Dulu, ketika saya masih berstatus pelajar, saya selalu memerlukan mata uang Dollar Amerika (USD). Keperluannya cuma satu: untuk membayar biaya kuliah. Bukan untuk shopping. Apalagi berniat untuk buang Rupiah. Atau sengaja membuat situasi ekonomi Indonesia memburuk. Lalu Jokowi bisa digulingkan karena tak becus. Tidak, saya tidak sejahat itu. Ehem.
Karena status pelajar itu, saya terbiasa untuk menukar uang Rupiah saya dengan Dollar. Berapapun kursnya saat itu. Maklum, saya belum tahu pasar mata uang. Belum tahu jika naik turunnya nilai tukar mata uang itu bisa diperkirakan. Kalau lagi butuh Dollar, tukar saja saat itu juga. Bayar. Tuntas.
Kebiasaan saya kemudian berubah mendadak. Titik baliknya ketika orang penting dilingkungan saya tiba tiba membawa berita heboh bernafaskan Hoax. Dalam meeting pagi, ia berkata: Dollar bakal naik terus sampai 20.000!! Alasannya karena covid dan ketidak becusan Presiden. Presiden tak becus urus negara. Semua salah Jokowi!
Panik gak? Panik gak? Ya paniklah. Bagaimana nih kuliah saya. Apa cuti dulu. Toh cuti diperbolehkan. Tapi ndak selesai selesai dong.
Dollar saat itu sudah di harga 15.700 dan terus merangkak naik. Padahal saya biasanya beli Dollar di harga 14.700. Harga bisa ke 20.000 nih. Wah, panik panik. Keputusan harus diambil segera. Akhirnya saya langsung membeli Dollar gila gilaan. Beli banyak banyak. Buat biaya kuliah. Sekalian buat tabungan. Kan aset bagus juga tuh. Sekalipun harganya sudah di 16.300. Hem....
Saya jadi punya tabungan Dollar. Keren dong? Ndak. Wong buat bayar kuliah ini. Kaya dong? Ndak. Wong tak lama setelah selesai kuliah Dollar ancur ancuran. Beli 16.300 sekarang valuenya berkurang 12.4% jadi cuma 14.300 per hari ini. Artinya, jika saya dulu punya Dollar seharga 100 juta, sekarang tinggal 82 juta an.
Kesal tidak? Kesal sekali. Tapi mau kesal kemana. Terima nasib sebagai orang bodoh. Tak berpengetahuan. Dengar hoax dikit panik. Dengar hoax dikit ngamuk. Semua karena kebodohan.
Berikut saya SS kondisi pair USDIDR (Dollar terhadap Rupiah).
Saya stupid buy Dollar di pucuk. Pas harga Dollar lagi mahal mahalnya. Saya beri garis merah. Dan garis horizontal putih adalah kurs Dollar tanggal 26 November lalu.
Analisa forex gampang-gampangan.
Secara bulanan, Rupiah menguat tapi tak mampu menembus harga terbawah selama 50 bulan. Alias tren kenaikan Dollar masih ada sekalipun telah melemah. Hal ini ditandai dengan aksi Rupiah berhasil memecah candle Bull besar bulan Maret tahun 2020. Kondisi ini disebut dominan break. Pasar sedang menanti satu pullback price di supply area sekitar 14.700 untuk kemudian membawa Dollar ke titik lebih rendah, yaitu 12.800. Semoga saja benar.