Mohon tunggu...
Ida Ayu Eka Arta Rinjani
Ida Ayu Eka Arta Rinjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - S2 Ilmu Manajemen/Universitas Pendidikan Ganesha

Mahasiswa S2 Ilmu Manajemen di Universitas Pendidikan Ganesha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rasa Percaya Diri Generasi Muda Lebih Dipengaruhi Dunia Maya

1 Desember 2023   18:55 Diperbarui: 1 Desember 2023   18:55 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis kepercayaan diri remaja merupakan perasaan dimana remaja akan merasakan sesuatu ada yang kurang sehingga membuat remaja itu merasa tidak pantas berada di lingkungan masyarakat. Masyarakat disini mencakup anak-anak, remaja dan dewasa. Karena krisis kepercayaan diri dapat menimpa siapa saja. Dalam kehidupan sehari-hari sebagian remaja mungkin ada yang berpikir mereka mempunyai peran di masyarakat dan dianggap keberadaannya oleh lingkungan masyarakat. Remaja merupakan fase kehidupan yang paling memberikan perkembangan dan perubahan dalam dirinya. Yang mana dimasa ini mereka akan berusaha mencari jati diri dirinya. Kemudian kenapa krisis kepercayaan diri lebih terfokus kepada remaja? Karena dalam penggunaan media sosial kebanyakan dari kalangan remaja. Biasanya krisis kepercayaan diri banyak melanda remaja. Remaja memiliki kehidupan yang lebih menantang dan juga memerlukan kepercayaan diri dalam menghadapi segala aktivitas, misalnya menempuh pendidikan atau pekerjaan. Banyak hal yang akan menuntut untuk menunjukkan kepribadian seseorang sebagai bentuk jati diri mereka yang meyakinkan.

Dunia maya yang dapat diakses dengan internet sudah menjadi 'kehidupan' kedua dari generasi penerus bangsa, bahkan mayoritas umat manusia. Perkembangan jaman yang dengan cepat terjadi membuat susah untuk dipungkiri bahwa semua generasi penerus mengenal dan tahu menggunakan internet. Internet memberikan akses manusia untuk melakukan hal yang mustahil atau sulit dilakukan di dunia nyata. Karena hal inilah, para generasi muda hampir dipastikan memiliki 'dunia lain' dengan media internet. Salah satu contoh adalah game online dimana generasi muda dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa perlu memberikan identitas asli, tetapi memiliki suatu keterhubungan tertentu atau dengan media sosial dimana bila orang bisa berteman dengan memberikan atau tidak memberikan identitas asli mereka. Pada pembahasan kali ini, saya akan membawa kaitan dari internet dengan aspek-aspek psikologis yang membentuk identitas diri individu.

Tak selamanya media sosial bersifat informatif serta positif. Adanya media sosial seperti facebook, instagram, line, whatsapp, dan lain-lain akan memicu krisis kepercayaan diri khususnya kalangan remaja. Media sosial menciptakan pola ketertarikan secara rutin dan mengikat, pengguna akan terus membukanya untuk mencari informasi. Pengguna media sosial akan mengisolir waktu mereka. Akibatnya mereka tidak punya waktu luang untuk keluarga dan teman-teman mereka. Media sosial akan dianggap sebagai temannya. Generasi digital tidak akan pernah lepas dari teknologi dan media sosial yang semakin canggih dari tahun ke tahun. Media sosial itu memang menghubungkan antar pengguna satu dengan lainnya untuk memperoleh informasi baru. Padahal tidak juga ini dapat mengurangi rasa percaya diri mereka. Mereka akan lupa bahwa kontak sosial lebih berguna. Tanpa didasari dengan percaya diri maka orang tidak akan pernah bisa meraih kesuksesan, dalam pikirannya hanya ada keraguan dan ketidakpercayaan terhadap diri sendiri. Hal tersebut dapat menghambat seseorang untuk meraih kesuksesan.

Rasa kepercayaan diri yang semula hilang dapat dikembalikan jika ada pendidikan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya. Tidak semua harus bergantung pada media sosial. Pendidikan yang sering melibatkan remaja akan melatih rasa percaya diri mereka. Faktor lingkungan juga akan mempengaruhi rasa percaya diri mereka. Faktor dasar yang mempunyai peran utama yaitu keyakinan dan keinginan dari remaja itu sendiri untuk mengeluarkan rasa percaya diri mereka, dengan selalu yakin bahwa setiap pemikiran yang diutarakan tidak akan mendapatkan respons yang buruk dari mereka yang mendengarkan. Sudah sepantasnya setiap remaja bisa berpikir bahwa rasa percaya diri mereka yang mungkin kurang tidak dijadikan alasan untuk bisa mengeluarkan pendapat. Percayalah segala sesuatu dapat dilakukan, maka benar-benarlah percaya dan pikirkan cara untuk melakukannya. Karena setiap tindakan yang kita lakukan merupakan anak tangga yang akan membawa kita kepada pencapaian keberhasilan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, aktivitas-aktivitas yang paling sering dilakukan kaum muda dengan perantara internet adalah bermain game online, chatting dan aktif di sosial media. Kehidupan kaum muda di dunia maya cenderung mengarah ke konsep diri ideal dibandingkan konsep diri aktual. Hal ini dibuktikan dari sering berbedanya kepribadian asli individu di dunia nyata dan internet. Remaja X bisa bersifat pendiam dan tertutup di dunia nyata serta susah membaur dan ia sendiri memandang dirinya seperti itu. Tetapi, ia memiliki keinginan untuk menjadi orang yang pandai bergaul dan terbuka dalam mengungkapkan perasaan di dalam dirinya. Ia membentuk konsep diri bagaimana ia mau dipandang orang dan bukan konsep diri sebenarnya. Dikaitkan kembali dengan identitas pada sosial media dan game online, maka kedua hal ini sangat berpengaruh pada identitas individu ke depannya. Generasi muda akan mencari identitas di sosial media dan game online dengan menjalin pertemanan dengan individu-individu lain yang memiliki minat yang sama. Lingkungan pertemanan di dunia maya yang diterima kaum muda akan menjadi model dari pencarian identitas yang memang terjadi pada tahap psikososial

Dalam konteks ini, tidak heran jika kaum muda akan selalu berupaya menampilkan dirinya, termasuk di depan umum atau publik guna mendapatkan perhatian dari lingkungannya, terutama teman-temannya. Tidak heran pula jika kaum muda ingin selalu diakui melalui penampilannya, karakternya, gayanya, kelebihannya, dan sebagainya. Kehadiran Youtube kemudian dijadikan salah satu media untuk penyaluran bakat, keinginan, penampilan, kepercayaan diri, ambisi, bakat, penampilan, karakter, gaya, kelebihan diri kaum muda kepada publik guna mendapat pengakuan dari lingkungannya atau sekedar mendapatkan perhatian dari orang lain, sehingga ia kemudian dapat diakui publik atau dianggap berhasil dalam pergaulannya. Krisis Percaya diri Remaja merupakan sebuah perasaan dimana Remaja merasakan ada sesuatu yang kurang sehingga membuat remaja itu merasa bahwa tidak pantas ada dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat disini mencakup kalangan anak anak remaja, dan dewasa, karena krisis percaya diri bisa menimpa siapa saja.

Dalam kehidupan sehari hari mungkin sebagian remaja pernah berpikir apakah keberadaan remaja tersebut mempunyai peran dimasyarakat? Atau remaja pernah meragukan kemampuan diri sendiri, Itu semua dikarenakan kepercayaan diri mulai turun, sehingga menimbulkan pemikiran yang meragukan diri sendiri. Biasanya krisis percaya diri banyak melanda remaja ,karena remaja dan memiliki kehidupan yang jauh lebih menantang dan juga memerlukan kepercayaan diri dalam menghadapi segala aktivitas, misalnya dalam menempuh pendidikan dan juga pekerjaan. Banyak hal yang menuntut mereka untuk memperlihatkan jati diri mereka sebagai seorang yang memiliki kepribadian yang meyakinkan. Tanpa didasari dengan percaya diri maka seseorang tidak akan pernah bisa meraih kesuksesan dalam pikirannya hanya keraguan dan ketidakpercayaan terhadap diri sendiri. Hal tersebut yang akan menghambat seseorang meraih kesuksesan . Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan rasa percaya diri yang hilang, salah satunya adalah dengan membentuk karakteristik diri sendiri

Jadi seberapa berat rintangan yang menghadang dalam hidup ini, bisa dihadapi dengan baik asalkan memiliki rasa percaya diri. Dengan Percaya diri ,hal hal positif bisa dilakukan. Membangun konsep diri dan pola pikir yang lebih positif dan obyektif dalam menilai diri adalah merupakan solusi paling tepat untuk krisis ini. Selain itu, kita harus melatih diri untuk membangun alternatif strategi dan jalan keluar dalam mengatasi pikiran-pikiran obsesif yang mengganggu konsentrasi dan meningkatkan pengendalian diri terhadap tindakan kompulsifnya (misalnya, untuk terus menerus bercermin). Yang tidak kalah pentingnya, adalah adanya dukungan keluarga atau sahabat untuk membicarakan emosi-emosi yang sedang kita rasakan, bersikaplah terbuka atas kekhawatiran dan kecemasan yang kita rasakan. Memang proses ini bukanlah proses yang mudah, namun membutuhkan pengertian dan kesabaran yang dalam. Bagaimana pun, masalah krisis Percaya Diri ini adalah masalah yang cukup rumit untuk dipecahkan sendirian. Kamu tahu, kita selalu butuh orang lain untuk memecahkan persoalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun