Selama wabah corona ini sekolah masih harus diliburkan oleh pemerintah untuk waktu yang belum dapat dipastikan. Mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Menikmati liburan yang panjang harusnya emak-emak di Indonesia berbahagia ya ? Tentu, banyak waktu bermain dengan sang buah hati dan keluarga. Walaupun di tengah kegiatan yang dipersempit ruang geraknya, emak-emak harusnya bisa lebih eksis di tengah keluarga. Menampung segala keluh-kesah keluarga, memecahkan masalah dalam keluarga adalah pekerjaan emak-emak yang super. Apalagi memasak kesukaan keluarga pasti hanya bisa dilakukan oleh emak-emak di rumah.Â
Namun benarkah keadaannya seperti itu. Apa emak-emak bukan bertambah stres ? Liku-liku perjalanan emak-emak  di tengah libur wabah corona ini ternyata bermacam-macam dan bervariasi. Dari yang mulai udah bad mood sampai yang mengisi liburan benar-benar di rumah dan berkarya bersama keluarga. DI samping harus menjaga kesehatan keluarga, mengurangi aktivitas keluar rumah tetapi tetap berkreativitas selama di rumah. Nah apa saja tuh, pekerjaan emak-emak .
Dalam perjalanannya harus diakui memang tidak mudah harus berdiam diri di rumah dan menghadapai langsung dengan bermacam-macam hiruk pikuk karakter anak-anaknya ketika harus belajar di rumah. Mungkin selama ini orang tua tidak tahu bagaimana anaknya mengerjakan tugas-tugasnya di sekolah. Dan bagaimana anak-anaknya biasa merespon secara cepat tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Jika di sekolah tentu ini adalah tugas guru untuk membimbing dan mengarahkan agar tugas pelajaran yang diberikan segera diselesaikan secara cepat dan dimengerti oleh anak. Â Namun Ketika harus belajar di rumah tentu ini adalah tugas orang tua terutama emak-emak yang memang selalu di rumah.Â
Hal inilah yang membuat jeritan emak-emak semakin melengking ke angkasa. Bagaimana tidak jika anak satu mungkin bisa diatasi dengan cepat. Apabila anaknya dua, tiga, empat yang semuanya mempunyai tugas masing-masing dari gurunya, bisa dibayangkan bagaimana stresnya emak-emak. Belum lagi harus masak untuk keluarga, Â bersih-bersih di rumah dan lain sebagainya. Tidak heran ada yang sampai bersitegang dengan suaminya, karena ibunya tidak bisa menyelesaikan tugas anaknya. Maka suamilah harapan keduanya untuk menyelesaikan tugas anak-anaknya.Â
Curhatan di atas bukan  hanya isapan jempol belaka, namun memang benar adanya. Mulai  dari media sosial, di pasar- pasar, dari tetangga- tetangga sebelah rumah, teman-teman,  semua  mempunyai curhatan terhadap tugas anak-anaknya. Sebenarnya hal ini bukan siksaan yang harus dikeluhkan. Karena seharusnya sebagai orang tua kita harus banyak tahu tentang perkembangan anak-anak. Dari mulai pelajaran yang diterima di sekolah sampai karakter anak dalam menerima pelajaran.Â
Menurut Fleming seorang guru dari New Zealand mengatakan ada 4 gaya belajar yang dimiliki oleh seseorang . Antara lain auditori/aural, write/read, kinestetik, dan visual. Auditori adalah anak memahami sesuatu cenderung melalui proses mendengarkan. Sedangkan Write/read adalah cara belajar melalui proses menulis dan membaca. Gaya belajar kinestetik anak akan memahami sesuatu setelah mencoba melakukan sendiri. Sedangkan gaya belajar visual anak memahami sesuatu dengan melihat. Nah, termasuk yang mana anak-anak kita ?
Pertanyaannya, sudahkah emak-emak mengerti tentang ini semua ? Kalau paham  pasti orang tua tidak akan kesulitan mengajari anak di rumah. Sebab mereka akan tahu mengapa cara pemahaman anak-anak mereka berbeda-beda. Dan orang tua akan menyadari jika anak-anak mengalami kesulitan belajar di rumah  dan harus segera diatasi dengan cara emak-emak tentunya. Jadi, mengetahui tentang seluk beluk dunia pendidikan tidak hanya di tangan guru saja. Dan penanganannyapun bukan juga hanya di sekolah.
Di rumahpun orang tua harus lebih jago menangani anak-anak mereka sendiri yang kesulitan dalam menerima pelajaran. Pelatihan-pelatihan parenting mungkin bisa membantu untuk mencari informasi tentang dunia anak. Literasi perlu dibangkinkan terus di rumah dan di lingkungan kita agar orang tua lebih banyak pengetahuan tentang dunia pendidikan dan perkembangan psikologi anak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H