Matematika merupakan pelajaran universal yang mendasari perkembangan teknologi modern yang mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan pengembangan daya pikir manusia. Oleh karena itu untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaaan matematika yang yang kuat sejak dini (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006 ; 145) Sehubungan dengan itu Sumarno (2002: 6 ) mengatakan bahwa pendidikan matematika pada hakekatnya mempunyai 2 arah pengembangan yaitu kebutuhan masa kini dan masa mendatang. Kebutuhan masa kini adalah kebutuhan akan penguasaan konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya, sedangkan kebutuhan di masa mendatang adalah kemampuan bernalar yang logis,sistematis, kritis, dan cermat serta berpikir objektif dan terbuka untuk menghadapi hidup sehari-hari serta masa depan yang selalu berubah.
Guna mempersiapkan kemampuan matematis, pemerintah menyusun materi ajar dalam pelajaran matematika, salah satunya adalah materi Trigonometri. Trigonometri adalah salah satu cabang ilmu di dalam matematika yang memiliki objek kerja berupa unsur unsur segitiga seperti ketiga sudut segitiga dan ketiga sisi segitiga serta menggunakan fugsi trigonometri seperti sinus, cosinus, tangen, secan, cosecan dan cotangen beserta aplikasinya. Begitu banyak aplikasi dari trigonometri seperti perencanaan teknik bangunan sipil, bidang astronomi, dan sebagainya. Karena pentingnya penggunaan trigonometri untuk pengetahuan dimasa sekarang dan masa depan maka penanaman pengetahuan dan penggunaan trigonometri yang baik dan menguasai kompetensi amat sangat penting di kelas X SMA dimana kompetensi dasarnya adalah melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis, merancang model matematika serta menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dan penafsirannya.
Namun mempelajari trigonometri tidak semudah dipikirkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya ; (F. Agninditya, Sunandar, H. Purwati (2014). ; Rusdi Dkk.(2013).; BSNP (2012); Al. Krismanto,(2008)) menyatakan untuk materi ajar trigonometri terkatagori sulit bagi siswa apalagi dalam soal bentuk cerita, kesulitan juga bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran trigonometri menduduki peringkat atas hal tersebut juga didukung dari penelitian hasil UN oleh BSNP di Yokyakarta. Sehingga harus diterima sebagai kenyataan bahwa pengelolaan pembelajaran untuk materi ajar trigonometri di lapangan masih banyak dijumpai berbagai kesulitan dan kendala, baik dari segi pengelolaan pembelajaran dari guru maupun dari sisi pemahaman siswa.
Menurut Sunoto (2002) “ factor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika antara lain disebabkan oleh pola pembelajaran yang dilaksanakan guru, kurangnya minat siswa dalam belajar matematika, dan proses belajar mengajar yang kurang kondusif”. Menurut Suwarsono (2001), “ secara umum proses belajar mengajar matematika di sekolah-sekolah di Indonesia terpusat pada guru yaitu guru menjelaskan, siswa mendengarkan sambil mencatat, guru bertanya siswa menjawab, siswa mengerjakan soal-soal latihan”. Oleh karena itu diperlukan perubahan dengan perbaikan pada proses pembelajaran, media dan bahan ajar yang dapat mendukung penguatan konsep hingga pembelajaran matematika menjadi bermakna dan berguna bagi anak dalam aplikasi kehidupan.Alat untuk melatih kemampuan penggunaan konsep matematika dalam kehidupan adalah soal kontekstual. Soal kontekstual matematika merupakan soal-soal matematika yang menggunakan berbagai konteks sehingga menghadirkan situasi yang pernah dialami secara real bagi anak. Pada soal tersebut, konteksnya harus sesuai dengan konsep matematika yang sedang dipelajari. Konteks itu sendiri dapat diartikan dengan situasi atau fenomena/kejadian alam yang terkait dengan konsep matematika yang sedang dipelajari. Penghubung antara guru, informasi dan siswa adalah media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Media yang paling tepat adalah komputer.Penggunaan Mikrosoft Powerpoint Presentation dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan berlangsung lebih menarik,membangkitkan motivasi siswa, effektif dan efisien.Keuntungan penggunaan Sofware Mikrosoft Powerpoint Presentation dalam proses pembelajaran adalah : 1.Paparan menarik, 2. Sikap Positif, 3. Membantu siswa lemah, 4. Membantu dalam pemahaman,5. Jangka masa pendek, 6. Mutu dan perhatian (Menurut Leong Mei (1998)).
Namun beberapa hal yang harus diantisipasi kekurangan presentasi Power Point 1. Jika terlalu banyak animasi, grafik, bunyi- bunyian dan sebagainya dapat mengalihkan perhatian siswa terhadap materi pengajaran, 2. Membutuhkan waktu lama untuk membuat pengajaran menggunakan Power Point, 3. Pemilihan warna yang terlalu terang sebagai latar belakang suatu slide dapat merusak indera penglihatan siswa. Penggunaan Power Point dalam proses pengajaran dan pembelajaran bisa membuat pengajar hanya “show and tell” tanpa menerangkan isi pengajaran, 5. Jika terjadi pemadaman listrik, maka pembelajaran dengan menggunakan media Microsoft Power Point tidak dapat dilaksanakan pada hari itu.
Penyajian soal-soal kontekstual materi trigonometri melalui media pembelajaran yang dikemas secara menarik, bermutu dan bervariatif, efektif dan effisien melalui penggunaan media MS. Power Point dan Proyektor diharapkan dapat meningkatkan motivasi, kreasi, dan hasil belajar siswa.
Written by Ida Purnama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H