Ada sebuah pekarangan rumah walaupun kecil banyak ditumbuhi tanaman sayur seperti bayam merah, sawi hijau, terong, selada, daun seledri, dan juga ada pohon mangga. Â Semua tanaman itu tumbuh subur di pekarangan tersebut.
Pemilik pekarangan tersebut adalah kakek John yang sangat senang bercocok tanam dan setelah pensiun kakek John menggunakan waktunya untuk bercocok tanam.
Kakek John senantiasa rajin merawat serts memlihara tanaman-tanaman miliknya. Bukan  hanya menyirami saja tapi juga selalu melakukan pemupukan, penyiangan, serta penggemburan tanah.Â
Kakek John merawat tanamannya seperti merawat anaknya saja, karena dilakukan dengan sepenuh hati.
Tanaman-tanaman  tersebut sangat menyukai menyukai kakek John, dan tanaman ini selalu berkomunikasi dengan kakek John dengan bahasa alam yang hanya bisa dimengerti oleh mereka, ya kakek John sepertinya mengerti apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan dan keluhan-keluhan tanaman-tanaman tersebut.
Tanaman yang dirawat dengan cinta pastilah akan tumbuh subur dan menghasilkan sayur, ataupun buah yang berkualitas baik dan segar, seperti tanaman-tanaman di pekarangan kakek John semuanya tumbuh dengan subur dan baik dan hasil yag berkualitas.Â
"Wow! alangkah besar buah timun suri itu dan lihat sayur-sayur itu lebat dan bagus sekali, serta kelihatan segar." Itulah reaksi orang-orang yang lewat di depan pekarangan kakek John
Tanaman-tanaman di pekarangan kakek John terbiasa menerima pujian dari orang-orang yang lewat, tapi walaupun demikian mereka tetap menyukai pujian tersebut.
Semuaa tanaman di pekarangan kakek John bersahabat bahkan  persahabatan diteruskan ke generasi mereka selanjutnya yaitu bibit baru yang mereka hasilkan dan selalu disemai oleh kakek John.
Suatu hari kakek John pergi keluar kota secara mendadak, dan yang menunggu rumah kakek John adalah seorang pemuda yang bernama Bill, yang masih kerabat kakek John.
Sebelum pergi keluar kota kakek John berpesan kepada Bill supaya tidak lupa merawat tanaman-tanaman yang ada di pekarangannya.
"Bill, Â tolong semua tanaman-tanaman sayur ini disiram setiap hari ya, sebab kalau tidak rajin disiram tanamannya menjadi layu dan mati." Kata kakek John.
 "Ia, Kek."  Sahut Bill pendek.
Melihat jawaban Bill yang pendek, kakek John menegaskan kembali permintaannya karena dia ragu Bill akan melakukannya.
"Tanaman-tanaman ini seperti anak bagi kakek dan kakek sangat menyanginya dan juga tanaman-tanaman ini berasal dari bibit yang bagus, sangat sayang sekali kalau semua mati dan tidak sempat dibibitkan kembali karena tidak dirawat" Kakek John berusaha memberikan pengertian arti tanaman itu baginya.
"Jadi berjanjilah untuk merawatnya?" ujar kakek John dengan penuh harap.
"Ia kek, saya  berjanji akan merawat tanaman-tanaman tersebut." Kata Bill enggan.
Janji tinggal janji, Bill sama sekali tidak pernah merawat tanaman-tanaman tersebut karena Bill sama sekali tidak menyukai tanaman.
Tanaman -- tanaman seperti bayam, sawi terong, seledri, timun suri, selada mulai merasa kesal dengan Bill karena Bill sama sekali tidak perduli dan tidak pernah memperhatikan mereka.
Untung saja ini  musim hujan jadi mereka belum sempat layu karena tertolong air hujan yang menyirami mereka sehingga ketika daun-daun mereka akan layu, disegarkan kembali.
Panas sangat terik, dan udara sangat kering dan kadang-kadang angin bertiup dengan kencang sepertinya kemarau akan tiba.
Daun-daun sayur tersebut mulai tertunduk lunglai karena layu, karena sudah hampir seminggu hujan tidak turun dan merekapun tidak tersentuh air.
Selain harus menghadapi kekeringan, tanaman-tanaman ini juga harus menghadapi anak-anak nakal yang sering memetik buah terong dan timun suri yang baru tumbuh. Â Selain itu, Â anak-anak itu juga sering memetik bunga sawi, bayam padahal bunga-bunga itu mengandung biji-biji yang akan menjadi bibit penerus mereka.
Anak-anak nakal itu apakah tidak pernah diajari orangtuanya untuk merawat serta memelihara tanaman, beda sekali dengan cucu-cucu kakek John.
Cucu-cucu kakek John yang masih kecil ketika datang berkunjung kerumah kakek John tidak pernah merusak mereka. Â Cucu-cucu kakek John bahkan sudah diajarkan merawat mereka dan kadang-kadang mau membantu menyirami mereka.
Tanaman-tanaman itu  mulai merindukan kakek John.  Mereka merindukan siulan kakek John ketika menyirami mereka, merindukan sentuhan tangan kakek John ketika memberikan pupuk,  dan melakukan penyiangan.
Sayur Sawi pun bertanya kepada pohon Mangga:
" Ini sudah dua minggu, tapi kok Kakek John belum pulang-pulang juga! Â Jangan-jangan kakek John sakit." Kata Sayur Sawi cemas.
"Ia benar, bagaimana  jika ternyata kakek John ternyata sakit parah dan kakek John tidak akan  pulang lagi!"  kata Daun Seledri menimpali.
"Stop! Â Kalian Jangan berpikir macam-macam, mari kita doakan supaya Kakek John tetap sehat dan urusannya cepat selesai sehingga kakek John bisa segera pulang." Kata Sayur Bayam tegas.
Semua terdiam sesaat.
" Kita tidak tahu berapa lama lagi kakek John akan pulang,. Aku takut ketika kakek John pulang kita sudah mati dan tidak ada lagi penerus kita karena  Bill tak pernah merawat kita.
Mari kita melakukan sesuatu supaya Bill memperhatikan kita dan ingat untuk melaksanakan janjinya.
Semua terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing mencari ide untuk mendapatkan perhatian Bill
"aku ada ide!" Seru Sayur sawi mengejutkan tanaman lain yang sedang hening.
"Ketika angin bertiup kencang, aku akan menggoyangkan ranting ku yang sedang berbunga kearah mata Bill  supaya biji-biji  dari bungaku akan terbang ke matanya dan dia pasti akan mencuci matanya yang kelilipan. Sayur Sawi menjelaskan rencananya secara detil.
 "Kita berharap Bill melihat kita, dan dia kan menyadari betapa daun-daun kita sudah layu dan ketika dia akan mencuci mata dia ingat perkataan kakek dan ingin menyirami kita.." Sayur Selada berdoa.
"Semoga Bill keluar sehingga ide kita bisa terlaksana." Kata sayur Terong.
Harapan tanaman-tanaman itu pun terwujud. Â Tak lama kemudian Bill keluar dan duduk di teras, ttapi posisi duduk Bill membelakangi Sayur Sawi.
"Aduh,  jaraknya  jauh dari ku, kalau pun angin bertiup kencang biji-bijii nya yang terbang tidak akan sampai ke matanya." Ujar Sayur Sawi cemas.
Semua tanaman berdoa supaya Bill semakin mendekat  Dan sekali lagi doa tanaman-tanaman itu terjawab. Bill segera berdiri mendekat ke arah Sayur Sawi.
Bill  saat itu sedang menelpon temannya tanpa sadar mulai memandang dan tak lama kemudian anginpun  bertiup kencang, serbuk bunga dan bijian beterbangan ke arah mata Bill.
"Aduh! Mataku." Bill memegangi matanya kesakitan.
"Sayur sialan!" Bill mengumpat sambil melihat Sayur Sawi dengan perasaan kesal.
"Ada apa Bill?" Â Kata teman yang ada di seberang sana.
"Mataku kelilipan kena biji sawi, nanti aku telepon lagi ya." Â Kata Bill kemudian mematikan telepon lalu masuk ke dalam rumah.
"Bill sepertinya tidak tergugah melihat kita yang layu justru malahan mengumpat kita,." kata Daun Seledri sedih.
"Semoga saat Bill akan membersihkan matanya dengan air, Â dia teringat akan janjinya kepada kakek John." Kata Sayur Bayam.
"Ia Semoga." Â Sayur-sayur lain menjawab serempak.
Mereka berharap tapi ternyata Bill tak keluar-keluar dan mereka pun menjadi kecewa.
"Wah, ternyata cara kita ini tidak berhasil. Â Kita harus memikirkan cara lainnya supaya Bill tergerak untuk melihat kita dan teringat dengan janjinya." Â Kata Sayur Bayam.
"Apakah ada yang punya ide lainnya supaya Bill ingat akan janjinya?" kata sayur Bayam lagi.
"Aku punya iide." Kata Pohon Mangga yang sedari tadi hanya diam saja dan menjadi pengamat.
"Ketika angin bertiup kencang aku akan menggoyangkan pohonku ke arah Bill sehingga beberapa buahku yang busuk jatuh tepat dihadapan Bill dan aku berharap Bill akan menginjak buah tersebut dan terpeleset  jatuh dan ketika dia akan mencoba berdiri dan melangkah lagi, aku akan menggoyangkan pohonku lagi sehingga buah busuk ku yang lain jatuh kembali dan Bill akan terpeleset lagi sehingga Bill pasti akan mengambil air untuk membersihkan teras dan ketika ada air mungkin Bill tergerak untuk menyirami kita.
Angin pun bertiup dengan kencang menggoyangkan ranting-ranting pohon Mangga sehingga buah yang busuk itupun jatuh di teras tepat di depan Bill dan pada saat Bill akan  melangkah, secara tak sengaja Bill menginjak buah busuk tersebut, lalu Bill terpeleset jatuh.
Bill bangun dan berdiri kembali, baru akan melangkah, Bill menginjak buah mangga yang busuk yang baru jatuh, Bill pun terpeleset lagi.
Bill pun bangun lagi dengan perasaan kesal ditendangnya buah mangga yang busuk itu dengan keras lalu membuka pagar lalu melangkah pergi.
Melihat hal itu semua tanaman menjadi lesu dan berputus asa.
Mereka sepertinya pasrah menunggu nasib untuk mati tanpa mewariskan generasi penerus mereka.
Tubuh mereka sudah sangat lemah karena layu ketika air menetes di daun-daun mereka, dengan seluruh kekuatan yang tersisa mereka berusaha menegakkan daun-daun mereka untuk melihat  asal sumber air. Betapa senangnya mereka bahwa air tersebut berasal dari ceret kakek John yang selalu dia gunakan untuk menyirami tanamannya.
"Kasian sekali tanaman-tanamanku sudah hampir mati.' Kata kakek John sedih.
Setelah kakek John pulang tanaman-tanaman yang tadinya hampir mati segar kembali.
"Kalian adalah makhluk hidup, jika kalian tidak diberi makan, dirawat, dan disayangi kalian juga akan mati." Kata kakek John sembari memberikan pupuk.
Setelah selesai memberikan puouk, Kakek John melihat pekarangannya . Semua  tanamannya kembali hijau dan segar kemudian  kakek John berkata
"Bertumbuhlah dengan baik."kakek John tersenyum puas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H