Mohon tunggu...
Ida Puji
Ida Puji Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menyuarakan pikiran dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sekelumit dari Pernikahan Ibas-Aliya

25 November 2011   08:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:13 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya menonton acara pernikahan Ibas-Allya. Acara pernikahan yang banyak dikritik karena konon menghabiskan budget fantastis. Anyway, that is not the point. Apapun kontroversi di baliknya buat saya sebuah prosesi pernikahan adalah acara yang sakral dan menarik untuk diikuti dan saya sedang tidak ingin membahas tetang kontroversi tersebut.
Satu hal yang menarik bagi saya adalah petuah pernikahan yang disampaikan oleh tokoh pendidikan Prof Arief Rahman. What a lovely words! Ceramah yang disampaikan berisi banyak kata-kata indah, banyak doa, banyak cinta dan banyak pujian atas keagungan Tuhan. Kata-kata yang disampaikan lebih pada bagaimana membangun harmonisasi sebuah pernikahan, bukan mendikte apa yang boleh dan apa yang tidak boleh (yang biasanya sangat tendensius, hanya berdasar keyakinan penceramah)
Biasanya saya sangat tidak menyukai adanya penceramah yang memberikan petuah dalam upacara pernikahan. Sangat tidak menyukai malah. Bahkan saya sering nyeletuk tidak akan mengundang penceramah semacam ini untuk berbicara di prosesi pernikahan saya nanti.
Biasanya ceramah yang dilakukan pada prosesi ini berisi petuah tentang pernikahan. Sang penceramah seringnya akan memberikan nasehat tentang hak dan kewajiban suami-istri. Yang paling mengesalkan adalah pada poin ini penceramah akan memberikan pandangan yang timpang. Penceramah (yang umumnya laki-laki) akan menekankan hak suami dan kewajiban istri. Nggak adil!
Tolok ukur yang dipakai penceramah adalah tolok ukur lama yang bias gender. Pandangan yang dipakai adalah istri merupakan “kanca wingking” bagi suami. Jadi si penceramah menekankan bahwa kewajiban istri adalah melayani kebutuhan suami, bersabar menghadapi suami, dan beberapa hal yang semakin mengecilkan peran istri sebagai rekan sejajar bagi suami.
Belum lagi penceramah akan menyisipkan joke-joke ringan tentang malam pertama. Hello!! That is something personal between us sir, no need any joke from you to do it tonight! Saya heran, adakah contain berbau pornografi tersebut layak untuk disampaikan pada audiens yang beragam. Banyak anak-anak yang ikut hadir di situ, so beware sir!
Hmm, kalau penceramahnya macam bapak professor saya mau tuh sesi petuah pernikahan diadakan. Masalahnya Prof Arief Rahman bersedia tidak ya….

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun