Mohon tunggu...
Iden Ridwan
Iden Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang hamba sahaya, hanya itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Apakah Aku Mengganggu Dirimu, Ratu?

14 Agustus 2024   22:36 Diperbarui: 14 Agustus 2024   22:40 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Dalam tiap helaan napas, ada sebuah renungan yang tak terucapkan, sebuah pertanyaan yang menggantung di antara realitas dan ilusi. Apakah aku, dengan segala keterbatasanku, telah menjadi bayang-bayang yang mengaburkan sinarmu, Ratu? Aku bertanya-tanya, dalam kebisuan malam yang penuh dengan keraguan, apakah kehadiranku adalah sebuah kesalahan yang tak termaafkan.

Kita pernah berjanji, bahwa dalam segala badai yang menerpa, kita akan tetap berdiri bersama. Namun, waktu, dengan segala misterinya, menunjukkan bahwa kata-kata hanyalah serpihan dari sebuah kenyataan yang jauh lebih kompleks. Ketika kau berkata, "Aku akan selalu ada untukmu," aku memegang kata-kata itu seperti seorang pelaut memegang kompas di tengah lautan yang bergolak. Tapi kini, aku menyadari bahwa lautan ini bukan hanya tentang angin dan gelombang, tetapi tentang arah yang tak pernah benar-benar kita tentukan.

Aku telah berusaha, berjuang untuk menjadi seseorang yang pantas berdiri di sisimu. Tapi semakin aku mencoba, semakin aku merasa bahwa aku hanya menjadi beban dalam perjalananmu. Apakah aku mengganggu dirimu, Ratu? Apakah dalam segala upayaku, aku justru menghalangi cahaya yang seharusnya bebas bersinar?

Mungkin, dalam kebodohanku, aku telah salah memahami makna kebersamaan. Aku berpikir bahwa kehadiranku akan menguatkanmu, menjadi tonggak dalam duniamu yang megah. Namun, aku lupa bahwa bahkan tonggak pun bisa menjadi penghalang bagi angin yang ingin berhembus bebas. Aku lupa bahwa kau adalah Ratu, bukan karena siapa yang berdiri di sisimu, tetapi karena cahaya yang terpancar dari dalam dirimu sendiri.

Aku merenung dalam diam, mencoba memahami apakah segala yang terjadi adalah takdir yang tak bisa dihindari, ataukah hanya sekadar hasil dari keputusan yang kita buat dengan penuh keraguan. Setiap janji yang pernah kuucapkan kini terasa seperti gema dari masa lalu yang tak lagi relevan. Aku tak bisa menepati ucapanku sendiri, dan itu adalah beban yang harus kutanggung, sebuah pengakuan bahwa aku belum benar-benar memahami diriku sendiri.

Kau mungkin tak menyadarinya, tapi setiap langkahmu adalah sebuah pelajaran bagi jiwaku yang gelisah. Kau mengajarkanku bahwa kebebasan sejati bukanlah tentang menghindari janji, tetapi tentang memahami batasan kita sebagai manusia. Dan dalam kebebasan itu, aku bertanya-tanya, apakah kehadiranku adalah sebuah pelajaran atau justru sebuah beban yang harus kau lepaskan?

Jika aku mengganggu dirimu, Ratu, maka mungkin sudah saatnya aku melepaskanmu. Bukan karena aku ingin pergi, tetapi karena aku ingin melihatmu bersinar tanpa bayang-bayangku yang menghantui. Biarlah aku mundur ke dalam keheningan, menjadi saksi dari perjalananmu yang megah, meskipun itu berarti aku harus menghilang dari duniamu.

Namun sebelum aku pergi, izinkan aku bertanya untuk terakhir kalinya, apakah aku mengganggu dirimu, Ratu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun