Mohon tunggu...
Ida Aulia Rahmah
Ida Aulia Rahmah Mohon Tunggu... -

Pecinta dunia anak dan dunia dongeng , saat ini bekerja sebagai konsultan psikologi di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Garis Tangan Itu Bermakna

27 September 2012   14:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kekhawatiran tiba-tiba menyeruak dalam hatiku. Hal yang beberapa jam lalu kubicarakan dengan ibu, menyoal garis tangan. Ahhh, ingin rasanya tak percaya. Tapi kenyataannya.... Antara bapak dan ibu, ibu lah yang lebih solutif, lebih kreatif dan garis tangannya tebal, jelas, saudara-saudara! Kesimpulan sementaraku: garis tangan tebal menandakan seseorang solutif. kulihat telapak tanganku sendiri, tipis, nggak jelas garisnya. Pandanganku nanar menatap ibu.

Aku segera teringat cerita kakak keduaku siang tadi. Di tempat kerjanya, salah satu seniornya mengatakan bahwa kakakku adalah tipe isteri yang membawa hoki, solutif. Sekali lagi solutif. Perkataan itu –menurut kakakku- tak bisa dianggap ramalan biasa mengingat senior itu bukanlah orang yang slengekan, tapi berilmu, kaya pengalaman. Aku mengiyakan dalam hati karena memang kakakku solutif. Juga mengamini. Tapi dalam hati juga aku iri, apakah aku juga begitu? Akankah aku menjadi wanita/ isteri yang solutif? Kecemasan itu semakin mendera. huhuhuu...

Kembali pada pembicaraanku dengan ibu, aku mencoba melihat telapak tangan kakakku yang sedang tidur. Hasilnya, tebal. Betapa hancur hatiku... T_T Dan ibu tertawa. Seolah-olah mengatakan, “Tuh bener kan?”. Aku meringis... tak bisa dipercaya. Lalu kukatakan pada ibu,

“Coba lihat telapak tangan Bapak, Bu”

“Coba sana.” Kata ibu menantang. Tapi bapak sudah tidur, tabu membangunkannya. Bukannya sungkan, tapi..

“Gak mau ah Bu, ntar disuruh mijitin.” Kataku. Ibu tertawa. Ah ibu....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun