Mohon tunggu...
Ida Tahmidah
Ida Tahmidah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ida Tahmidah

Seorang ibu dari lima orang putra putri, Travel Blogger dan Lifestyle Blogger, kontributor dari beberapa buku antalogi, ibu dari dua penulis cilik. Pemilik blog https://idatahmidah.com dan https://idajourneys.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Peluang Menulis dan Sebuah Dejavu di Pantai Maju

11 Agustus 2019   14:20 Diperbarui: 14 Agustus 2019   17:59 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semburat mentari mengawali pagi, kereta api pun bergerak mengiringi semangat yang membuncah di dada.  Akhirnya bertemu teman-teman yang sudah asyik lebih dulu di kursi masing-masing karena mereka berangkat dari Stasiun Bandung, sementara saya dari Stasiun Cimahi.  Setelah saling berhai-hai melepas kebahagiaan,  kami pun sibuk dengan diri masing-masing.   Menikmati perjalanan Kereta Api Argo Parahyangan yang melaju dengan konstan.  Jujur, saya paling menikmati perjalanan dengan kereta api hingga tak terasa kami pun tiba di Stasiun Gambir.   Hallo Jakarta we are coming....  :) Aih..senangnya Si Iteung  pun Saba Kota kembali.... hahaha....

Menyusuri Kota Jakarta dengan bahagia,  penuh canda tawa,  akhirnya mobil taksi online yang kami tumpangi pun tiba di Taman Mini tempat yang kami tuju.  Kami berlima para Iteung dari Bandung terdiri dari Bunda Intan Kompasianer senior yang memiliki 12 putra putri dan belasan cucu, Ambu Maria yang juga kompasianer senior  peserta paling sepuh diantara kami,  Teh Sugi, mamah muda yang penuh semangat, mungkin karena lulusan filsafat hobinya menganalisa terus, Yeni satu-satunya gadis di rombongan ini yang sigap membantu kerempongan para emak, dan terakhir tentu saja saya, mamah setengah tua  yang ingin selalu berjiwa muda.... :D

Pelatihan Menulis dan Tour ke Pantai Maju yang diadakan Click Kompasiana  yang bekerjasama dengan Perhimpunan Penulis Indonesia (PPI).  Acara ini berlangsung dua hari dari 2 Agustus  sampai dengan 3 Agustus 2019.  Kami termasuk yang paling awal hadir, selain panitia di dalam sudah ada Teh Okti kompasianer dari Cianjur bersama anak dan Kang Iwan suaminya.   

Karena masih ada waktu satu jam menuju dimulainya acara, melupakan rasa lelah, saya, Teh Sugi, dan Teh Yeni sepakat untuk berkeliling menikmati keindahan Taman Mini dengan kereta gantung.  Mumpung ada di Taman Mini, kapan lagi kan ? Hehe, terakhir saya ke sini waktu anak-anak masih kecil. sudah lama sekali.  Dengan membayar tiket kereta gantung seharga Rp 50.000,00 per orang akhirnya kami berkeliling menikmati  keindahan Indonesia  dalam bentuk miniatur selama kurang lebih dua puluh menit.  Horeee ... cita-cita saya keliling Indonesia akhirnya tercapai. :D

Keliling Indonesia dulu dengan kereta gantung :)
Keliling Indonesia dulu dengan kereta gantung :)

Kembali ke tempat pelatihan di Wisata Graha TMII ternyata peserta sudah mulai berdatangan, para blogger, vlogger se Jakarta, Banten dan Jawa Barat berkumpul di sini.  Menikmati jamuan acara Click Kompsiana yang dinanti-nanti, akhirnya setelah istirahat sholat dan makan sessi pertama pun dimulai.  Mba Muthiah Al Hasany sang founder Click, seksi tersibuk di acara ini,   berperan sebagai moderator membuka acara ini.  

Sessi I Kiat Menulis Fiksi dari Fanny Jonathans Poyk

Kekhawatiran saya tidak terbukti, berkat suara beratnya yang jernih, serta isi materi yang menarik, Fanny Jonathans Poyk pengisi materi pertama ini berhasil membuat saya mengikuti sessi pertama tanpa mengantuk sama sekali.  Putri sastrawan Indonesia Gerson Poyk ini memang sangat menguasai materi yang ia bawakan., tentu saja karena memang berbekal pengalaman malang melintang dalam bidang kesusasteraan.   Beberapa karyanya antara lain adalah Pelangi di Langit Bali, Sayonara Narkoba  dan Perkawinan Lintas Budaya.

Fiksi yang dibuatnya memang selalu berdasarkan riset yang dilakukannya di lapangan atau riset melalui membaca buku.   Tak heran fiksi karya Fanny memang selalu memiliki makna yang dalam.  Bukan karya yang main-main, ada drama kehidupan yang dalam  yang tersirat dalam karyanya.  Itulah mengapa karyanya selalu memiliki nilai sastra yang tinggi.  Dan itulah yang dipesankannya di acara ini,  menurutnya sebuah tulisan fiksi itu  harus berdasarkan riset, karena akan sangat membantu penulis untuk mengembangkan tulisannya.   Tulisan akan lebih akurat dan detail serta hidup karena mengalami sendiri.  Itulah mengapa meski sudah 45 tahun bergulat di dunia sastra, Fanny tetap selalu melakukan riset di tiap tulisannya.

Kompasianer dari Bandung berfoto dengan Mba Fanny
Kompasianer dari Bandung berfoto dengan Mba Fanny

Sessi 2, Tips Konten Marketing dari Iskandar Zulkarnain

Usai sessi bersama Fanny acara dilanjutkan dengan istirahat sholat dan coffe break.  Berhubung sholat ashar sudah dijama dengan dzuhur saya memanfaatkan waktu dengan      berfoto bersama Mba Fanny, ngemil dan ngobrol dengan sesama kompasianer.  Tak terasa acara kedua pun segera dimulai.  Mas Iskandar Zulkarnain pun tampil di depan didampingi moderator Mba Muthi.  

Baru pertama kali ketemu Mas Isjet- begitu beliau biasa disapa-saya baru ngeh ternyata yang tadi menyapa dan mengajak bersalaman itu adalah Mas Isjet pengisi acara kedua.  Pria yang ramah, itu kesan pertamaku.  Pekerja media Republika yang merupakan jebolan Ponpes Modern Darussalam Gontor ini juga merupakan Co founder Kompasiana lho, beliau juga aktif di berbagai kegiatan literasi digital. 

Mas Isjet saat memberikan materi Konten Marketing
Mas Isjet saat memberikan materi Konten Marketing

Kalau dalam pemasaran tradisional kita menjangkau keluar mencari pelanggan dengan memasang iklan, door to door dan lain-lain dengan biaya yang cukup besar.  Berbeda dengan konten marketing merekalah yang mencari kita. bila kita memiliki konten yang bermanfaat bagi mereka, maka para calon pelanggan akan datang mengunjungi kita. 

Tentu saja untuk bisa menjadi sebuah konten yang menarik dibutuhkan ide-ide yang kreatif.  Pesan dari Mas Iszet dalam menulis konten marketing jangan lupakan  4 Be ini, yaitu Be Originally, Be Passion, Be Timelly dan Be Flexible.  Sebuah konten harus original tidak boleh copy paste karena kalau sudah meniru sudah tidak menarik lagi.  Menulis konten juga harus sesuai passion, ini juga penting karena dengan passion maka bisa dihasilkan hasil yang terbaik.  Be Timely artinya harus up to date sesuai dengan perkembangan zaman, jangan sampai ketinggalan kereta.. hehe...  dan yang terakhir harus  fleksible, setiap platform memiliki keunikan sendiri, di sinilah fleksibilitas dibutuhkan kita tidak boleh kaku.

Para peserta asyik menyimak 
Para peserta asyik menyimak 

 Sessi ke-3 :  Kelas Menulis Bidang Ekonomi bersama Isson Khaerul, Sebuah Peluang

Sessi kedua berakhir bertepatan dengan Maghrib tiba peserta dipersilakan untuk beristirahat dan menempati kamar masing-masing.   Pukul 20.00 diminta kembali ke tempat pelatihan.  Sebelumnya Ketua Umum PPI Thamrin Sonata dan Kompasianer baik hati nan nyentrik Yon Bayu memberi pengumuman adanya acara menulis serentak tentang acara ini di akun Kompasiana masing-masing peserta dan akan terpilih lima pemenang yang akan mendapat hadiah uang tunai.

Kami memasuki kamar masing-masing yang sudah ditentukan, satu kamar berenam, mirip asrama dengan tiga tempat tidur bertingkat dua di dalamnya, ada sebuah lemari besar untuk pakaian dan dua buah meja.   Cukup nyaman, terlebih kamar kami berdekatan sekali dengan kamar mandi. Kami berenam terdiri dari lima para Iteung dari Bandung ditambah Mba Muthia. Beruntung bisa sekamar dengan founder Click Kompasiana ini memberi insight baru tentang komunitas, menularkan semangatnya yang luar biasa juga.   Terlihat agak jutek, tapi ternyata baik hatinya.

Tepat pukul 20.00 usai mandi sholat makan, istirahat sambil menulis tugas, kami berkumpul kembali di ruang pelatihan.  Isson Kherul pengisi materi ketiga  merupakan Direktur Program PPI mengungkapkan bahwa menulis di bidang ekonomi merupakan peluang penulis yang sangat menjanjikan. Mengingat penulis yang menulis tentang ekonomi ini masih sedikit.  Menurutnya siapa saja bisa jadi penulis di bidang ekonomi ini asal jeli dengan kondisi yang sedang terjadi.  Era digital ini memberi banyak kesempatan yang besar kepada kita untuk beropini tentu saja dengan mengedepankan fakta, bukan sekedar opini pribadi tanpa data  akurat.

Menjelang acara hari pertama usai,  Yon Bayu  yang sangat hobi mempromosikan status dudanya ..hihi.. mengumumkan lima pemenang yang beruntung mendapatkan hadiah uang.  Dan... namaku muncul  terpilih sebagai salah satu yang mendapatkan hadiah... Horeee.. Alhamdulillah.. bersyukur sekali namaku keluar juga.  

Malam pun mulai merangkak larut, kami harus segera masuk kamar masing-masing karena besok keseruan lain akan segera kami jumpai... Sungguh, tak sabar rasanya menanti hari esok tiba...

Pantai Maju sebuah Dejavu
Pantai Maju sebuah Dejavu

Sebuah Dejavu di Pantai Maju

"Mirip suasana di Melaka... "  Kalimat itu yang saya ucapkan kepada temanku, saat pertama kali menginjakkan kaki di Pulau Maju ini.  Seperti sebuah dejavu, Ingatanku              menerawang  saat melakukan perjalanan Kuala Lumpur- Melaka - Singapura - Kuala Lumpur beberapa bulan yang lalu. Suasana tandus dan panas begitu terasa, mirip saat pertama kali menginjakan kaki di Sentral Malaka.  Mungkin karena sama-sama merupakan pulau reklamasi, bedanya Melaka sudah jauh lebih rapi, sementara Pulau Maju masih dalam proses.  

Sempat bingung juga tentang pulau reklamasi ini sempat menganggap Anies sang Gubernur DKI Jakarta terpilih tidak  konsisten tentang pantai reklamasi ini.  Tapi sempat membaca pernyataannya, jadi mulai paham juga sih...  IMB bukan soal reklamasi jalan atau berhenti pulau reklamasi tetapi IMB adalah soal izin pemanfaatan lahan hasil reklamasi dengan cara mendirikan bangunan. Dikeluarkan atau tidak IMB, kegiatan reklamasi memang sudah dihentikan.  Itu kata Anies Bawesdan sang gubernur DKI Jakarta terkait permasalahan IMB yang sedang menjadi sorotan.

Dari rencana 17 pulau yang akan dibangun di teluk Jakarta ini, ada 13 pulau yang tidak bisa diteruskan.  4 kawasan pantai yang sudah terbentuk sebagai hasil reklamasi faktanya sudah terbentuk menjadi daratan.  Kini pemanfaatan lahan hasil reklamasi ini yang harus dioptimalkan dan kini pemprov DKI harus mengatur pemanfaatannya.  Mudah-mudahan saja sesuai janji sang gubernur  yang menyatakan penerbitan IMB adalah upaya pemanfaatan betul-betul terealisasi.  Empat pulau yang sudah terlanjur berdiri ini difokuskan untuk kepentingan publik.  Ah semoga saja bukan hanya kata manis di bibir saja. karena memang keempat pulau itu sudah terbangun dan harus dimanfaatkan.  

Pantai Maju semoga bisa dioptimalkan pemanfaatannya
Pantai Maju semoga bisa dioptimalkan pemanfaatannya

Sudahlah... saya hanya mampu berharap dan berdo'a.   Terlepas dari semua itu keseruan di dua hari acara Click Kompasiana ini patut saya syukuri sebagai sebuah kesempatan yang Allah SWT berikan.  Mendapatkan pengalaman seru, ilmu yang bermanfaat, bersilaturahmi dengan teman-teman yang baik adalah karunia yang harus syukuri dengan memanfaatkan ilmu yang didapat.  Semakin rajin belajar menulis, mudah-mudahan bermanfaat bagi orang lain.  Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain ?

Terima kasih Click Kompasiana untuk acaranya yang luar biasa,  semoga  ke depan ada acara lain yang menarik lagi.   Konon acara Click Kompasiana seru-seru ya ...?  Semoga next saya bisa bergabung lagi :) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun