Mohon tunggu...
Dewa Teddy Saputra
Dewa Teddy Saputra Mohon Tunggu... -

fiat justitia ruat coelum: tegakkan keadilan sekalipun langit runtuh\r\n\r\nFollow me @kurawa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terungkapnya Dugaan 15 Tahun Lalu - Mayjen Kivlan Zen

29 April 2014   18:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:04 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kemarin (28/4/2014) TVone (media Golkar/bakrie group) menayangkan acara debat yang mengusung tema Prabowo dan pelanggaran HAM. Hadir narasumber dari YLBHI dan Imparsial, serta dari kubu Prabowo diwakili oleh Fadlizon dan Kivlan Zen. Hal menarik ketika Kivlan Zen terbawa suasana dan 'keceplosan' mengatakan bahwa ia tau dimana 13 Aktivis yang masih hilang di tembak dan dibuang serta siapa pelakunya. Berikut Videonya:

https://www.youtube.com/watch?v=WeKxy3GuU6M (bijimana dah cara nampilin video??)

Nah 15th lalu sempat ada dugaan bahwa mayjen Kivlan Zen terlibat dan tahu banyak tentang penculikan aktivis tersebut. Mari kita gunakan mesin waktu dan kembali ke 15th lalu. berikut artikel yang diambil dari mailing list Xpos september 1998.

---------------------------------------------------------

14 Aktivis yang diculik dan belum kembali, dipastikan telah
tewas. Kenapa Syafrie Syamsoeddin diselamatkan dari jerat keadilan?

Dewan Kehormatan Perwira (DKP) telah rampungkan tugasnya. Memeriksa tiga
perwira tinggi Kopassus, dan juga menjatuhkan sanksi. Letnan Jenderal
Prabowo dipecat dengan hormat; Mayjen Muchdi dan Kol Chairawan masih di
jajaran ABRI tapi tak memegang jabatan sama sekali. Demikian, akhir kisah
Prabowo, yang karirnya pernah melesat bak meteor dan sempat diramalkan akan
menduduki posisi tertinggi di ABRI. Penculikan aktivis, ternyata menjadi
titik balik karir Prabowo yang berakhir tragis.

Tuntaskah kerja DKP? Tampaknya tidak.Banyak kalangan berpendapat sanksi yang
dijatuhkan kepada tiga petinggi Kopassus itu, tidak mencerminkan rasa
keadilan. Bahkan juga tidak memenuhi prosedur hukum. "Sanksi jabatan itu kan
persoalan intern ABRI. Sedangkan tindak kriminalnya, menculik, harus
dipertanggungjawabkan di depan pengadilan," kata Munir, Koordinator Kontras
-lembaga yang aktif membela nasib korban penculikan.

Amien Rais, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), juga sependapat dengan
Munir. Ia mengatakan, Prabowo harus diseret ke mahkamah militer, justru agar
reputasi ABRI di mata masyarakat membaik. Amien menuntut Presiden
Transisional Habibie dan Pangab Wiranto, agar berani menyeret Prabowo dan
dua temannya itu ke pengadilan. "Dengan Mahmil yang terbuka untuk publik,
baru bisa ketahuan siapa yang menyuruh Prabowo melakukan penculikan," kata
Amien Rais.

Tapi, teknik ABRI menyelesaikan intern soal penculikan ini, agaknya memang
sengaja ditempuh untuk menghindari terbongkarnya orang-orang di belakang
Prabowo. Sebuah sumber di Mabes ABRI mengatakan, sebetulnya Prabowo punya
surat perintah penculikan itu, yang diteken oleh Jenderal Feisal Tanjung,
Pangab sebelumnya. Surat itu, konon, akan dibeberkan kalau Prabowo diseret
ke Mahmilub. Akibatnya, Wiranto berkompromi dengan menjatuhkan hukuman yang
ringan untuk Prabowo.

Maka misteri penculikan itu pun tak tuntas terkuak. Bukan hanya siapa yang
memerintahkan penculikan kepada Prabowo, tetapi juga bagaimana nasib aktivis
yang sampai kini tak tentu rimbanya. Keempat belas aktivis itu, antara lain
Deddy Hamdun, Noval, Sonny, Rian, Suyat, Bimo Petrus dan lain-lain. Prabowo,
di depan DKP mengaku hanya menculik aktivis yang sekarang sudah dibebaskan.
Ia mengatakan tak tahu menahu dengan 14 aktivis yang masih hilang itu.

Seorang anggota DKP, perwira berbintang tiga, yang memeriksa tiga petinggi
Kopassus itu, mengatakan, "korban penculikan yang tak pulang-pulang itu,
sudah meninggal." Kepastian itu, disimpulkan DKP dari hasil interogasi
mereka terhadap Prabowo dkk. Meskipun Prabowo tak mengaku menculik mereka,
tetapi saksi korban penculikan lain, Pius Lustrilanang, sempat bertemu Sonny
dan Ryan di tahanan yang sama.

"Sejak dulu saya yakin mereka sudah meninggal," kata Pius. Sebab, Sonny dan
Ryan, misalnya, dikeluarkan dari sel itu dua pekan sebelum Pius. Mereka
sempat berjanji untuk saling menelepon bila telah keluar tahanan. Tetapi,
sampai sekarang, dua aktivis PDI pro Mega itu, tak pernah memberi kabar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun