Mohon tunggu...
Iden Ridwan
Iden Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang hamba sahaya, hanya itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Terlalu Malam untuk Sebuah Penyesalan

14 Agustus 2024   00:20 Diperbarui: 14 Agustus 2024   00:22 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by lucas clarysse on Unsplash

"Terlalu malam untuk penyesalan oleh sebab itu aku memilih untuk diam dan tak menyesalinya"


Malam  menelan segalanya---cahaya, harapan, bahkan makna dari semua yang pernah kita anggap penting. Dalam keheningan yang pekat, hamba duduk dalam diam, terpisah oleh dinding tak kasat mata yang dibangun dari sisa-sisa konflik dan ketidakpedulian. Kata-kata yang terlempar di antara kita tidak lagi punya bobot; mereka hanyalah getaran udara yang segera memudar dalam kekosongan malam.

Ada saat ketika kita percaya bahwa ada sesuatu yang patut diperjuangkan, sebuah alasan untuk bertahan di tengah keretakan yang semakin dalam. Tapi sekarang, aku menyadari betapa absurdnya keyakinan itu. Cinta, janji, masa depan---semua itu hanyalah ilusi yang kita ciptakan untuk memberi arti pada kekacauan yang kita sebut kehidupan. 

Kenyataannya, tidak ada yang abadi, tidak ada yang benar-benar penting. Kita hanyalah dua makhluk yang kebetulan terjebak dalam pusaran waktu yang sama, menipu diri sendiri dengan berpikir bahwa kita bisa menentang kehampaan.

Seperti yang pernah dikatakan oleh Nietzsche, "Kehidupan itu tidak memiliki makna yang inheren; kita yang memberikan makna kepada kehidupan." Tapi apa yang terjadi ketika kita kehilangan kemampuan untuk memberikan makna itu? Malam ini, aku menyadari bahwa mungkin kita telah sampai pada titik di mana semua makna telah terkikis.

Ketika malam semakin dalam, aku merasa seperti terhisap ke dalam ketiadaan. Segala rasa sakit, amarah, dan kesedihan yang dulu begitu menyiksa kini kehilangan cengkeramannya. Semua itu menjadi tak lebih dari bayang-bayang yang perlahan menghilang. Apa gunanya menyesali sesuatu yang pada dasarnya tak pernah punya makna? Seperti yang dikatakan Albert Camus, "Satu-satunya pertanyaan filosofis yang benar-benar serius adalah apakah kita harus bunuh diri atau tidak." Penyesalan hanyalah bukti bahwa kita pernah percaya pada sesuatu yang pada akhirnya hanyalah fatamorgana.

Malam ini, aku memilih untuk menerima kekosongan itu, bukan dengan hati yang damai, tapi dengan kebosanan yang nihil. Aku menerima bahwa tak ada yang bisa diperbaiki, karena pada dasarnya, tak ada yang rusak. Kita hanyalah aktor dalam drama yang tak pernah kita tulis sendiri, dan saat tirai malam menutup, kita terpaksa menerima bahwa semua ini hanyalah episode tanpa arah dalam serangkaian peristiwa yang tak berarti.

Aku tak lagi merasakan kebutuhan untuk memaknai apa yang terjadi. Mungkin kita akan berpisah, mungkin kita akan tetap bersama, tapi pada akhirnya, apa bedanya? Malam ini, aku melepaskan segalanya, bukan karena aku ikhlas, tapi karena aku sadar betapa tidak berartinya semua ini. Terlalu malam untuk sebuah penyesalan, karena penyesalan itu sendiri hanyalah ilusi lain, upaya sia-sia untuk memberi warna pada kehidupan yang pada dasarnya hitam dan putih.

Dalam keheningan malam, aku akhirnya memahami bahwa keikhlasan dan penyesalan hanyalah dua sisi dari koin yang sama---keduanya tak lebih dari respons terhadap kekosongan yang kita coba hindari. Tapi sekarang, aku tidak lagi merasa perlu untuk melawan. Aku menerima kekosongan itu, karena di dalamnya, ada kebebasan dari harapan dan ketakutan. Seperti kata Jean-Paul Sartre, "Manusia dikutuk untuk bebas." Terlalu malam untuk sebuah penyesalan, karena tak ada yang tersisa untuk disesali. Hanya kehampaan, dan keheningan, dan itulah satu-satunya kebenaran yang berarti.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun