[caption id="attachment_72080" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi/by Admin (Shutterstock)"][/caption]
Selamat pagi semua sahabat kompasianer….
Pagi ini saya mau sedikit berbagi peristiwa kecil, yang semoga jadi hikmah buat kita semua. Terus terang hampir 3 hari ini saya gelisah memikirkan perkara yang mungkin sebenarnya sepele. Hari Jumat Minggu lalu mobil yang kami parkir di depan rumah tetangga, di isengi anak kecil yang kebetulan teman main anak sulung kami. Pertengkaran khas anak-anak terjadi. Temen yang iseng ini, sebut saja Romi (bukan nama sebenarnya) memilih mencoret-coret mobil kami dengan pecahan batu-bata. Informasi ini saya dapatkan dari beberapa tetangga yang langsung melihatnya. Sebut saja Bu Rudi dan Bu Kamil.
“ Kami sudah melarang anak itu, tapi anaknya nggak menghiraukan tuh!!” kata Bu Rudi saat hari Sabtu saya Tanya tentang keberadaan Ibunya Romi yang memang sejak 2bulan menjadi tetangga kami tak pernah ketemu, walaupun batang hidungnya (he..he..majas!)
“Wah si Romi itu memang Nuuaakal Bu, belrumah saya saja sering dipake mainan. Saya sering negur anak itu” tambah Bu kamil nggak sabaran.
“ Malah saya pernah ke rumahnya, mau ngasih tau anaknya pernah nyemplungkan sapu rumah saya di got, bapaknya malah marah-marah.Katanya apakah saya ini nggak butuh tetangga tah?padahal maksud saya kan baik, namaya kita sama-sama orang perantauan!!”seru Bu Rudi.
“Betuuul Bu, saya aja kalau ketuk-ketuk ke rumahnya, nggak pernah di temui, baru ditemui kalau ada suaminya, padahal waktu itu saya mau ngasih sesuatu lo. Ya uwhees, le nggak gelem. Kata saya begitu dalam hati!” Tambah Bu Kamil serius.
Kalo di lihat trek recodnya nih bocah SD suka iseng apa nakal ya?? Dalam hati saya bertanya-tanya, wah gimana cara yang terbaik ngomong ke ortunya si Romi ya?? Kalau Cuma diingetin sama tetangga aja reaksinya kaya gitu. Nih orang pemarah kali ya!! Saya sendiri orang yang cinta damai, nggak suka ribut, dan mmoh kalau harus berselisih sama orang. Tapi ketika melihat hasil karya tangan si Romi disebelah kiri mobil: huruf M gede dan L tak beraturan plus coretan memanjang dgn huruf K K A di ujung. Di Belakang: coretan tambahan tulisan KKA. Ah sedikit pilu dan gemes juga melihatnya. Terbayang tak cukup dua juta kami harus memperbaikinya.Padahal sumpah, lagi tongpes nih!!
Saya sendiri tidak berniat meminta ortunya mempertanggungjawabkan, Apalagi melihat kondisi mereka yang minim. Cuma sekedar ingin meminta bantuan mereka untuk mengingatkan supaya si Romi tidak mengulangi hal yang sama dan tidak melakukan hal yang sama pada orang lain.Itu saja! Sederhana. Tapi ternyata nggak sederhana karena saya memikirkannya selama 3 hari belakngan ini. (he..he..!!)
“Wah gimana kalau bapaknya nanti nggak terima ya?” Tanya saya dalam hati. Bagaimana kalau dia marah, terus nggak rela dan malah sengaja berbuat ulah dengan menambah goresan di mobil kami yang memang selalu parkir tidak jauh dari rumahnya dan terkadang terparkir sampai jam 1 malam. Membayangkannya malah tambah repot!! Apakah dibiarkan begitu saja tah? Opsi lainnya. Tapi kalau anak itu nggak kapok? Berabe juga kan?? Saya kadang juga memikirkan kata-kata yang terbaik untuk disampaikan ke ortunya Romi supaya nggak salah tangkap dan tidak mengundang masalah baru. Kemarin sore, saya berniat bertandang ke rumahnya. Dan Sepulang dari kantor, di atas sepeda motor saya berdooa dalam hati “Robbi surrohli sodri wa yasirli amri, wahlull ukhdatammilisaani yafkhohul khouli” (kalau salah nulis maafkan yah!!) yang artinya kurang lebih meminta kemudahan untuk urusan kepada Allah dan melancarkan setiap ucapan sehingga membawa kebaikan. Sampai di depan rumahnya, ternyata rumah tutupan. Niat pun diurungkan!!
Malam sebelum tidur saya berazzam besok pagi nih urusan harus selesai. Supaya nggak memakan jatah otak untuk mikir yang lebih bermanfaatandmore could sleep in peace (ha..ha..segitunya!!). Mungkin karena memang saya tidak suka menggantung permasalahan. Saya pengen semuanya clear. Apapun yang terjadi saya harus dikomunikasikan dengan ortunya Romi, Resiko ditanggung!!
Pagi hari setelah selesai dengan rutinitas pagi: masak, mandiin anak, nyuapin, sesaat sebelum pergi ke kantor persis jam 7.25 saya bertandang kerumahnya Romi. Bismillahirrahmanirrahiim!! Ehm..ehmm..
“Assalamu’alaikum” sapa saya sambil mengetuk pintu rumahnya.Dari kaca depan saya lihat Si Romi lagi siap-siap ke sekolah.Begitu melihat saya tuh anak agak kaget.
“Rom, bilang ke ibu ada tamu!!” suara dari kamar depan terdengar jelas dan datar. Pasti bapaknya si Romi yang katanya Gualak, batinku. Si Romi terus ke belakang memanggil ibunya. Tak lama seorang perempuan membukakan Pintu, si Romi sembunyi di belakang Pintu. Aha ternyata seorang ibu muda, bisa dipastikan lebih muda dari saya, rapi dan sepertinya senang bersolek. Tidak seperti beberapa tetangga ibu RT yang saya kenal di gang ini, jam segini kebanyakan masih dasteran dan masih sibuk dengan cucian dan beres-beres rumah.
“Assalamu’alaikum “ sapa saya hangat, sehangat mentari di pagi itu, plus senyuman.
“Wa’alaikumussalam, oh..silahkan masuk bu!!” Jawabnya juga dengan senyum. Saya mengangguk.
“Matur nuwun bu, saya sebentar aja kok, kebetulan ini mau terus ke kantor”Singkat kata saya ceritakan maksud saya dan kronologis ceritanya ke Ibunya. Dengan sedikit kaget, ibunya langsung mempertanyakan kebenarannya sama si Romi. Ah tentu saja Romi kecil berkelit, tapi untunglah saya punya saksi hidup. Akhirnya Bapaknya Romi Keluar. Kami sepakat melihat TKP (he..he..lebay!!) untuk meyakinkannya. Dengan raut nggak enak, bapaknya Romi minta maaf sambil melihatdan mengusap karya tangan anaknya. Saya pun mengiyakan, dan berkali-kali meyakinkan bahwa maksud saya adalah meminta bantuannya supaya Si Romitidak mengulang hal yang sama kepada kami atau kepada yang lain, dan wanti2 jangan sampai memarahi berlebihan anaknya. Yah namanya juga bocah, mungkin karena nggak ngerti. Terakhir bapaknya Romi menangkupkan kedua tangan di dadanya, sekali lagi memohon maaf, dan berkata “sebenarnya anak saya nggak nakal Bu, mungkin karena temannya” saya mengangguk-angguk demi melihat kegusarannya. “Sama-sama Pak dan terima kasih” balas saya. Sang bapak pun berjanji untuk mengingatkan anaknya. Alhamdulillahirabbil’alamin, Semua berjalan lancar, tanpa ketakutan-ketakutan dan bayangan serem lainnya. Ah..ketakutan yang disebabkan input negatif, akhirnya jadi negatif. Beberapa pelajaran berharga sahabat:
Pertama, selesaikan masalah sekecil apapun dengan kepala dingin, nggak usah esmosi. Bayangkan kalau saya menyelesaikan masalah di atas dengan esmosi, bisa dipastikan maksud nggak kesampaian, timbul masalah baru, padahal yang sudah terjadi nggak bisa di undo (istilah komsemacam rewind) Berabe kan?? Senyum pasti dibalas senyum, cemberut pasti dibalas cemberut, istilahne kita bakalan metik apa yang kita tanam. Tull nggak??
Kedua, jangan terlalu percaya kabar-kabari sebelum kita konfirmasi atau istilah laine tabayyun. Apalagi kabarnya negatif, kita bisa jatuh ke suudzon( berprasangka buruk)
So… saya tadi pagi di atas sepeda motor menuju kantor, senyum-senyum sendiri. Ah ternyata nggak seserem yang dibayangkan.Bapaknya si Romi nggak seperti yang digambarkan ibu-ibu,bahkan saya melihatnya tersenyum ramah “nah, makanya jangan suudzon dulu ah!!” seru saya dalam hati. Inilah salah satu seni bertetangga!! The art of Neighborship. Wallahu ‘alam.
Jember, 10 februari 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H