Namaku Queen, saat ini aku berusia 27 tahun. Orang-orang bilang usiaku masih muda, namun di usia ini aku sudah banyak melewati pahitnya kehidupan. Yah, perpisahan orang tuaku, perceraian dengan suami pertamaku, dan lainnya. Namun mungkin untuk kejadian-kejadian ini akan aku ceritakan pada bagian lain.
Saat ini aku bekerja sebagai staff Accounting Finance di salah satu start up di Jakarta. Sebelumnya tidak pernah teripkirkan olehku untuk menjadi istri kedua, menjadi orang ketiga, bahkan menjadi perusak rumah tangga orang lain. Tapi keadaan membuatku harus menjadi seorang istri kedua.
Aku memiliki seorang anak laki-laki usia 8 tahun, dan aku berpisah dengan suami pertamaku. Kami berdua sepakat untuk berpisah dikarenakan tidak ada kecocokkan antara kami. Rumah tangga kami sering ribut. Mungkin saat itu dikarenakan usia kami yang masih sangat muda, aku dan suamiku hanya terpaut 4 (empat) tahun.
Tepat di tahun 2012 aku mulai menjadi single fighter, aku harus membiayai anakku dan ibuku, karena ibu tidak bekerja dan ikut denganku. Setiap bulannya aku harus membayar kontrakan rumah, yah dengan gaji bulanan yang aku terima sebesar 4.000.000 (empat juta) sebulan, tentulah sangat tidak cukup untuk hidup di Jakarta ini.
Aku terus mencari suami baru yang bersedia menerima semua keadaanku, namun ternyata selama ini pria-pria yang mendekatiku hanyalah pria hidung belang, yang bermaksud ingin memanfaatkan statusku sebagai Janda Muda. Saat itu aku mulai putus asa, aku makin berprasangka buruk dengan Tuhan. Jika menikah adalah sebuah kewajiban, mengapa Engkau persulit niat baikku untuk menikah. Atau mungkin ini adalah hukum karmaku dari pernikahan pertama?
Sampai akhirnya aku sudah tidak punya harapan lain, sehingga dalam hatiku aku berkata dan berkomitmen, seandainya pun aku harus menjadi istri kedua, akan aku terima. Hal ini akan aku lakukan untuk menjaga diriku, karena menyandang status sebagai janda tidaklah enak. Selain itu aku berniat ingin menjadi pribadi yang lebih baik, yang ingin beribadah sepenuhnya untuk Tuhan.
Suatu ketika aku mendaftar di sebuah situs perjodohan berbayar, saat itu ada seorang lelaki, sebut saja Mas Mono. Dia mengirimkan pesan untukku bahwa dia sedang mencari istri kedua. Aku berpikir, apakah ini jawaban dari Tuhan atas doaku dan komitmenku kemarin?
Aku balas pesan tersebut, dan aku bilang aku bersedia menjadi istri kedua Mas Mono. Hal ini aku lakukan untuk beribadah, menyempurnakan sebagian agamaku.
Akhirnya Mas Mono menceritakan keadannya mengapa dia berniat mencari istri kedua, dikarenakan istri pertamanya sebut saja Mba Evi menderita sakit usus buntu dan usus buntu tersebut pecah, sehingga harus menjalani operasi besar, dan keadaan itu membuat Mba Evi tidak bisa melayani Mas Mono untuk kebutuhan biologisnya.
Setelah saling berbalas pesan, akhirnya kami memutuskan untuk bertemu di kotaku. Mas Mono tinggal di kota Lampung, dan hanya membutuhkan waktu sekitar 2 (dua) sampai 3 (tiga) jam untuk sampai ditempatku. Ini adalah pertemuan pertamaku dengan Mas Mono, namun saat itu Mas Mono langsung memintaku untuk menjadi istri keduanya. Mas Mono tidak memaksa, namun dia sangat berharap aku bersedia menerimanya.
Mendengar cerita Mas Mono, aku menjadi sedikit iba. Aku berpikir daripada Mas Mono berbuat dosa jika sudah tidak kuat menahan kebutuhan biologisnya dan akhirnya jajan diluar sana. Maka aku putuskan aku bersedia menjadi istri keduanya.
Keseokannya setelah pertemuan pertama kami, aku dan Mas Mono menikah siri, namun tanpa diketahui oleh keluargaku, termasuk Ibuku. Aku belum siap menceritakan ini semua, aku takut Ibu akan marah denganku. Dan aku juga bilang ke Mas Mono agar dia merahasiakan pernikahan ini dari Mba Evi, demi alasan kesehatan Mba Evi. Karena apabila Mba Evi tahu Mas Mono sudah menikah lagi, pasti kesehatan Mba Evi akan semakin menurun.
Baru 2 (dua) bulan menjadi istri kedua Mas Mono, dan aku bahagia bersamanya, Mas Mono adalah lelaki yang baik dan bertanggung jawab, selain itu ibadah Mas Mono sangat bagus. Namun selama dua bulan ini aku terus mengalami konflik batin. Sejujurnya aku bukanlah seorang wanita yang jahat, yang tega merampas milik orang lain, tapi satu sisi aku juga membutuhkan Mas Mono, jujur aku mulai mencintainya.
Kadang aku sedih, karena aku jarang bertemu Mas Mono, mungkin hanya sehari dalam sebulan aku bisa bersama Mas Mono. Setiap kali aku melihat foto yang diposting Mba Evi di facebooknya, hatiku terasa sakit, aku cemburu, tapi aku juga harus tahu diri, aku juga terkadang merasa aku jahat dengan Mba Evi.
“Mba, kamu mesra sekali dengan Mas Mono, aku cemburu Mba. Tapi aku tahu diri dan aku tahu posisiku. Aku sebenarnya tidak berhak atas Mas Mono. seandainya kamu tahu bahwa Mas Mono sudah menikah denganku, mungkin hatimu akan lebih sakit dari aku. Maafkan aku Mba. Ini semua aku lakukan agar suamimu terjaga, agar dia tidak jajan sembarangan diluar sana. Dan aku akan merahasiakan pernikahanku dengan Mas Mono serapat mungkin darimu, Mba. Aku nggak mau kamu makin sakit. Aku berharap kamu segera sembuh dan bisa melayani suamimu lagi Mba” kata-kata yang sering terucap dalam hatiku setiap kali aku melihat foto Mba Evi dengan Mas Mono beserta anak-anak mereka.
Aku pun sempat bilang dengan Mas Mono, apabila Mba Evi sudah sehat dan sudah bisa kembali menjadi istri yang sempurna, bisa menjalani hubungan suami-istri seperti sebelumnya, dan Mas Mono ingin kembali sepenuhnya dengan Mba Evi,Insya Allah aku ikhlas melepasmu Mas. Pokoknya all the bestuntuk kamu dan keluargamu Mas.
Aku tahu, aku sangat tidak berhak atas kamu Mas. Aku sadar dengan posisiku. Dan Mba Evi, mohon maafkan aku.
Semoga kamu segera diberi kesahatan……aamiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H