Mohon tunggu...
Ida Hidayatul Karomah
Ida Hidayatul Karomah Mohon Tunggu... Bidan - Sedang dan masih belajar berdiri

Health enthusiast, Book Lover

Selanjutnya

Tutup

Healthy

"New Normal" Solusi atau Bunuh Diri?

24 Juli 2020   21:32 Diperbarui: 24 Juli 2020   21:27 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pandemi Covid-19 memang merupakan sebuah wabah atau bencana internasional. Karena hampir seluruh negara di dunia juga merasakannya. 

PSBB adalah salah satu solusi yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Itupun tidak semua wilayah. Jika China (Wuhan) pada saat wabah Covid-19 terjadi , mereka menerapkan locking down, Indonesia terlalu takut untuk menjalankannya.

Alasan ekonomi lah yang selalu digadang-gadang  menjadi kambing hitamnya. Karena ketika locking down dilakukan maka patahlah sudah ekonomi di Indonesia. Siapa yang mau menafkahi keluarga kecil yang sehari-hari hanya mengandalkan makan dari berjualan gorengan, dan masih banyak cerita sedih di dalamnya. 

Sampailah pada suatu saat dimana pemerintah mengalami "kegalauan" atas tidak adanya perkembangan ekonomu yang terjadi, atau malah bisa dibilang memburuk. Saat itulah pemerintah mulai melonggarkan aturan, didasari kepercayaan bahwa  angka penambahan penderita Covid -19  yang mulai mengalami penurunan, walaupum tidak signifikan. 

Mereka juga mempercayai bahwa rasio kesembuhan penderita yang cukup tinggi membuat pemerintahkan melonggarkan aturan. 

Pelonggaran ini jelaslah disambut bahagia oleh masyarakat. Beberapa bulan mendekam di rumah, tanpa penghasilan, tanpa kegiatan produktif, membuat kebosanan melanda. Pemerintah menamainya "New Normal " atau Adaptasi Kebiasaan Baru.

Berbagai flyer, pamflet, anjuran akan berbagai macam hal yang harus disiapkan untuk beraktivitas di luar rumah pun dibuat, disebarkan secara masiv. Dari mulai starter kit  yang harus dibawa saat beraktivitas, social distancing di tempat kerja, dan berbagai aktivitas kerja yang dibatasi tidak sebebas saat sebelum pandemi. 

Longgarnya peraturan membuat masyarakat lengah akan apa yang harus mereka lakukan. Mereka lupa social distancing, lupa memakai masker, cuci tangan pun sudah malas. Dan masih banyak lagi kelengahan uang terjadi. Tapi ini menjadi sebuah kebiasaan. Lalu apa yang terjadi? 

Terjadilah fase kedua, yaitu lonjakan besar-besaran angka konfirmasi positif penderita Covid-19. Lalu apa yang dilakukan pemerintah? Lagi-lagi belum adanya aturan yang tegas yang membuat masyarakat jera menjadi salah satu bagian kecil alasannya. Tapi jangan melulu pemerintah yang disalahkan, kalau masyarakatnya saja abai. Kesadaran masyarakat yang rendah ini juga menjadi salah satu alasan mengapa kasus konfirmasi Covid-19 di Indonesia terus meningkat.

Lalu apakah pelonggaran ini menjadi sebuah solusi? Atau sebuah belati yang membunuh diri sendiri?

Mari tanyakan pada diri masing-masing. Apakah kita mau membantu untuk memutus rantai Covid -19 ini , atau masih mau meneruskan daftar panjang puluhan ribu orang yang tercatat di Indonesia sebagai penderita Covid-19. 

IHK-24072020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun