Dalam sosiolinguistik, bahasa dan jenis kelamin memiliki hubungan yang sangat erat. Ada ungkapan “mengapa cara berbicara wanita berbeda dengan laki-laki?” Dengan kata lain, kita tertuju pada beberapa faktor yang menyebabkan wanita lebih suka menggunakan bahasa standar dibandingkan pria. Berkaitan dengan itu, patut dicermati bahasa sebagai bagian sosial, perbuatan yang berisi nilai, yang mencerminkan keruwetan jaringan sosial, politik, budaya, dan hubungan usia dalam masyarakat.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa wanita, di dalam masyarakat, sadar bahwa status mereka lebih rendah daripada laki-laki sehingga mereka menggunakan bentuk bahasa yang lebih standar daripada laki-laki. Pendapat ini mengatakan bahwa hal tersebut ada hubungannya dengan cara pria memperlakukan wanita karena kesenjangan yang dimiliki. Kesenjangan antara pria dan wanita terlihat dari segi fisik, suara, maupun faktor sosiokultural dalam bertutur (misalnya kesopanan). Dalam bidang pekerjaan, misalnya, wanita memiliki peran yang berbeda daripada pria. Wanita lebih sering menduduki posisi kedua, jarang menjadi orang pertama, misalnya sebagai sekretaris, anggota parleman, karyawan biasa, dan lain-lain.
Terdapat beberapa perbedaan berbahasa antara pria dan wanita, di antaranya dalam fonologi, morfologi, dan diksi. Dalam segi fonologi, antara pria dan wanita memiliki beberapa perbedaan, seperti halnya di Amerika wanita menggunakan palatal velar tidak beraspirasi, seperti kata kjatsa (diucapkan oleh wanita) dan djatsa (diucapkan oleh pria). Di Skotlandia, sebagian besar wanita menggunakan konsonan /t/ pada kata got, not, water, dan sebagainya. Sementara itu, pria lebih sering mengubah konsonan /t/ dengan konsonan glotal tak beraspirasi. Dalam bidang morfologi, Lakoff menyatakan bahwa wanita sering menggunakan kata-kata untuk warna, seperti mauve, beige, aquamarine, dan lavender yang jarang digunakan oleh pria. Selain itu, wanita juga sering menggunakan kata sifat, seperti adorable, charming, divine, lovely, dan sweet. Dilihat dari diksi, wanita memiliki kosa kata sendiri untuk menunjukkan efek tertentu terhadap mereka. Kata dan ungkapan seperti so good, adorable, darling, dan fantastic. Di samping itu bahasa inggris membuat perbedaan kata tertentu berdasarkan jenis kelamin seperti actor-actress, waiter-waitress, mr.-mrs. Pasangan kata lain yang menunjukkan perbedaan yang serupa adalah boy-girl, man-woman, bachelor-spinter dan lain sebagainya. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran masyarakat bahwa perbedaan pilihan kosa kata ini dibuat, menggambarkan peran masing-masing yang dipegang oleh pria dan wanita
Dalam hal panggilan wanita juga berbeda dengan pria. Biasanya dalam menggunakan panggilan untuk mereka (wanita) sering digunakan kata-kata seperti dear, miss, lady atau bahkan babe (baby). Dalam bersosialisasi, biasanya laki-laki lebih sering berbicara seputar olah raga, bisnis, politik, materi formal, atau pajak. Sementara itu, topik yang dibicarakan oleh wanita lebih menjurus kepada masalah kehidupan sosial, buku, makanan, minuman, dan gaya hidup.
Menurut Janet Holmes, "Women are designated the role of modelling correct behaviour in the community." Dalam sudut pandang ini, wanita diharapkan lebih sopan saat bertutur. Tidak dapat dibayangkan seorang wanita menggunakan kata mengumpat “keras”, misalnya meneriakkan damn atau shit; wanita hanya akan bilang oh dear atau fudge. Dalam makian bahasa Jawa, misalnya, wanita takkan mengatakan asu, namun menyopankannya dengan bentuk asem (pada perkembangan selanjutnya, asem dijadikan makian oleh sebagian besar orang Jawa, termasuk pria, yang ingin menyopankan makiannya). Dengan menggunakan bahasa yang sopan atau standar, wanita mencoba melindungi keinginan atau kebutuhan mereka. Dalam kata lain, wanita menuntut status sosial yang lebih.
Sumber: dari mana saja :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H