Mohon tunggu...
Ida Rohmatul Auliyyah
Ida Rohmatul Auliyyah Mohon Tunggu... Guru - GURU TK MODERN AL-RIFA'IE

Pendidik Di TK Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi Kab. Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Peneliti Juga Mau Jadi Ustadzah

28 Maret 2015   06:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:53 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“...ada berbagai kriteria yang harus dimiliki oleh seorang peneliti...” ditengah-tengah perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif Fikya terhanyut dengan keterangan yang diberikan materi, namun seketika itu ia teringat akan suatu hal, ketika satu tahun yang lalu Fikya pernah ditawari Mbaknya untuk menjadi ustadzah Qiro’aty di TPQ samping rumahnya, dengan selalu diajak untuk mengikuti setiap pelatihan calon ustadzah Qiro’aty. Pada saat itu Fikya masih diambang kegalauan antara mau dan tidak. Pada saat itu juga Fikya mau-mau saja saat diajak Mbaknya untuk ikut pelatihan, meskipun terkadang ia semangat, dan terkadang “pokok.e melok”. Situasi mood yang tidak menentu membuatnya hari demi hari semakin tenggelam dalam kegaluannya akan tawaran dari Mbaknya tersebut. Antara diteruskan atau tidak.

ya, lek dadi ustadzah qiro’aty iku kudu sregep melok pelatihan, cek ndang iso tes ndang oleh ijazah guru. Trus, lek wes di wisuda langsung iso ngajar. Dadi guru Qiro’aty yo gak mek sekedar ngajar, guru iku masio wes lulus wes diwisuda oleh ijazah yo sek kudu sregep nderes, ngajine sregep lek iso bendino ngaji. Malah wayahe guru iku malah sak ulan kudu wes khatam peng pindo peng teluan..” Mbak cerita panjang lebar bagaimana kriteria untuk menjadi seorang ustadzah Qiro’aty. Begitu banyak ungkapan-ungkapan penyemangat yang dilontarkan Mbak untuk Fikya. Cerita Mbak tadi membuat Fikya semakin berfikir keras, antara lanjut apa enggak.

Itu semua berlalu begitu saja sampai pada saat pergantian semester, Mbak tak henti-henti menanyai Fikya apakah sudah memutuskannya. Lagi-lagi Fikya semakin tenggelam bahkan sampai menuju ke dasar yang paling dalam dari kegalauannya. Ia tak kunjung menjawab.

Mungkin memang kesalahan Fikya entah apa yang ada dalam benaknya selama ini sehingga ia tak kunjung mempunyai keputusan yang jelas. Yang kemudian pada akhirnya Mbaknya pun menyerah, dan berfikir mungkin kali ini Fikya belum siap mengemban tanggung jawab itu. Mbak akhirnya memutuskan untuk berhenti menanyai dan tidak akan terlalu memaksakan Fikya untuk menerima tawarannya.

“..eman rek, lapo bien aku meneng ae..” gumam Fikya dalam hati saat ingatan pada saat satu tahun yang lalu itu kembali menyapanya. Penyesalan memang datang di akhir cerita. Seperti yang telah dialami Fikya, ia merasa menyesal sekarang telah PHP-in Mbaknya. Tapi tidak apa-apa mungkin ada kesempatan untuk Fikya di lain waktu.

Fikya kembali sadar dari lamunannya dan lanjut mendengarkan penjelasan dari pemateri di depan kelas “...kriteria seorang peneliti yaitu memiliki daya nalar agar memiliki alasan untuk memecahkan masalahnya, memiliki pemikiran, memiliki daya ingat terhadap data-data yang telah diperoleh, memiliki kerja sama dengan pihak manapun, harus akurat yang berarti pengamatan dan perhitungan, kemudian harus semangat dalam meneliti jika peneliti saja tidak semangat bagaimana subjek bisa semangat untuk menjawabnya mereka juga akan acuh tak acuh terhadap peneliti jika peneliti kurang punya jurus untuk menarik perhatian si subjek, kemudian harus punya moral yang tinggi dan dapat dipercaya jika peneliti sopan terhadap subjek maka subjek juga akan bersikap sopan terhadapnya, kemudian selanjutnya adalah mampu bekerja sama dengan peneliti lain...”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun