Mohon tunggu...
idah hamidah
idah hamidah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sukses bukanlah suatu kebetulan. Ia terbentuk dari kerja keras, ketekunan, pembelajaran dan pengorbanan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mama Forever

25 Mei 2024   11:22 Diperbarui: 25 Mei 2024   11:34 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya Allah, Oliviaaaa ayo bangun ! Sudah jam berapa ini, jam enam Oliv, kamu tidak mau sekolah ?", teriak mama sontak membangunkan mimpiku. Dengan nyawa yang belum terkumpul aku bangun perlahan dan menatap jam diniding yang tergantung di tembok kamurku. Kubuka mataku perlahan, kukedipkan mata yang masih mengantuk. Aku terbelalak ternyata sudah pukul 06.17 dengan tubuh yang masih sempoyongan aku bangkit dari tempat tidurku, astaga aku kesiangan bathinku menjerit. Aku langsung lari ke kamar mandi. Begitulah rutinitas setiap pagi. Mama selalu membangunkanku dan selalu juga diikuti rasa kesalku kepada mama, karena sudah mengganggu tidurku.

Teringat jelas kenangan yang lama kurindukan. Kenangan dimana selalu ada yang membangunkan di pagi hari dan setiap selesai mandi sudah tersedia segelas susu coklat di atas meja makan untuk aku minum sebelum berangkat sekolah, kenangan tentang seseorang yang selalu khawatir jika aku telat pulang sekolah. Kehidupan universitas yang kini aku jalani ternyata tak seindah dulu. Ternyata aku belum dapat lepas dari bayangan mama.

Mama adalah seorang ibu rumah tangga sekaligus sebagai kepala keluarga. Ayahku hanya tinggal di rumah dan tak mengerjakan apapun. Uang yang kupunya semua adalah dari hasil kerja keras mama. Mama sudah menjadi tulang punggung keluarga sejak aku duduk di bangku SD. Keluagaku hidup sederhana dan cenderung pas-pasan. Meskipun begitu aku tak pernah malu dan menyusahkan mamaku. Aku selalu mandiri dan berusaha untuk tidak merepotkan mamaku.

"Akh...aku tersadar, kenangan itu sungguh tak bisa aku lupakan, walau kini aku sudah semester tujuh, tetap saja aku masih kangen akan hal itu." Akupun bangkit dan segera mengambil tasku untuk mengecek tugas yang diberikan dosen. Semenjak aku kuliah di perguruan tinggi favorit ini aku selalu bersemangat untuk mengerjakan tugas dan ingin selalu mengukir prestasi, agar dapat membayar sedikit kerja keras mama yang rela berkorban demi diriku.

Jadwal perkuliahanku semakin membuat sibuk dan jarang pulang ke rumah. Ya benar, untuk sampai ke kampus dari rumah diperlukan waktu empat sampai lima jam naik bis kota, karena itu aku kost yang dekat dengan kampus. Keadaan rumah yang sebelumnya sudah sepi semakin sepi mengingat aku jarang pulang ke rumah. Saat semester awal perkuliahan, setiap dua minggu sekali aku pulang hanya untuk bertemu mama sekedar melepas rindu. Tapi di semester akhir ini aku tidak bisa mengatur waktu hingga hanya dua bulan sekali aku pulang.

Aku terlalu fokus untuk mengejar prestasi agar selalu dapat membahagiakan mama. Hampir setiap hari pulang hingga larut malam dari kampus. Jika ada waktu senggang tidak lupa membaca materi kuliah di internet. Jika musim ujian datang, aku belajar hingga larut malam dan bangun pagi-pagi sekali untuk melanjutkan belajar. Sudah satu bulan sejak terakhir pulang ke rumah. Hampir setiap hari mama selalu mengirimi pesan sampai aku lupa membacanya. Aku terlalu sibuk mempertahankan prestasiku di kampus.

Ujian akhirpun usai. Setelah dua bulan lamanya aku pun sampai juga di rumah. Terlihat dari percakapan kami di medsos, mama sangat menunggu kepulanganku. Setiba di rumah banyak makanan yang tersedia di maja makan. Semua makanan itu adalah kesukaanku. Mama menyambutku dengan pelukan hangat. Bau wangi mama sangat aku hapal, dan sangat aku rindukan. Mama memelukku dengan erat tanpa ingin melepas, aku jadi begitu terharu. Perlahan mama merenggangkan pelukannya dengan mata yang berkaca-kaca, semburat kesedihan terpancar dari matanya. Terlihat seperti mama sedang memikirkan sesuatu. Wajah mama kini mulai berkeriput, begitupun tangan mama, aku bingung mengapa mama terlihat sedih, ingin bertanya tapi menurutku waktunya belum tepat.

Setelah beberapa hari di rumah pikiranku masih terbayangi kesedihan mama Ketika pertama kali aku pulang. Ketika mama sedang memasak di dapur akupun membantu mama dan mencoba menanyakannya. "Ma, ko kemarin pas Oliv pulang mama terlihat sedih, ada apa ma ? apa mama sakit ? atau ada masalah sama ayah ma ?" . Mama hanya menggeleng, "Mama hanya merasa bahagia nak, ternyata kamu pulang juga, mama pikir kamu sudah melupakan mama, tidak membutuhkan mama dan tidak mau pulang, sampai-sampai pesan dari mama saja kamu abaikan", jawab mama pelan. Aku kaget mendengar jawaban dari mama, "Maafkan Oliv ma, bukan maksud Oliv seperti itu, tapi memang pada saat itu Oliv hanya ingin mengejar prestasi dan dapat membanggakan mama", jawab oliv dengan terisak.

"Oliv, mengejar prestasi itu memang bagus, tapi jangan sampai akhirnya kamu abaikan mamamu ini, mama sangat mencemaskanmu, nak," mama menggenggam tangan oliv. "Maafkan Oliv sekali lagi ma, Oliv memang salah, dan Oliv berjanji tidak akan mengulanginya kembali," Oliv merasa menyesal telah membuat mamanya bersedih.

"Mendengar kabarmu baik-baik saja itu sudah membahagiakan hati mama, melihat kamu bisa tertawa lepas, melihat kamu bergaul dengan teman-temanmu, melihat kamu berprestasi di kampus  dan melihat kamu tumbuh dengan baik sebagaimana anak perempuan yang diidamkan oleh orang tua manapun, meski ayah dan mama tidak sempurna, itu semua kebahagiaan mama". Jawaban mama membuat aku tidak dapat berkata apa-apa lagi.

Ternyata kebahagiaan mama sangat sederhana, aku baru sadar bahwa perhatian kecil itu bisa membuat mama dapat bahagia. Aku segera memeluk mama, "Oliv sangat sayang mama, Oliv mau mama selalu bahagia, Oliv ingin punya uang banyak, biar mama tidak perlu bekerja, dan kita akan berjalan-jalan keliling dunia dan berbelanja setiap hari. Oliv tidak mau mama repot banting tulang, cukup Oliv saja yang bekerja, sekali lagi maafkan Oliv mah, Oliv sekarang belum bisa membahagiakan mama, Oliv janji akan selalu berusaha menjadi kebahagiaan buat mama dan ayah", peluk oliv semakin erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun