Perempuan itu bernama Amba dan laki-laki itu bernama Bisma. Pertemuan adalah hal terindah di antara keduanya. Bisma lebih dulu mencuri perhatian Amba dengan sengaja. Bisma adalah laki-laki romantis yang banyak memiliki teman perempuan. Amba adalah pencemburu. Memilki kehidupan masa lalu yang menyedihkan, hidupnya hampa hanya butuh seorang teman dalam segala hal. Bisma datang seperti pahlawan dengan segunung cinta, sejuta janji, dan beribu kebahagiaan. Amba sangat tertarik tak ingin lepas, dia terperangkap dalam penjara yang bernama cinta, cinta dari Bisma ia terima dengan sepenuh hati, dia pelihara ia jaga, Bisma segalanya bahkan jarak pun takkan mungkin mengubah Amba terhadap Bisma, Amba penanti Bisma yang setia.
Amba memiliki perasaan terhadap Bisma yang tak mungkin luntur, walau ada badai kencang di gurun gersang, walau kemarau yang menanti hujan, walau hujan deras yang menanti reda, Amba akan tetap menunggu hingga Bisma kembali, karena Bisma segalanya baginya.
Memiliki status memang penting. Status menentukan hubungan secara sosial seseorang. Bisma dan Amba terlihat pasangan yang begitu cocok dan romantis. Tetapi itu hanya terlihat dari mereka. Bukan dari keduanya, pada kenyataanya keduanya selalu bertengkar dalam hal-hal yang itu saja. Bahkan rutin dalam waktu yang pendek. Hanya itu itu saja masalahnya kecuekan,kecemburuan,kesibukan,jarang ada waktu, penuntut, pemaksa pemarah bahkan tak kan ada yang mengalah satu sama lain. Sebuah hubungan bukan berarti tentang kebahagiaan saja, tetapi arti penting kebersamaan, bersama dalam senang, susah, bahaya, sedih, tangisan, pertengkaran, kesulitan, keterpurukan, bahkan kebiasaan buruk setiap masing-masing pasangan pun takkan mengubah besar rasa sayang.
Hingga suatu hari kejenuhan itu benar-benar datang. Bisma benar tak peduli bila Amba meminta maaf, menangis sekalipun, tak bisa meluluhkan hati Bisma. Bisma benar-benar kukuh dengan dirinya sendiri. Bisma ingin menghukum Amba agar dia sadar bahwa selama ini dia sangat kurang mneghargai Bisma sebagai pasangan terlalu semena-mena. Bisma selalu berjanji akan kembal bagaimanapun keadaanya, Bisma pasti akan kembali pada Amba. Tapi Bisma yang ini sangat kukuh seperti batu keras, Amba harus berubah, merubah sifatnya, yang membuat Bisma merasa amba merubah dirinya menjadi tak mengasihi, tak peduli, bahkan tak menghargai. Amba harus sadar kesalahannya.
Bisma tidak peduli apapun terhadap Amba, seperti petang menanti senja, dalam waktu berpikir kesalahan apa, perbaikannya seperti apa, hingga Bisma menghukumnya dengan “kediaman Bisma”, sangat sakit lebih baik caci maki dari mulut Bisma dari pada seribu diam Bisma. Tapi Amba harus bisa, harus mampu memahami ini, sendiri. Pada akhirnya Amba menemukan jawaban bahwa ego tak mungkin dikalahkan ego, dia sadar semua kesalahannya. Dia harus mengalah dan selalu belajar sabar, Amba sangat menyesal atas sifatnmya, karenanya Bisma berubah. Amba masih terus berusaha dan belajar untuk mengembalikan ini seperti dulu. Takkan ada usaha yang sia-sia, masa lalu menentukan hari ini, dan hari ini menentukan masa depan. Bagi amba, Bisma bukan masa lalu tapi adalah masa depannya. Amba sangat yakin semua akan kembali dan baik-baik saja…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H