.
Pada dinding tempat aku menulis namamu, biru tosca berdebu
Masih bergetar jemariku, menyentuh dinding itu
Mengusap coretan yang kian usang
Dan bingkai fotomu lusuh oleh waktu
.
Pada dinding tempat aku berbisik rindu, biru tosca berdebu
Suaraku menempel pada kusam dinding itu
Memudar warna tosca, warna rindu yang tua
Aku terbatuk menghirup debu dan siluet senyummu
.
Pada dinding tempat aku memanggil kisahku, biru tosca berdebu
Seluruh warna dan benda masih pada tempatnya, kecuali bayangmu
Ia semakin nyata dalam keheningan yang sempurna
Dan lagu-lagu tentangmu, nada yang sama menanti kabar kembalimu
.
Pada dinding tempat aku mengukir kehilanganku, biru tosca berdebu
Datanglah senja nanti seperti kau kemari kala senja itu
Masihkah dinding ini tak bisa mengantar pesan padamu
Dan segala yang kutulis berulang kali, huruf-huruf mati
.
Ataukah dinding itu telah palsu, biru tosca yang sama berdebu
Getar jemariku, getar airmataku mengusap debu pada namamu
Masihkah tosca itu dinding hatimu
Ataukah pudar warna yang tak pernah benar-benar dirimu
Kini sepertinya dinding itu wajah tosca yang baru
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H