Mohon tunggu...
IDA ROIHATUL JANNAH
IDA ROIHATUL JANNAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Perumahan terhadap Kelanjutan Sektor Pangan di Perum Puri Antirogo Duk Lengkong Kabupaten Jember

17 Mei 2024   13:06 Diperbarui: 17 Mei 2024   13:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ANALISIS DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN TERHADAP KELANJUTAN SEKTOR PANGAN

DI PERUM PURI ANTIROGO DUK LENGKONG KABUPATEN JEMBER

 


Wilayah Kabupaten Jember didominasi dengan lahan pertanian yakni seluas 5.099,283 Ha atau 51,47 % dadi total luas wilayah kota. Dengan adanya lahan pertanian membuat mayoritas penduduk disekitarnya bekerja pada sektor pertanian seperti palawija, tembakau, dan kopi. Sehingga bisa dikatakan masyarakatnya sangat bergantung pada lahan pertanian. Seperti halnya di wilayah Perum Puri Antirogo 1, Duk Lengkong, Antirogo, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pada kecamatan sumbersari tersebut lahan pertanian didominasi oleh tanaman padi dan jagung. Pada Tahun 2021 lahan pertanian padi mempunyai luas panen 2.616 Ha dengan produktivitas 57,21 Kw/Ha memproduksi 14.969 ton. Pada lahan jagung ini rata-rata luas panen sekitar 433 Ha, dengan produktivitas 57,62 Kw/Ha dan memproduksi jagung sebanyak 2.495 ton. Lahan pertanian panen jagung meningkat sedangkan lahan panen untuk padi menurun jika dibandingkan dengan tahun 2020. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Dari hasil perbandingan diatas dapat dilihat bahwasannya lahan panen pertanian menyusut, dengan luas panen padi tahun 2020 91% atau sekitar 3.119 Ha menjadi pada tahun 2021 sekitar 2.616 Ha. Terjadi penurunan sebesar 503 Ha. Selain itu kondisi lahan pertanian di antirogo sendiri terbilang cukup baik sampai sekarang dapat menanam dan memanen hasil tani dengan baik, informasi tersebut kami dapat dari narasumber bernama bapak haris, berumur 40 tahun yang sejak dulu sudah bermata  pencaharian sebagai pertani. Akan tetapi disekitar lahan pertanian terdapat perumahan yang semakin tahun semakin bertambah yang menyebabkan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan.

Faktor penyebab alih fungsi lahan menjadi perumahan :

  •   Banyaknya kebutuhan lahan non pertanian : lokasi observasi yang kami teliti berdekatan dengan jalan raya dimana menjadi rebutan para investor industri yang ingin membangun berbagai macam industri dari yang terkecil hingga terbesar. Selain itu, keberadaan lahan yang terapit dikarenakan lahan sawah atau pertanian yang mulai tidak terlalu luas yang disebabkan oleh non pertanian pembangunan terutama perumahan yang ada pada perum antirogo 1 mengakibatkan berbagai kesulitan seperti tenaga kerja, air irigasi, dan sebagainya.
  •   Peningkatan jumlah penduduk : seiring bertambahnya tahun populasi penduduk masyarakat mulai semakin berkembang pesat, perumahan yang ada pada perum antirogo 1 semakin lama semakin bertambah. Terbukti dari hasil analisis perbandingan melalui google maps dan lapangan ditemukan bahwasannya 3 tahun yang lalu perumahan antirogo 1 sedikit untuk lahan rumah, akan tetapi pada 2022 sekarang sudah berkembang pesat dan padat. 
  • Dampak Alih Fungsi Lahan dan Dampak Terhadap Sektor Panga. 
  • Dampak alih fungsi lahan terbagi menjadi dua yaitu secara makro dan mikro, Secara makro ketersediaan pangan yang berkurang berakibat berkurangnya ketahanan pangan secara nasional. Sedangkan secara mikro alih fungsi lahan pertanian merupakan petani yang semula memenuhi ketersediaan pangan dengan tanaman pangan menjadi tidak memiliki dan harus membeli. Selain itu alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya mata pencaharian, hilangnya kesempatan kerja pada petani, berkurangnya peluang pendapatan kegiatan ekonomi sehingga menyebabkan menurunnya aksesbilitas ekonomi rumah tangga petani terhadap pangan.
  • Alih fungsi lahan menjadi perumahan antirogo ini tentunya menimbulkan permasalahan yang komplek seperti :
  • Kurangnya daerah resapan air pada pertanian atau terganggunya daerah irigasi sawah. Irigasi sawah merupakan suatu sistem untuk mengairi suatu lahan pertanian dengan cara membendung sumber air. Permasalahan yang kerap terjadi pada irigasi sawah sendiri tidak luput dari saluran dam yang sempit sehingga menyebabkan air tidak cepat terbuang dan membanjiri sawah, dinding saluran gorong rusak sehingga tidak optimal ketika menyalurkan air. Penyempitan saluran irigasi dimana air yang mengalir tidak luas, dan perlakuan invasi saluran irigasi yang menyebabkan penyempitan jalan. Serta terjadi pendangkalan karena dinding saluran irigasi berupa tanah.

 

Contoh : Saluran Air Irigasi Lahan Pertanian/dokpri
Contoh : Saluran Air Irigasi Lahan Pertanian/dokpri
  • Sistem drainase : cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan di suatu daerahserta penanggulangan pembuangan tersebut. Perencanaan sistem drainase merupakan saluran yang berfungsi mengeringkan lahan pada suatu kawasan dari banjir atau genangan air akibat hujan dengan cara mengalirkan air permukaan ke badan air. Hasil dari observasi yang dilakukan bahwasannya perumahan antirogo sudah terintegrasi dengan sistem dranaise. Akan tetapi jika terjadi hujan deras terjadi genangan air. Hal ini dikarenakan kurangnya daerah resapan air yang luas akibat alih fungsi lahan yang mempengaruhi kecepatan aliran air dan kapasitas badan air. Mengatasi permasalahan diatas melakukan kajian ulang terhadap sistem dranaise sehingga adanya penyelesaian yang kompleks karena daerah sekitar perumahan cukup padat.
  • Pencemaran Rumah Tangga Terhadap Irigasi Sawah.

 Contoh : Sistem irigasi bertemu langsung dengan dinding perumahan/dokpri
 Contoh : Sistem irigasi bertemu langsung dengan dinding perumahan/dokpri

            Dapat dilihat bahwasannya area irigasi sawah bertemu langsung dengan dinding  perumahan, ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti pembuangan rumah tangga sehingga dapat menimbulkan prmasalahan pencemaran terhadap sistem irigasi sawah dan lahan pertanian. Terdapat juga sampah yang mengendap pada aliran irigasi sawah. Tentunya ini menimbulkan hal yang komplek dan perlu adanya penyelesaian lingkungan.

          Ketahanan pangan merupakan sistem ekonomi yang terintegrasi dari berbagai subsistem seperti ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan. Ketiga subsistem tersebut merupakan satu kesatuan untuk mewujudkan proses pembangunan ketahanan pangan dengan bantuan dukungan masyarakat dan pemerintah. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia, kebutuhan pangan harus terpenuhi untuk keberlangsungan kehidupan.

            Menurut data luas panen dan produksi padi di Kabupaten Jember 2021 (angka tetap) menyatakan bahwa produksi padi meningkat pada tahun 2020 ke 2021. dari 590,26 ke  615,70 ton padi. Sedangkan kebutuhan pangan sendiri seperti produksi beras. Produksi beras dihasilkan dari perkalian antara luas panen bersih dengan produktivitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun