahun ini [3] Nampaknya memang Biograpical Film atau Historical Film bisa menjadi alternatif Produser-produser kita tuk keluar dari kelesuan Film yang mulai akut karena pengalaman yang sudah-sudah menggambarkan demikian, belum lagi dengan permasalahan antara pembuat film dengan pemilik Bioskop terkait jadwal tayang, dengan jumlah layar yang terbatas, film-film Indonesia masih juga harus berbagi layar dengan film impor [4]. Dan alangkah baiknya Produser- produser film mulai lebih dalam akan hal ini demi kemajuan film Indonesia. Pada akhirnya, Mendung tak selalu hujan, yang penting ada jalan, Hidup Perfilman Indonesia *Suka nonton film aja, bukan pembuat ataupun pengamat :D [1] http://www.merdeka.com/peristiwa/bukan-biopic-tapi-film-ini-tonjolkan-soeharto-berlebihan.html [2] http://www.merdeka.com/peristiwa/tjoet-nja-dhien-gelora-dalam-150-menit.html [3] http://www.merdeka.com/peristiwa/film-soekarno-proyek-besar-hanung-bramantyo.html [4] http://filmindonesia.or.id/article/risalah-2012-jumlah-bioskop-bertambah-harga-tiket-naik#.UaDPQdggWX8
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H