Tahun 2011. Untuk pertama kalinya saya mendapatkan kesempatan terlibat menjadi salah satu produser di film "Batas". Dan untuk pertama kalinya pula saya berkenalan dengan Malcolm Gladwell.
Saya membaca buku The Tipping Point yang ditulis Malcolm dengan terkagum-kagum. Itu adalah buku pertama darinya yang saya baca. Sebuah buku yang menyihir saya tentang bagaimana ide, perilaku pesan dan produk menyebar seperti wabah penyakit menular. Dan setelahnya saya mulai melahap semua buku yang ditulis olehnya.
Salah satu buku Malcolm yang menarik adalah Talking with Strangers. Salah satu bagian dari buku tersebut tentang terungkapnya Ana Montes, mata-mata Kuba yang selama bertahun-tahun bekerja di CIA tanpa dicurigai sedikitpun. Sedikit banyak mirip dengan kisah seorang kapolsek yang dilantik belum lama ini yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai jurnalis.
Malcolm dengan menarik mengisahkan bagaimana Ana direkrut, dibentuk hingga diterjunkan sebagai agen Kuba di tengah agensi mata-mata Amerika. Sekilas tampak seperti misi bunuh diri. Tapi di tangan Ana, misi itu dijalaninya selama bertahun-tahun. Dan entah berapa banyak informasi rahasia negara yang bocor ke tangan musuh.
Dalam serial "The Recruit" yang tayang di Netflix, kita akan bertemu dengan Owen Hendricks, seorang pengacara baru lulus kuliah yang diterima bekerja di CIA. Owen yang mendambakan petualangan mendebarkan sebenarnya tahu bahwa pekerjaannya di CIA tak akan membawanya ke sana. Tapi semesta mendengarkan keinginannya dan akhirnya ia harus terjun bebas ke banyak situasi berbahaya.
Tapi Owen Hendricks bukanlah Ana Montes. Ia tak pernah menerima pelatihan intensif sebagai agen rahasia. Ia baru 24 tahun, masih hijau dan baru mengenal dunia kerja, bahkan tak bisa menggunakan senjata.Â
Ia bahkan tak bisa membela dirinya ketika tertangkap. Dan Owen pun tak paham bagaimana seorang mata-mata bekerja, begitupun ia membiarkan dirinya kelak terjun bagaimana seorang mata-mata.
"The Recruit" menjadi tontonan menyenangkan karena karakter utamanya memang tak digambarkan ultra-heroik. Owen bahkan cenderung naif, kadang terlalu bodoh dan tak bisa berpikir jernih.Â
Ia bahkan tak bisa membedakan bagaimana ia dimanipulasi oleh seseorang untuk mendapatkan keinginannya. Dan kita menjadi dekat dengan Owen justru karena ketidaksempurnaannya itu.Â
Dibalik postur gagah dan wajah gantengnya, Owen adalah kita yang gugup luar biasa ketika berada di bawah tekanan dan panik ketika mendapati dirinya dihujani tembakan bertubi-tubi.