Sekarang, saya mahasiswa semester 5. Saya mengambil beberapa mata kuliah dan jadwal hanya setiap hari senin, rabu dan kamis. Di hari senin saya mendapatkan jadwal yang penuh, dari jam setengah 8 pagi dan berakhir pada pukul 4 sore dan waktu kosong gak ada jadwal dari jam 10 sampai 12 siang. Rabu saya berkuliah dari jam setengah 8 sampai jam 2 dua siang. Jadwal hari kamis hanya jam setengah 1.
Setiap hari senin jam kosong itulah saya merasakan kepenatan, gak ada aktivitas yang menarik. Pulang ke rumah, ya capek di perjalanan. Karena jarak rumah ke kampus hanya memerlukan waktu 1 setengah-2 jam. Kalau ke perpustakaan, ya bawaanya mengantuk (don't try at your habit, because it's bad habit). Dan kalau ke kosan teman, ya mana ada teman? Yang ada mereka mengambil matkul yang berbeda dengan saya.
Lalu, pas menjelang akhir perkuliahan di hari senin, saya merasa mengantuk yang amat sangat. Tapi, saya tetap semangat untuk kuliah. Namun, saat menunggu dosen itu malah dosen tak kunjung datang. Membosankan! Lalu seminggu berikutnya si dosen tak lagi masuk dan memberikan tugas membikin makalah. Minggu esoknya lagi, si dosen masih setia dengan ketidak hadiran. Jadi, saya itung-itung dia gak masuk lebih dari sekali. Fantastis!
Di hari rabu pagi, saya selalu bangun telat. Aneh. Dan, akibatnya saya telat juga perkuliahan. Saya melihat teman-teman saya sudah memulai aktivitas KBM. Saya mundur karena tak mau menganggu. Akhirnya, saya tak mengikuti perkuliahan mata kuliah itu.
Dan, hari kamisnya saya sih bisa santai di pagi hari. Cuman hal yang membosankan di hari kamis adalah saya selalu tidak dapat mengikuti perkuliahan kuliah ini. Pertama kali, saya telat tak hadir dengan alasan saya tidak mengetahui jadwal dimajukan selama bulan Ramadhan. Lalu, pertemuan kedua itu, perkuliahan ditiadakan karena libur Lebaran. Perkuliahan itu saya bolos karena teman telat mengabari kalau ada dosen, sementara saya bisa telat begitu karena awalnya, teman saya mengatakan bahwa tak ada dosen dan setelah dapat kabar itu, saya langsung pulang ke rumah. Dan, belakangan ini si dosen tak kunjung datang, sementara saya selalu datang ke kampus. Percuma saja saya datang ke kampus kalau begitu, menghamburkan uang.
Dari kasus tersebut, saya sempat berpikir, siapa yang salah, apa yang salah, dan bagaimana menyikapi salah itu? Saya hanya bisa mengelus dada saya sendiri sambil tepuk jidat. Bagaimana saya nanti?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H