Mohon tunggu...
F.Nugraha
F.Nugraha Mohon Tunggu... Guru - Student

Islamic Philosophy

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nikah Sirri dan Manusia Modern

28 September 2017   22:44 Diperbarui: 28 September 2017   22:51 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia memiliki naluri alamiah seperti halnya hewan, akan tetapi ia memiliki kesadaran diri dan hal terebut adalah ciri khas yang dimilikinya. Salah satu naluri alamiah yang dimilikinya adalah adanya dorongan untuk memiliki pasangan dalam hidupnya kemudian diikuti dorongan untuk  memenuhi kebutuhan sexualnya. Naluri seperti demikian, sama halnya dengan hewan. Hewan memiliki naluri tersebut secara alami untuk melestarikan jenisnya agar tidak mengalami kepunahan. Akan tetapi, hewan tidak diberi kesadaran akan keberadaan dirinya. Hal ini karena mereka tidak dibekali akal seperti yang dimiliki oleh manusia.

Dari sinilah, kita tahu bahwa antara manusia dan hewan yang menjadi pemisah antara jenis keduanya adalah akal. Maka tak jarang kita mendengar perkataan bahwa manusia adalah hewan yang berakal. Akal memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dari akal inilah manusia dapat memahami realitas kehidupan, mengenal dan memahami alam dan berbagai macam gejalanya, memahami nilai-nilai kebaikan, dan  mengenal eksistensi dirinya dalam realitas kehidupan.

Munculnya fenomena perdagangan perempuan untuk dijadikan sebagai pemuas kebutuhan sexual, memang sudah tidak menjadi suatu yang mengherankan, mengejutkan, atau mengagetkan. Fenomena seperti itu telah ada dalam pergulatan sejarah manusia sejak ratusan tahun silam. Bahkan dulu derajat perempuan sama halnya benda yang tidak lain hanya untuk pemuas kebutuhan nafsu laki-laki.

Namun, belakangan ini publik sedikit dikejutkan pikiranya, terkait munculnya situs yang melayani jasa nikah sirri, kawin kontrak, Atau lelang keperawanan perempuan. Yang menjadi sorotan tajam adalah penggunaan kata nikah sirri yang mengkonotasikan pernikahan yang legal atau sah secara agama namun tidak mendapat perlindungan hukum. Adapun dalam situs yang berlabelkan "nikahsirri" tersebut melakukan praktek kawin kontrak, penjualan perempuan, dan sejenisnya itu sudah jelas bahwa agama melarang keras.

Saya rasa nikah sirrri bukanlah hal yang baik, karena adanya ketidak adilan yang dilakukan orang tersebut kepada perempuan apabila laki-laki yang nikah sirri tersebut telah memiliki istri dan tidak memperoleh persetujuan istri pertama. Secara tidak langsung menodai ikatan suci pernikahanya karena menyakiti hati istrinya. Kedua, adanya kemungkinan terjadi ketidak adilan pada perempuan yang dinikahinya secara sirri, apabila terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki, seperti tidak memberi hak dan tidak menjalankan kewajiban sebagai seorang suami. Sehingga istri tidak dapat memperoleh perlindungan hukum.

Apapun itu, yang terjadi dalam fenomena tersebut kebanyakan adalah pemuasan hasrat sexual semata. Nikah sirri tidak akan membuat suatu bangunan rumah tangga yang baik karena tidak ada keterbukaan secara sosial. Pernikahan dalam agama adalah sesuatu yang sangat amat sakral. Dilakukan untuk memenuhi sunnah rasul dan menggenapkan separuh agamanya. Maka pernikahan harus dilandasi dengan niat semata-mata ibadah dengan cara membangun hubungan yang tenteram dan harmonis, menjalin hubungan tidak hanya antara dua orang, tetapi juga dua keluarga. Adapun kawin kontrak, adalah perbuatan yang jelas dilarang oleh agama Islam. Karena pernikahan tersebut hanya dilandasi oleh nafsu atau pemuas hasrat sexual belaka.

Menjadikan perempuan sebagai komoditas adalah fenomena yang berkaitan dengan pola pikir manusia yang terjerat dalam modernisme dan kapitalsme. Manusia modern, meyakini bahwa  realitas dunia yang ada hanyalah yang terlihat atau kasat mata saja. Dan kesenangan hanya bisa diraih dari segala hal yang bersifat materi. Inilah yang menjadikan manusia modern dalam hidupnya hanya bergulat dengan harta, tahta dan wanita. Hingga seiring berjalanya waktu, moral manusia menjadi terdegradasi. 

Manusia yang terkurung hal semacam ini hanya menggunakkan naluri hewaniah semata dan tidak menggunakkan akal untuk mempertimbangkan segala sesuatu yang baik benar dan salah maupun baik dan buruk karena yang ada dalam benak merak adalah kesenangan individual semata. Mereka bahkan menghiraukan aspek spiritual yang ada dalam diri mereka.

Dari cara berpikir demikianlah, manusia dapat disamakan seperti hewan atau bahkan lebih rendah dari hewan. sungguh sangat disayangkan karena ini terjadi diera yang katanya era kebangkitan dan kemajuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun