Tidak! Aku ingin hidup. Kakiku dipatahkan, selanjutnya tangan-tangan kecilku.
Tidakkk! Aku ingin melihat wajahmu, Ibu.
“Sakitt!”
Leherku dipatahkan, aku berdarah-darah, semua gelap.
***
“Bangun! Bangun!”
Tak ada gerakan, tubuh itu terbaring kaku. Darah bercucuran dari pangkal pahanya.
“Sial! Kenapa kamu mati di sini?"
Perempuan itu mengepel lantai, membersihkan darah-darah, kemudian menyeret tubuh beku itu.
End
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!