Tadinya saya dan istri tidak banyak tahu tentang stroke. Setelah penyakit itu menimpa saya, sekarang kami lebih aware dan mengerti apa itu stroke. Dan pengalaman itu yang sering kami bagikan kepada orang lain. Â Istri saya pun punya beban yang besar bagi keluarga-keluarga yang bernasib sama. Ia sering berpikir, orang yang mengenal Tuhan saja sulit melewati badai seperti ini, bagaimana dengan mereka yang di luar Tuhan? Kegalauan ini disampaikannya kepada bapak rohani kami.Â
Kami beruntung punya bapak rohani yang sangat perhatian dan bisa menuntun kami. Beliau katakan, "Itulah panggilanmu..." Dari situ, saya dan istri lantas mendirikan sebuah pelayanan yang diberi nama Life Without Excuse. Ini adalah 'rumah' bagi orang-orang yang memiliki pergumulan dan berjuang dalam menghadapi penyakit. Melalui pengalaman yang sudah kami lalui bersama Tuhan, kami rindu menolong, memberkati dan ada bersama mereka dalam melewati masa-masa sulit. Di masa-masa terpuruk, kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendirian. Ada Tuhan dan juga orang-orang yang peduli akan nasib dan penderitaan mereka.
Dari apa yang saya alami, saya bisa mengerti bahwa di tengah badai yang hebat sekalipun kita harus terus berjalan. Tidak ada alasan untuk berhenti; berhenti bersyukur, berhenti tersenyum, berhenti berharap, berhenti berjuang. Kita harus melanjutkan hidup. Sakit atau tidak sakit, rencana Tuhan atas kehidupan kita harus tetap terlaksana. Kesembuhan bagi Tuhan adalah hal kecil, namun yang lebih diinginkanNya adalah ketaatan kita saat diproses; bagaimana karakter kita bisa menjadi lebih baik dan melalui sakit yang kita alami kita tetap bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Saya bersyukur, di tengah keterbatasan saya sekarang ini, saya masih diberi kesempatan melayani Tuhan. Bukan karena saya hebat, melainkan karena saya punya Tuhan yang luar biasa dahsyat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H