Mohon tunggu...
Idad S Haq
Idad S Haq Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Staf pengajar PTS dengan hobi membagi & memberi. Didalam membagi dipastikan ada pekerjaan memberi, tetapi didalam memberi belum tentu kita membagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapa bilang “Membaca” itu Mudah?

28 Desember 2014   13:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:19 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tulisan di atas, bukanlah maksud penulis mengecilkan arti atas usaha/kegiatan yang telah pembaca lakukan dalam ”membaca” suatu tulisan/bacaan. Tulisan ini bermaksud akan membahas suatu kegiatan dalam hal ini yang disebut dengan ”membaca”, agar pengetahuan kita menjadi bertambah hal ikhwal yang berkaitan dengan kegiatan “membaca” tsb. Janganlah sampai karena demikian seringnya kita mendengar kata tersebut masuk ke dalam kepala kita, kita sendiri menjadi tidak tahu dan menyepelekan ketika ditanya makna yang dikandung dari kata tsb.

(Sumber gambar: http://www.sandviks.com/products/)

Kata ”membaca” sangatlah sering kita dengar dalam bahasa keseharian kita. Pekerjaan yangsekarang pembaca lakukan yaitu ”melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis”, itulah arti kata ”membaca” yang penulis peroleh dari KBBI Online (http://kbbi.web.id/baca). Baik penulis dan pembaca pasti akan merasakan, ternyata definisi kata membaca ini sangatlah mendalam makna yang dikandungnya (sengaja ditulis miring agar pembaca dapat merasakan hal ini dengan baik). Oleh karena itu marilah kita kupas bersama-sama, agar diperoleh penghayatan atas kedalaman maknanya tsb.

Hal yang harus kita sadari bersama, bahwa tindakan pertama kita mencari arti suatu kata darikamus adalah baru tahap mendefinisikan. Tahapan kita mendefinisikan ”sesuatu kegiatan” (membaca) tersebut, di dalam bahasa filsafat ilmu disebut sebagai obyek materi yang akan kita telaah. Pengetahuan kita tentang definisi ”membaca” di atas adalah baru pada tahap pengetahuan yang bersifat ringkas (deklaratif), atau ada sebagian orang yang menyebut sebagai mengerti apanya (what).

Agar pengetahuan kita terhadap sesuatu kegiatan ”membaca” tersebut menjadi bertambah, akan kita bahas bersama dalam bentuk penjelasan yang bersifat bagaimananya (how)/penjelasan prosedural dan penjelasan mengapanya (why)/penjelasan struktural, sehingga pengetahuan kita terhadap kata ”membaca” menjadi semakin lengkap. Terdapat tulisan yang berkaitan dengan hal ini, silahkan membaca tautan berikut (http://edukasi.kompasiana.com/2014/12/19/kapankah-kebiasaan-mencari-si-kambing-hitam-akan-berkurang-di-negeri-ini-692500.html).

Untuk dapat mengupas tuntas kata ”membaca” di atas, penulis akan menawarkan kepada pembaca suatu kerangka berpikir agar kegiatan ”membaca” tersebut dapat kita lihat & bahas menggunakan ”kaca mata” yang sama (bukan berarti pembaca harus membeli kaca mata yang baru, agar sama dengan yang dipakai penulis, he...he...he....bukan itu pembaca!).

Perlu pembaca ketahui bahwa yang dimaksud dengan istilah kerangka (ber)pikir, kaca mata, perspektif atau sudut pandang adalah suatu kata yang memiliki arti sama tetapi berbeda penyebutan istilahnya dan di dalam bahasa filsafatilmu, inilah yang dimaksud dengan ”obyek forma”. Obyek forma adalah seperangkat instrumen yang kita buat (keberadaannya di dalam pikiran) untuk memandang suatu fenomena/gejala/masalah.

Berdasar kepada filsafat konstruktivisme, pengetahuan itu merupakan proses konstruksi (bentukan) dari orang yang mengetahui. Jadi pengetahuan itu bukanlah fakta yang statis, tetapi bergantung kepada orang yang sedang dalam proses mengetahui tersebut. Atau penulisan dalam bentuk lain, suatu fakta adalah statis, proses mengetahui fakta tersebutlah (yang disebut pengetahuan) sangat bergantung kepada setiap orang dalam memandangnya (inilah esensi dari pandangan konstruktivisme).

Kerangka pikir yang dimaksud penulis adalah berpikir sistem (system thinking), dimana di dalam sistem terkandung unsur-unsur pembentuk fenomena dan pola keterkaitan di antara unsur-unsur tersebut (struktur fenomena). Pola keterkaitan unsur-unsur akan dilihat hubungannya dalam bentuk masukan/input, proses, dan luaran/produk (input-proses-produk). Berikut ditampilkan gambar secara skematik kerangka berpikir dimaksud.

Kembali kepada definisi ”membaca” yang telah disebutkan di atas, mari kita uraikan unsur-unsur apa saja yang membentuk definisi tsb, yaitu: (1)melihat serta (2)memahami (3)isi (konten/muatan) (4)apa yang tertulis (tulisan) dan selanjutnya kita telaah makna dari unsur-unsur pembentuk definisi ini.

Pembaca pastisetuju bahwa terdapat 2 (dua) unsur berupa pekerjaan (kata kerja), yaitu kata (1)melihat dan (2)memahami, dan di antara kedua kata tersebut diselingi oleh kata ”serta” bukan dengankata “dan” (hmmm....demikian gumanan kita diiringi dengan mengangguk-anggukan kepala, tanda berpikir tidak lunak alias keras, he...he...he...). Jika pembaca sama melakukan ”hal seperti itu”, bersyukurlah karena sudah tumbuh sikap kritis pembaca (maksud ”hal seperti itu”diberi tanda kutip & ditulis miring adalah kritis terhadap penulisan kata sambung yang digunakan, bukan sekedar kegiatan berguman & mengangguk-anggukan kepala saja ya pembaca, he...he...he...).

Kata sambung ”dan” digunakan jika ada kesetaraan (bertipe dan memiliki fungsi sama), sedangkan ”serta” berarti ikut atau turut. Kegiatan ”melihat serta memahami” adalah dua kegiatan yang tidak memiliki kesetaraan (tipe dan fungsi tidak sama), sehingga digunakan kata sambung ”serta”. Yang berarti kegiatan yang diawali dengan melihat kemudian diikuti dengan kegiatan berikutnya memahami. Sekarang menjadi jelas dan terang benderanglah (demikian pembaca mengutip kata dari pak SBY) perbedaan di antara keduanya.

Kegiatan membaca, jika ditempatkan dalam kerangka pikir di atasmerupakan 2 (dua) tahap kegiatan sebagaimana digambarkan skema berikut. Tahap-1 (kotak kuning) adalah kegiatan melihat (apa yang tertulis) dengan luaran yang dihasilkan adalah pengetahuan, serta tahap-2 (kotak biru laut) dengan masukan pengetahuan dan luaran/produk yang dihasilkan adalah pemahaman (memahami isi/konten dari tulisan).

Sumber gambar: Dokumen pribadi (Syaeful Haq, I., 2014)

Uraian yang telah disampaikan di atas adalah penjelasan mengerti bagaimananya (how) atau prosedural dari kata ”membaca”. Nah berdasar kerangka pikir di atas juga, kita memperoleh penjelasan bahwa mengapa (why) dengan membaca dapat meningkatkan pengetahuan kita (ini adalah penjelasan strukturalnya). Semakin sering kita membaca, maka semakin banyak sediaan (stok) pengetahuan yang disimpan dalam memori kepala kita.

Demikan pembaca, pembahasan tulisan sesuai judul di atas, bahwa memang ”membaca” itu tidaklah mudah, semudah kita mengucapkan kata tersebut.

Bukanlah maksud penulis memaksakan agar pembaca ”memahami” apa yang telah penulis sampaikan di atas, tetapi harapan penulis adalah bahwa tulisan ini menjadi suatu ”pengetahuan” yang bermanfaat bagi pembaca. Penulis sangat menyadari dan merasakan sendiri bahwa untuk sampai kepada tahap ”memahami” suatu pengetahuan, diperlukan kata kunci yang dinamakan ”proses” dan di dalam kata proses tersebut terkandung suatu ”dimensi waktu” yang berbeda bagi setiap orang.

Semoga bermanfaat, Wass (ISH).

Ciamis, 28 Desember 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun