Mohon tunggu...
Idatus sholihah
Idatus sholihah Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Penulis lepas yang tertarik dengan bahasa, literasi dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Kembali Hari Guru

25 November 2022   18:58 Diperbarui: 25 November 2022   19:15 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menulis dan mengajar bersamaan bukan suatu hal yang mustahil”.

Kalimat tersebut menjadi contoh dan kiasan bahwa dua hal dapat dilakukan dalam satu waktu. Ini berlaku juga untuk guru yang memiliki profesi sampingan yang lain.

Di hari guru ini, mari kita luruskan kembali persoalan guru, belajar, dan mengajar. Saya membaca buku ini beberapa tahun lalu, namun beberapa kali saya baca ulang untuk mengilhami kembali tentang perspektif mengajar. Mengajar merupakan profesi yang menuntut keahlian khusus. Dalam buku berjudul The Art Og Teaching setebal 190 halaman ini, dituliskan oleh Jay Parini dan kisah-kisah yang dapat dijadikan panduan mengajar. Buku ini adalah bagian dari perjalanannya di dunia pendidikan sekaligus menjadi penulis. Ada begitu banyak kesulitan yang dialaminya ketika menjadi sosok pengajar. Namun yang patut diteladani adalah sekalipun banyak kegagalan dan masalah itulah awal yang bagus. Dirinya tidak pernah berhenti mencoba bangkit dan berusaha kembali. 

Dalam bukunya ia merupakan seorang guru dan penulis. Banyak orang yang mengatakan bahwa mengajar dan menulis tidak bisa dilakukan secara bersamaan. Akan tetapi, hal itu tidak benar sebab Parini memberi  saksi  melalui kisah dalam keseharian selama lebih dari satu dekade. Ia mampu menerbitkan buku kumpulan esai, puisi, kritik sastra dan tanpa melalaikan tugasnya sebagai seorang pendidik. Memanfaatkan waktu luang meskipun hanya sedikit dengan menyempatkan diri menulis serta melakukannya di tengah pekerjaannya sebagai pengajar. Hal ini membuktikan bahwa perkara yang dianggap sulit oleh banyak orang, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh akan membawa hasil yang baik.

Parini seolah menciptakan buku panduan mengajar yang lain dari biasanya, jika pada umumnya buku panduan memberi pengarahan dan panduan secara cepat dengan tips singkat dan gaya bahasa yang membosankan. Berbeda dengan buku ini, ia menciptakan panduan –panduan dengan bahasa yang begitu mengalir, tidak membosankan. Nilai-nilai emosional  serta nilai moral yang ada begitu terasa dengan latar kisah dunia kehidupannya di Amerika. 

Berbicara pendidikan dan pengajaran, di seluruh dunia memiliki goal yang sama. Mewujudkan masyarakat dan individu yang cerdas dan berkualitas. Baik dari sisi pendidik atau yang dididik. Inilah yang patut ditinjau kembali dengan dunia pendidikan Indonesia. Kondisi saat ini, dunia pendidikan memiliki problem serius, baik persoalan individu siswa dengan maraknya bullying dengan akibat yang sangat fatal, persoalan kesejahteraan guru yang sebagian besar masih dipertanyakan.  Ada banyak celah dan bagaimana kita menghadapinya?

Persoalan siswa, tentunya tanggung jawab guru dan orang tua, mungkin saja ada pihak yang lalai dalam memantau perkembangan sosial dan psikologis anak. Sehingga berdampak pada polah tingkah laku yang merugikan orang lain atau individu yang terlalu takut akan orang lain. Tentunya ini adalah hal yang perlu ditinjau dengan teliti, sebab tidak mungkin seorang bisa menjadi individu yang baik jika ada persoalan dalam diri yang masih sangat bermasalah. Ada banyak upaya pendekatan yang bisa dilakukan secara individu, sehingga permasalahan yang ada bisa dipecahkan dan menemukan solusi yang efektif.

Adapun persoalan guru dan tenaga kependidikan ini adalah tanggung jawab bersama. Upaya pemerintah dalam pemerataan jaminan sosial bagi mereka. Sebab bagaimana bisa kita membiarkan kehidupan para guru terlantar sedangkan dari tangan mereka peradaban hidup dan diperpanjang?

Dari buku The Art of Teaching  saya memahami bahwa persoalan guru hampir sama, bagaimana kesejahteraan mereka dipertaruhkan. Namun alih-alih mencari kehidupan dan profesi lain yang menjajikan, seorang guru bahkan tidak tega dan terpukul jika melihat kebodohan dan kebobrokan moral terjadi dimana-mana. Selain memperjuangkan siswanya para guru juga bertaruh untuk nasibnya sendiri. Tetap berusaha meningkatkan skill dan kualitas mengajar ataupun tuntutan sosial lainnya. Proses untuk menjadi pengajar efektif adalah meliputi trial and eror  menyakitkan namun  memang tak ada jalan pintas untuk menjadi pengajar berkualitas.

Selamat hari guru! Semoga dunia pendidikan  Indonesia menjadi lebih baik dan melahirkan dan mengembangkan manusia bermartabat dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun