Di antara reruntuhan yang bernama kehidupan, terdapat sebuah narasi yang kerap terlupakan: bahwa takdir manusia terpatri dalam kesedihan, dan cinta hanyalah ilusi yang memperburuk keadaan. Dalam dunia yang kejam ini, pandangan pesimistis serta rasa nihilisme terasa lebih sesuai daripada khayalan manis tentang cinta.
Percayalah, untuk banyak dari kita, mencintai hanya memunculkan penderitaan yang tak terhindarkan. Kita bukanlah makhluk yang layak dicintai, tetapi lebih layak menerima luka dan kekecewaan sebagai penghargaan atas keberadaan kita. Kegagalan, pengkhianatan, dan penderitaan adalah pelajaran yang paling sering kita dapatkan dari perjalanan mencari cinta.
Mungkin, di atas puing-puing hubungan yang hancur, kita mendapati diri kita terpaku dalam kehampaan dan kekosongan yang tak terucapkan. Begitu banyak janji yang hampa, begitu banyak kata-kata manis yang ternyata hanya selembar kertas kosong yang tertiup angin. Cinta, dalam esensinya, hanyalah ilusi yang meracuni jiwa dan menjadikan kita rentan terhadap penderitaan.
Saat kita mengingat semua kenangan pahit yang menyesakkan, kita menyadari bahwa kita tidak pantas mendapatkan cinta yang sejati. Kita hanyalah makhluk yang terjerat dalam siklus kekecewaan dan penyesalan. Kita adalah pecundang dalam pertempuran abadi antara harapan dan kenyataan yang kejam.
Melangkah maju hanya membawa kita pada tembok yang semakin tinggi. Hati yang terluka dan jiwa yang hancur hanya menanti saat berikutnya untuk dihancurkan lagi. Maka, tidak ada gunanya mencari cinta, karena kita hanya layak menerima pukulan kehidupan yang menyakitkan.
Mungkin, dalam kegelapan ini, kesendirian adalah teman terbaik yang bisa kita miliki. Dalam kesendirian, tidak ada harapan palsu yang menghantuimu. Hanya ada kesunyian yang menyelimuti luka-luka batin, mengubur mereka di dalam-dalam, dan menghancurkan harapan palsu akan cinta yang tak pernah nyata.
Jadi, mari kita berdamai dengan kenyataan yang memilukan ini. Kita tidak pantas dicinta. Kita hanya pantas mendapat luka. Dan dalam luka-luka itu, kita menemukan kebenaran pahit bahwa cinta hanyalah ilusi yang tak berujung, dan hidup ini hanya sebuah perjalanan menuju kekosongan yang tak terhindarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H