Jelajahi Wonderland Bersama Alice dan Tim BurtonÂ
Tim Burton dikenal sebagai salah satu sutradara nyentrik. Ia punya tempat tersendiri di hati moviegoers yang menyukai karya-karya edgy namun tetap bisa berkomunikasi dengan baik. Setelah memutuskan membawa "Alice in Wonderland" ke layar lebar dengan gayanya sendiri, Burton mengamati film-film yang juga mengangkat kisah petualangan Alice dari buku Lewis Carroll. Burton menyimpulkan tak satupun dari film-film tersebut yang memberinya koneksi emosional. Ia akhirnya mengangkat cerita Alice in Wonderland dengan premis 'Alice berusia 19 tahun kembali bertualang ke dunia ajaib masa kecilnya dan belajar menerima takdirnya.'
Sesuai janjinya, selama 108 menit Burton membawa kita memasuki dunia fantasi. Pilihannya pada Mia Wasikowska untuk memainkan karakter Alice sungguh tepat. Di wajah gadis itu ada kerapuhan sekaligus energi tersembunyi. Semua kelebihan Wasikowska dimanfaatkan betul oleh sang sutradara. Maka "Alice in Wonderland" pun menjadi sebuah petualangan mengasyikkan dengan visual menakjubkan, dunia dikelir warna-warni, tata kostum menawan, karakter-karakter dan benda ajaib dengan pesan mujarab untuk anak-anak, bahwa angkara murka akan takluk pada kebenaran.
Rasanya sudah banyak yang paham tentang cerita ini. Semua pun pasti paham bahwa pada akhirnya Alice yang akan menjadi pemenangnya. Namun yang menarik adalah bagaimana Burton tak cuma fokus pada karakter utama, namun ia juga memberi ruang besar pada peran pendukung demi menambah warna pada filmnya. Sangat menarik melihat ada kucing besar bernama Cheshire Cat yang bisa menghilang, Blue Caterpillar sebagai ulat bijak untuk Alice, Si kembar Tweedledee dan Tweedledum yang selalu silang pendapat, dan kaki tangan Red Queen, Staney (Knave of Hearts) yang diperankan oleh Crispin Glover.
Disini Helena Bonham Carter sekali lagi memperlihatkan kapasitasnya sebagai aktris hebat. Sebagai Red Queen, ia terlihat kejam dan aneh (kepala besar yang tak sebanding dengan tubuhnya yang ringkih). Berbanding terbalik dengan saudarinya, White Queen yang dimainkan Anne Hathaway. Nominator Oscar lewat "Rachel Getting Married" (2008) itu memainkan karakternya dengan anggun, gerak tubuhnya khas seolah sedang menari.Â
Dan tentu saja tak boleh dikesampingkan sosok Johnny Depp sebagai Mad Hatter. Sekali lagi, Johnny berhasil masuk kedalam peran yang kompleks dan masih bisa diberinya sentuhan karikatural. Dari sekian banyak karakter di "Alice in Wonderland", tentunya Mad Hatter yang bisa jadi paling berkesan. Mad Hatter gemar mengenakan topi (dia juga pembuat topi), matanya besar dan bulat seperti kucing, gerakannya aneh, dan ia selalu tertawa konyol.
Tak cuma visual yang menjadi jualan utama film ini, cerita juga dikembangkan Burton disana-sini hingga jadi lebih menarik. Yang jelas, "Alice in Wonderland" Â menjadi tontonan yang aman untuk remaja. Film ini benar-benar membuat tontonan yang menghibur sekaligus tak lupa menyentil sejumlah problema sosial. Tak berat juga tak kurang bobotnya.
*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.
Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute