Bertempat di daerah Kramat Djati Jakarta Timur, IDEAS Indonesia Development and Islamic Studies yang diwakilkan oleh Peneliti Madya Nuri Ikawati dan Iqbal fadli Muhammad mengikuti Focus Group Discussion yang diselenggarakan oleh Migrant Institute. FGD yang dilakukan pada Jumat 3 Juni 2016 ini juga turut mengundang Palmira Permata Bachtiar, Peneliti Senior SMERU Research Institute seagai narasumber utama. Dengan mengambil focus diskusi analisis hubungan migrasi internasional dan remitansi terhadap pertumbuhan dan pengurangan angka kemiskinan baik di level daerah maupun nasional. Serta menyajikan strategi pemanfaatan remitansi dan model reintegrasi buruh migran yang berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan keluarga buruh migran.
Dalam pemaparannya Almira permata bachtiar mengatakan bahwa “Buruh2 migran bukan orang miskin dikarenakan orang miskin lebih memilih migrasi lokal atau mendapatkan dengan gaji rendah karena kebutuhan yang mendesak dibandingkan dengan migrasi internasional untuk menjadi TKI” ujar nya
Serta dalam riset yang telah dilakukan oleh Smeru pada 4 Kabupaten yang banyak menyalurkan TKI, ditemukan bahwa Migrasi Internasional banyak menimbulkan dampak positif dan negatif bagi pelaku migrasi maupun keluarga dan lingkungan pelaku. Serta perda mengenai perlindungan TKI yang telah dimiliki oleh beberapa kabupaten belum berfungsi secara maksimal sehingga terkesan hanya sebagai formalitas saja. Selain itu program-program reintegrasi yang dimiliki oleh pemerintah belum mempunyai daya Tarik bagai pelaku migrasi sehingga belum berdampak dalam perekonomian tempat inggal pelaku migrasi. Hal ini menyabkan dalam satu dekade terakhir kabupaten pemasok TKI tidak mengalami perubahan alias tetap menjadi pemasok. Hal ini berbanding terbalik jika adanya program reintegrasi pada kabupaten tersebut. Potensi remitansi Indonesia yang tinggi seharusnya berdampak pada perekonomian, dalam temuannya berbending terbalik dikarenakan fungsi remitansi hanya untuk konsumtif menjadi faktor utama dari tidak berfungsinya potensi Remitansi.
FGD diakhiri dengan diskusi singkat mengenai kebijakan pemerintah yang belum pro kepada buruh-buruh migran khususnya kebijakan dokumentasi. Sehingga hal ini menjadi dasar banyaknya kasus-kasus buruh-buruh migran yang sulit dideteksi dan akhirnya terbengkalai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H