Mohon tunggu...
Iden Ridwan
Iden Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang hamba sahaya, hanya itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Menyikapi Takdir

25 Agustus 2024   00:16 Diperbarui: 25 Agustus 2024   00:19 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Dalam keheningan malam yang dipenuhi perenungan mendalam, aku menyadari betapa terbatasnya usahaku dalam memperjuangkan cinta ini. Mungkin ada momen-momen di mana aku telah mencoba, namun tak mampu memberikan yang seharusnya. Ketidaksempurnaan itu selalu menyisakan ruang kosong, tempat di mana harapan-harapan tak terucap berkumpul dalam diam. Maafkan aku atas segala keterbatasanku, atas setiap kekurangan yang menjadikan cinta ini terasa seperti jalan penuh liku. Usahaku, meski sungguh-sungguh, masih jauh dari keagungan yang kuharapkan.

Dalam setiap sujud, ada doa yang kutitipkan kepada semesta dengan harapan bahwa ia akan mendengarkannya. Namun, aku sadar bahwa doaku mungkin belum sekuat yang kau butuhkan. Ada keraguan dalam hatiku, sebuah kekurangan yang membuatku merasa bahwa doaku belum cukup untuk mengikat kita dalam takdir yang abadi. Maafkan aku atas ketidakmampuanku untuk berdoa dengan keyakinan yang penuh, untuk menembus langit dengan harapan yang murni. Mungkin doaku masih terhalang oleh dinding-dinding keraguan yang kubangun sendiri.

Dan dalam setiap hari yang berlalu, aku berjuang melawan bayang-bayangmu yang terus membayangi batinku. Ada bagian dari diriku yang tak mampu melupakanmu, yang tetap terikat pada kenangan meski tahu bahwa masa depan mungkin tak lagi milik kita. Ketidakmampuanku untuk melupakanmu adalah cerminan dari cinta yang dalam, namun juga pengingat akan kelemahanku. Aku masih terjebak di antara kenangan dan harapan, di antara yang telah berlalu dan yang belum datang.

Jika pada akhirnya kita bukanlah takdir satu sama lain, aku rela menerima kenyataan itu dengan hati yang ikhlas. Aku percaya bahwa semesta selalu memiliki rencana yang lebih besar, yang melampaui pemahaman kita sebagai manusia. Mungkin ada seseorang di luar sana yang lebih layak untuk mendampingimu, yang mampu memberikanmu kebahagiaan yang tak bisa kutawarkan. Dia yang doanya lebih kuat, yang perjuangannya lebih gigih, yang akan mencintaimu dengan cara yang lebih sempurna.

Biarlah perjalanan ini menjadi pelajaran yang mendalam bagi kita berdua. Dalam kehilangan, kita belajar tentang keikhlasan, dan dalam perpisahan, kita menemukan makna sejati dari cinta. Aku percaya bahwa di suatu tempat, ada kebahagiaan yang menunggu untuk ditemukan, baik untukku maupun untukmu. Dan dalam perjalananku menuju keikhlasan, aku berharap kau juga menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang layak kau dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun