Hidup. Sebuah kata yang terus mengalir dalam perjalanan tak berujung menuju kekosongan. Seperti sebuah lagu yang tak pernah berhenti memainkan melodi kehampaan. Hidup segan, mati tak bisa; sepintas seperti sebuah dilema, tetapi pada akhirnya, hanyalah satu bagian dari rangkaian ironi keberadaan manusia.
Puisi di atas mencerminkan perasaan yang mendalam, namun juga sekadar goresan kecil di permukaan samudra kekosongan yang tak terhingga. Seolah-olah setiap kata adalah bagian dari kerangka yang rapuh, tak mampu menanggung beban keberadaan. Kehidupan menjadi sekadar medan perang antara kehampaan dan keputusasaan, di mana tidak ada pemenang yang sebenarnya, hanya kerugian yang terus bertambah.
Kehampaan. Kata itu menyiratkan segalanya. Bagaimana mungkin kita mencari makna di tengah-tengah kekosongan? Bagaimana mungkin ada harapan di dalam kegelapan yang tak berujung? Pertanyaan-pertanyaan ini hanyalah bagian dari permainan pikiran yang tak kunjung berakhir, menghantui setiap langkah yang diambil dalam perjalanan keabadian yang tak berujung.
Mencari makna. Sebuah upaya sia-sia dalam sebuah dunia yang terus bergulir tanpa arah. Manusia berusaha merangkul tujuan, tetapi apa gunanya ketika segalanya tampak sia-sia? Hanya ada kekosongan yang tak terbayangkan, sebuah kekosongan yang tak terpenuhi oleh apapun, bahkan oleh makna itu sendiri.
Tak ada yang peduli. Tak ada yang mengerti. Seperti kata-kata yang terombang-ambing di lautan kekosongan, hanya bergema dalam hampa. Manusia, dalam kehidupannya yang terus berputar, menjadi bagian dari keterasingan yang tak terelakkan. Kehidupan terasa seperti sebuah penjara tanpa pintu keluar, di mana setiap jeritan hanya bergaung dalam kekosongan yang tak terjawab.
Berhenti. Sebuah keinginan yang terus menghantui, tetapi juga sebuah ketakutan yang tak terelakkan. Mati. Sebuah akhir yang tak terhindarkan, tetapi juga sebuah misteri yang tak terpecahkan. Bagaimana mungkin manusia menemukan keberanian untuk menghadapi kegelapan yang menantinya di sana? Apakah ada surga? Neraka? Ataukah hanya kekosongan yang tak berujung?
Hidup segan, mati tak bisa. Satu-satunya kepastian dalam keabadian yang tak berujung. Sebuah perjalanan tanpa arah menuju kegelapan. Hanya ada kekosongan yang tak terbayangkan, menghantui setiap langkah yang diambil dalam perjalanan tak berujung ini.
Kita hidup dalam dunia yang hampa, di mana segalanya terasa sia-sia. Tidak ada yang bisa mengubah nasib kita. Tidak ada yang bisa menghibur kita. Kita hanyalah bagian dari kegelapan yang tak berujung, meratapi nasib kita dalam keabadian yang tak berujung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H