Waktu saya remaja saya pernah membaca sebuah kisah nyata tentang sepasang kekasih yang saling mencintai tapi karena suatu alasan mereka harus terpisah dan kisah ini terjadi di Amerika pada masa perang dunia ke-2.Â
Ternyata walaupun berpisah sepasang kekasih ini masih saling mencintai dan saling mengingat kenangan indah yang mereka alami dan mereka juga saling mencari keberadaan masing-masing, karena terpisah.
Saya sudah lupa rincian detail dari kisah ini tapi sepasang kekasih ini bertemu kembali di usia 80-an dan ternyata mereka sama-sama belum menikah.Â
Ketika bertemu kembali mereka tetap saling mencintai walaupun tampilan secara fisik sudah sangat berubah menjadi seorang tua renta dengan kulit berkeriput tapi tidak memudarkan rasa cinta mereka.
Ketika saya membaca kisah ini saya tersentuh dan merasa cinta mereka adalah cinta abadi.
Tapi sekarang saya mempunyai pendapat yang berbeda terhadap kisah tersebut, saya justru merasa kasihan kepada sepasang kekasih tersebut yang terjebak dalam kenangan masa lalu.
Seharusnya mereka membiarkan kisah cinta mereka yang indah tetap menjadi kenangan indah, dan kenangan hanya untuk dikenang bukan untuk hidup dalam kenangan.
Seharusnya sepasang kekasih ini bisa memulai kisah cinta yang baru dan mungkin saja tak kalah bahagianya dengan kisah cinta mereka.
Untung saja sepasang kekasih ini masih dipertemukan dan menikah walaupun di usia lanjut, jika tidak berarti mereka selamanya terjebak dalam kenangan.
Untuk banyak orang mungkin perkara move on gampang dilakukan, tapi untuk sebagian orang ini sangat sulit dilakukan dan butuh waktu sampai puluhan tahun untuk dapat melakukannya.
Saya juga pernah mendengar cerita tentang seorang pria yang terus masih teringat dengan mantan kekasihnya semasa awal kuliah.Â