Pasar di Kampung Sarulla buka di hari tertentu saja, tapi di hari Minggu pasar ini tutup, hanya ada beberapa penjual seperti penjual gorengan, es dan makanan kecil lainnya. Di kampung pesta adat diselenggarakan di Onan, dan tempat untuk pelaminan pengantin beserta keluarganya duduk telah dipersiapkan, untuk tamu undangan yang mempunyai peran di acara adat pesta juga telah dipersiapkan.
Selama menunggu itu ada yang berdiri dan ada yang duduk. Kondisi pasar itu kotor maka yang memilih duduk harus menggunakan alas supaya baju tidak kotor para wanita yang memilih duduk lesehan harus menyiapkan sarung untuk menutupi kaki mereka. Sudah berdandan cantik-cantik memakai kebaya dan bersanggul tapi harus duduk, kebayangkan bagaimana susahnya duduk lesehan, tapi kalau tidak hanya berdiri saja, kaki lumayan pegal dan badan capek.
Dikarenakan kepanasan dan telah berdandan cantik, saya agak malas mengambil banyak foto ketika lagi menunggu di Onan ini, padahal banyak momen-momen menarik untuk di foto.
Bagi penderita maag seperti ibu saya, biasanya sudah mempersiapkan makanan dari rumah, tapi saya dan beberapa kelaluarga lainnya akhirnya membeli makan siang diluar karena sudah kelaparan.Â
Pesta adat di Sarulla baru bisa selesai pukul 20.00 WIB, jadi untuk pengantin harus menyiapkan stamina tubuh agar tetap kuat dan tidak pingsan, dikarenakan dini hari pukul 03.00 WIB pengantin wanita sudah bersalon, dan pelaksanaan pesta adat yang sangat lama, apalagi setelah selesai pesta adat, di rumah pengantin laki-laki biasanya masih ada acara lagi.
Pulang dari pesta adat terasa sangat lelah tapi juga senang karena saya bisa melihat langsung keunikan pesta pernikahan adat Batak Toba di kampung, dan itu semakin memperkaya pengetahuan budaya Batak Toba yang saya miliki.
Note: 1. Paranak (pihak Laki-laki)