Mohon tunggu...
Iden Ridwan
Iden Ridwan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang hamba sahaya, hanya itu saja.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Quarter Life Crisis: Bukan Ending tapi Starting Point yang Kece

26 November 2023   00:40 Diperbarui: 26 November 2023   03:00 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah merasa life kamu kurang oke? Bingung, galau, atau ngerasa kalah menghadapi semua problem? Gak yakin sama pilihan-pilihan yang udah kamu ambil, entah soal karir, hubungan, atau masa depan? Kalo iya, kemungkinan besar lagi ngalamin quarter life crisis, guys.
Quarter life crisis tuh istilah buat deskripsiin krisis identitas dan masa transisi di usia 20-an atau 30-an. Biasanya, quarter life crisis itu bawa perasaan gak happy, merasa kurang puas, merasa gak penting, clueless, atau kayak gak punya arah hidup. Bisa juga ditambahin stres, anxiety, depresi, atau mental health issues lainnya.

Faktor pemicu quarter life crisis macem-macem, dari tekanan sosial, ngebandingin diri sama orang lain, ekspektasi yang terlalu tinggi, perubahan sekitar, perubahan peran, sampe perubahan prioritas. Quarter life crisis bisa nyentuh banyak aspek hidup, mulai dari karir, pendidikan, hubungan, finansial, kesehatan, sampe gaya hidup.

Tapi nih, quarter life crisis bukan sesuatu yang aneh atau aneh. Menurut studi LinkedIn tahun 2018, sekitar 75% orang muda di dunia pernah ngerasain quarter life crisis. Dan ini bukan trend baru, guys. Istilah ini pertama kali muncul dari psikolog Erik Erikson tahun 1968, yang nyebut usia 18-40 tahun sebagai tahap "intimacy versus isolation," di mana orang lagi cari keseimbangan antara hubungan sama orang lain dan self development.

Tapi, hey, quarter life crisis bukan bencana yang harus dihindarin. Ini peluang buat merenung, ngevaluasi hidup, dan bikin perubahan positif. Kesempatan buat nemu jati diri, kejar passion, dan bikin hidup lebih berarti dan memuaskan.

Yuk, kita bahas beberapa langkah buat hadapi quarter life crisis:

1. Nyamanin diri sama perasaan kamu. Jangan salahkan diri, jangan malu-maluin, atau merasa gagal. Quarter life crisis itu sesuatu yang wajar, guys. Terima dan akui perasaan kamu tanpa nge-judge atau ngerendahin diri. Perasaan ini cuma tanda aja kalau ada yang perlu diperhatiin atau diubah dalam hidup kamu.

2. Carilah dukungan dan bantuan. Jangan ngisolasi diri, atau mikir kalau quarter life crisis harus diatasi sendirian. Cari support dari orang-orang terdekat, kayak keluarga, temen, pacar, mentor, atau temen kerja. Curhatlah sama mereka, minta saran atau bantuan kalau perlu. Atau, bisa juga cari bantuan profesional dari psikolog, konselor, atau terapis.

3. Tetapkan tujuan dan rencana. Jangan biarin diri tenggelam dalam kebingungan. Tentuin tujuan buat dicapai, baik jangka pendek atau jangka panjang. Pastiin tujuan kamu SMART, alias spesifik, terukur, achievable, relevant, dan time-bound. Rencanain langkah-langkah konkret dan realistis buat mencapai tujuan itu. Evaluasi kemajuan kamu secara berkala.

4. Eksplorasi dan eksperimen. Jangan takut coba hal baru, atau keluar dari comfort zone kamu. Eksplorasi dan eksperimen itu cara yang bagus buat nemuin jati diri, kejar passion, dan bikin hidup lebih berarti. Coba explore di berbagai bidang, kayak karir, pendidikan, hobi, minat, talenta, atau gaya hidup. Cari info dari berbagai sumber, kayak buku, internet, sosmed, podcast, webinar, kursus online, workshop, seminar, atau komunitas.

5. Hargai dan nikmati hidup kamu. Jangan lupa untuk mensyukuri dan menikmati hidup, guys, apa pun keadaannya. Bersyukur dan bahagia itu kunci buat meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan mental. Syukuri apa yang udah kamu punya, kayak keluarga, temen, kesehatan, pekerjaan, pendidikan, atau prestasi. Nikmatin apa yang kamu lakuin, kayak hobi, minat, talenta, atau passion. Lakukan hal-hal yang bikin bahagia, kayak olahraga, meditasi, nulis, nyanyi, main musik, nonton film, atau jalan-jalan.

Quarter life crisis itu bukan akhir dari segalanya, guys, tapi awal dari sesuatu yang baru. Quarter life crisis itu challenge yang bisa dihadapi dengan optimisme, keberanian, dan kreativitas. Quarter life crisis itu peluang buat reflect, evaluate, dan ubah. Quarter life crisis itu kesempatan buat explore, experiment, dan achieve. Quarter life crisis itu proses yang bisa kamu lewatin dengan dukungan, bantuan, dan kebahagiaan. Quarter life crisis itu fase yang bisa kamu selesain dengan tujuan, rencana, dan sukses.

Semoga artikel ini bermanfaat dan bikin kamu termotivasi, ya. Thanks udah baca!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun