[caption id="attachment_155787" align="aligncenter" width="430" caption="gambar pinjam Google"][/caption]
Maafkan saya jika terus ingin berbagi. Rasanya masih sangat banyak hal ingin saya sampaikan. Semoga ada manfaatnya.
Mendidik Sejak Segumpal Darah
Khalifah Umar pernah ditanya tentang hak seorang anak atas ayahnya, beliau menjawab: memilihkan ibunya, memberinya nama yang baik dan mengajarinya Al-qur’an. Umar melihat bahwa diantara pemberian terbaik seorang calon ayah kepada calon anaknya adalah ibu yang baik. Memang terkumpul sejumlah harapan pada seorang wanita yang bernama ibu.
Ketika anda menyadari betapa besarnya pengaruh ibu terhadap masa depan anaknya, tentulah anda akan berhati-hati memilih istri. Bersungguh-sungguh untuk mempersiapkan istri menyambut peran sebagai ibu generasi. Disadari atau tidak, pengaruh prilaku, kejiwaan dan sikap ibu akan terbawa pada janin semasa ia berada dalam rahim maupun kelak ketika dilahirkan kedunia.
Sesuatu yang sifatnya kebiasaan dalam pola makan misalnya. Sebagaimana kami terangkan dalam bab terdahulu, indera pengecap bayi telah dapat merasai sejak ia dalam rahim. Maka ibu hamil yang menuruti saja apa yang ia inginkan dalam mengkonsumsi makanan, jangan heran jika anaknya mungkin saja punya kesukaan serupa. Dalam contoh sesungguhnya, ada ibu hamil yang amat suka makan mie instan, maka si anak tak diajaripun begitu menyukai mie.
Demikian pula kepekaan anak terhadap suhu, sebagaimana saya ceritakan di bagian lain buku ini, anak dalam rahim akan terbiasa dengan suhu yang sering dinikmati ibu. Ibu yang kepanasan dan menuruti keinginan untuk tidur dilantai tanpa alas apapun, seringkali memiliki anak-anak yang secara naluri juga suka tidur di lantai.
Bisakah hal ini kita tarik pada urusan yang lain? Masalah kesungguhan dalam ibadah misalnya. Ibu hamil yang sungguh-sungguh dalam menunaikan kewajiban agamanya, adakah punya korelasi positif terhadap janin dalam rahimnya ?
Anda dapat bayangkan, jika dalam hal-hal yang sifatnya kebiasaan hal itu berkorelasi, maka dapat diduga masalah kesungguhan ibadah inipun berkorelasi. Kalau tokh anda meragukannya lantaran belum ada penelitian (paling tidak yang saya tahu), tentang masalah ini, tetapi marilah kita mencoba melihat dengan sudut pandang yang lain.
Seorang yang rajin beribadah dijanjikan Allah memperoleh ketenangan. Dalam Al-Qur'an disebutkan :
“Sesungguhnya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang”.
Dzikir dalam hal ini, terutama dimaknai sebagai sholat. Sholat dan dzikir (mengingati Allah) membawa ketenangan pada jiwa pada pelakunya. Ibu yang tenang akan jauh dari stress. Inilah yang membawa dampak kejiwaan pada janinnya. Ibu yang rajin, tentu lebih berpeluang punya anak yang rajin. Ibu hamil yang manja tentu lebih punya peluang untuk melahirkan anak-anak yang manja. Dan seterusnya. Tentu saja faktor pendidikan pasca lahir akan memiliki juga pengaruh yang sangat besar. Tetapi kecenderungan watak bisa dipupuk sejak dalam kandungan.
Anda para calon ayah, dapat mengambil peran sebagai motivator bagi calon ibu untuk memupuk semua kebiasaan baik. Inilah bagian dari mendidik anak sejak belum terlahir.
Disampaikan dialog menarik dari dua ibu.
"Mulai usia berapa anak kita diajari berbagai hal, tentang membaca, musik dan lain-lain ?"
"Wah saya telah memulainya sejak dalam kandungan " kata ibu yang satunya.
Dewasa ini banyak dipaparkan tentang pentingnya stimulasi pralahir dalam mengoptimalkan potensi kecerdasan bayi. Penelitian yang dilakukan oleh membawa pada kesimpulan bahwa bayi-bayi yang mengalami stimulasi pra lahir menunjukkan respon yang lebih positif setelah dilahirkan.
Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H