Mohon tunggu...
Ida Riyani
Ida Riyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030116

Masih labil, suka berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Beauty Privilege, Jadi Orang Cakep Lebih Enak

17 Juni 2021   04:48 Diperbarui: 17 Juni 2021   04:49 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Karena poin penting dari privilage itu adalah konsep intersectionality, yaitu seorang manusia punya berbagai identitas dan setiap identitas tersebut berinteraksi satu sama lain, dan itu semua akhirnya memberikan pengalaman yang unik khusus untuk si orag itu aja.

Contoh gampangnya, beauty privilege kan berpengaruh ke semua orang, perempuan atau laki-laki bisa dapet dampak, cuma pengalaman perempuan cantik dan pengalaman laki-laki ganteng itu bisa beda karena kalau kita melihat aspek gender mereka dalam tatanan masyarakat kita sekarang, laki-laki lebih ada di atas.

Pengaruh beauty privilege ini juga lebih besar ke perempuan karena secara umum perempuan lebih sering dijudge penampilannya dan lebih sering diobjektifikasi, laki-laki mukanya kalau misalnya jelek masih bisa ditolerir apalagi kalo dia kaya.

Beuaty privilege juga ngga melulu memberikan dampak positif kepada seseorang, dampak negatifnya juga ada, contohnya orang yang cakep itu dapet ekspektasi lebih besar dari lingkungannya, jadi misalnya dia tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut dia akan mendapat replication lebih besar.

Beauty privilege ini juga membentuk pandangan yang ngga sehat terhadap fisik, akhirnya perempuan itu selama dia hidup akan dihantui narasi bahwa fisiknya itu adalah salah satu poin utama dalam dirinya. Makannya akan susah untuk beberapa perempuan melihat pada keunggulannya yang lain, dia jadi shallow dan akhirnya in general perempuan jadi lebih kritis terhadap fisiknya dibandingkan laki-laki.

Terus dia jadi punya kemungkinan yang besar untuk punya body esteemed yang rendah, dan akhirnya muncul stereotype bahwa perempuan hanya peduli pada fisiknya. Perempuan cantik terutama akan dianggap bahwa mereka tidak punya keunggulan selain mukanya, stereotype ini yang juga mempengaruhi aspek karir.

Misalnya perempuan yang attractive yang bekerja di male dominated industry biasanya harus bekerja dua kali atau tiga kali lebih keras hanya untuk membuktikan bahwa dia lebih dari sekedar muka aja, dia harus membuktikan bahwa dia juga punya otak, dia juga punya kode etik yang bagus karena banyak orang berpikir bahwa orang cantik itu biasanya bodoh.

Mereka juga lebih sering jadi korban pelecehan seksual karena mungkin ada sebagian orang yang ngga bisa ngebedain mana poor complement dan mana yang udah inappropriate dan bahkan banyak orang juga yang nggak tau gimana caranya berinteraksi sama orang yang cantik.

Media dan industri besar itu menurutku juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap isu ini, mereka banyak memberikan informasi bahwa menjadi attravctive adalah segalanya, terutama beauty industry yang jadi akhirnya orang akan berlomba-lomba untuk bisa cakep karena mereka berpikir bahwa jadi cakep itu adalah segalanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun