Mohon tunggu...
Cut Tiara Utami Putri
Cut Tiara Utami Putri Mohon Tunggu... mahasiswi fe unmuha -

Saya sekarang sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi yang ada di Banda Aceh. Awal kuliah, saya lebih suka menggunakan bahasa Indonesia. Berhubung pada saat itu saya tidak tahu apakah lawan yang saya ajak bicara bisa berbahasa Aceh atau tidak. Untuk sekarang, di kampus saya lebih banyak menggunakan bahasa Aceh. Kawan-kawan pun berasal dari golongan yang suka melestarikan bahasa sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedikit Pengabdian untuk Orang Tua

15 Oktober 2010   08:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini merupakan hari pertama kuliah di semester yang baru. Dosen, mata kuliah, peraturan, semua serba baru. Walaupun ada juga mata kuliah baru yang masih dipegang oleh beberapa dosen yang sama yang pernah kujumpai pada semester lalu. Tepat pukul 16.45 wib aku masuk ke ruang kuliah. Ternyata kuliah telah dimulai beberapa menit yang lalu. Beruntung, karena dosen belum masuk ke materi kuliah. Beliau masih sibuk meladeni pertanyaan mahasiswa tentang dirinya. Pertanyaan-pertanyaan mengenai nama, nomor hp beserta alamat dosen. Maklum, hari pertama kuliah memang selalu di isi dengan tradisi perkenalan diri. Biasanya setelah tahap perkenalan itu sendiri selesai, maka akan langsung dilanjutkan dengan materi kuliah. Tapi kali ini beda. Dosen akan mengajar materi kuliah untuk pertemuan pertama. Dia hanya akan sedikit bercerita dan sharing dengan mahasiswanya. Bagiku pembahasan yang ditawarkannya cukup menarik. Fenomena yang sudah sangat sering dibahas. Seringnya dibahas dan pembicaraan tentang hal ini, tidak berarti semua telah dipraktekkan, malah bagi sebagian orang, hal tersebut terlalu sulit untuk dibuat nyata.

Allah telah menciptakan kita dengan sebaik mungkin. Dengan izin Allah, orang tua merawat dan membesarkan hingga kita seperti sekarang ini. Sedapat mungkin mereka membuat kita bahagia. Sudahkah kita membalasnya? Memang tidak ada hal yang dapat kita lakukan hingga jasa mereka terbalas. Terlalu banyak yang telah mereka lakukan untuk kita, anak-anaknya. Namun, melakukan sesuatu untuk menunjukkan pengabdian kita terhadap mereka tidak ada salahnya. Memberikan sedikit saja kebanggaan bagi mereka, maka dengan sendirinya, kita telah ikut andil dalam membahagiakan mereka. Dalam dunia ini, tidak semua keluarga mempunyai keberuntungan yang sama. Tidak semua para orang tua bekerja di dalam ruang ber-ac. Ada di antara mereka yang bekerja sebagai petani, tukang becak, kuli bangunan. Pekerjaan yang dilakukan dengan kerja keras dan membutuhkan kekuatan serta kesabaran yang cukup kuat hingga dapat bertahan dalam melakoni pekerjaan tersebut. Sebisa mungkin mereka usahakan agar kita mendapat tingkat pendidikan yang tinggi dan kemudian memperoleh pekerjaan yang lebih baik di banding mereka. Banyak uang yang telah dialokasikan untuk kehidupan kita. Uang kuliah, sewa kos, jajan. B

elum lagi permintaan tingkat tinggi seperti motor, laptop dan hp canggih yang sudah kita tetapkan merek dan tipenya. Namun, seringkali yang terjadi selama ini, kita hanya hura-hura, menghabiskan uang. Melakukan hal-hal yang bukannya membuat kita pintar malah waktu yang sangat berharga hilang sia-sia. Banyak kerugian yang di dapat dengan waktu yang dilewatkan begitu saja. Kerugian materi seperti uang dan immateri seperti umur dan kesempatan bagus yang mungkin tidak akan pernah kembali. Walaupun, seandainya, selama ini kita bekerja keras sendiri untuk bertahan hidup dan memenuhi cita-cita, tapi tetap saja orang tualah yang telah berjasa.

Kalaupun orang tua kita bekerja di tempat yang bagus, bukan di bawah teriknya matahari. Tapi, mereka tetap saja merasa lelah. Bukan mudah bagi mereka untuk meraih hal seperti sekarang. Jadi tidak ada salahnya, jika kita dapat menunjukkan bahwa kita juga dapat sukses seperti mereka, bukan hanya menjadi parasit yang tidak sedikitpun bisa menghargai tetesan keringat yang telah dikeluarkan oleh orang tua kita masing-masing. Sebagai anak orang kaya bukannya kita harus duduk bersila kaki karena kita merasa telah memiliki segalanya. Andaikata pada saat itu juga Allah mengambil semua itu bagaimana? Haruskah kita merasa menyesal setelah semua itu terjadi?. Patut kita renungi apa yang telah kita lakukan sampai detik ini. Apa kita pantas disebut sebagai anak yang telah berbakti. Mulai sekarang jadilah orang yang berprestasi dengan segudang kebanggaan yang dapat kita tawarkan bagi orang tua yang sangat dan selalu mencintai kita.

Salam

Cut Tiara Utami Putri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun