Mohon tunggu...
Ida Bagus Gede Paramita
Ida Bagus Gede Paramita Mohon Tunggu... Dosen - Tenaga Pengajar

Easy Going

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Waras" ala Orang Bali

19 Juni 2020   22:27 Diperbarui: 19 Juni 2020   22:30 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Disisi lain, pemerintah juga mengeluarkan himbauan melalui Majelis Desa Adat (MDA), Organisasi Keagamaan PHDI, agar menghaturkan nasi wong-wongan, nyejerang banten pejati dimana tujuannya adalah untuk menciptakan kembali keharmonisan antara manusia dengan Tuhan.

Nasi wong-wongan adalah nasi berbentuk manusia yang dibuat dengan tujuan untuk menolak bala (bencana), sedangkan banten pejati bermakna sebagai sarana penyaksi dan simbolisasi dari Tuhan, dengan kata lain virus yang merupakan mahluk mikrobiologi bisa segera musnah jika Tuhan menghendaki.

Ditengah mewabahnya virus ini orang Bali semakin banyak yang eling dengan mata pencaharian warisan leluhur yakni pertanian. Pencaharian yang dulu ditinggalkan, karena sibuk berbondong-bondong menjadi buruh di sektor pariwisata.

Sektor yang lebih menjanjikan secara finansial tetapi relatif rapuh secara stabilitas. Buktinya, Bom Bali I dan II, Bencana Alam Gunung Agung dan pandemi covid-19  ini mampu meluluh-lantakkan pariwisata Bali. Banyak pekerja dan buruh pariwisata yang dirumahkan atau dipecat.

Kini mereka kembali ingat memberdayakan teba (yang masih mempunyai teba) atau lahan kosong yang ada disekitar mereka sekedar untuk menanam cabai dan tomat. Masyarakat Bali punya sejarah yang baik berkaitan dengan sektor pertanian.

Sudah seharusnya sektor ini kembali digalakkan. Tentu, dengan mengemas sector pertanian menjadi keren dan ramah generasi muda.

Penerapan kebijakan work from home (wfh) oleh pemerintah juga salah satu usaha untuk memelihara keharmosian kita dengan alam sekitar. Udara akan menjadi lebih bersih dan berkurang dari polusi yang dihasilkan oleh kendaraan dan pabrik-pabrik.

Kepedulian orang Bali pada sesama jugasangat terlihat di masa pandemi ini. Mereka bahu membahu saling menolong dengan sesama untuk dapat bertahan hidup di tengah sulitnya keadaan ekonomi. Bergotong royong saling membantu sanak saudara yang membutuhkan, yang mampu berdonasi untuk membantu yang tidak mampu.

Inilah  konsep manyama braya, suatu konsep untuk mengikat persaudaraan, memandang orang lain sebagai saudaranya sendiri bukan orang lain. Tat Twam Asi, Keyakinan membantu orang lain adalah membantu diri sendiri, konsep humanis yang merupakan dasar utama bagi kita untuk dapat mewujudkan masyarakat yang damai.

Patut kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercipta hubungan yang harmonis diantara sesama. Ketaatan masyarakat Bali terhadap himbauan pemerintah merupakan implementasi menjaga hubungan dengan sesama. Atas kesadaran yang sama, menjauhkan diri dari wabah virus korona ini.

Pecalang yang bekerja digarda terdepan dengan konsep ngayahnya menjaga perbatasan desa tanpa digaji sepeserpun. Mereka lakukan dengan iklas, untuk saling menjaga masyarakat agar tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi. Hal ini bisa berjalan dengan baik, karena masing-masing berada pada pijakan berpikir yang "waras" yakni saling menjaga ksehatan sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun