7 Film/Serial/Miniseri Yang Pernah Saya Buat dan Cerita-Cerita Seru Di BaliknyaÂ
Saya memutuskan menjajal karir baru sebagai sutradara di usia 40 tahun. Setelah saya memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik Festival Film Indonesia 2012, "Cerita Dari Tapal Batas".
Menjajal karir baru di usia 40 bukan hal mudah. Saya mesti belajar lagi, mesti banyak baca buku teknis penyutradaraan, sinematografi hingga soal artistik, menonton ulang film-film bagus dari seluruh dunia dan mengkajinya dari perspektif penyutradaraan.
Tapi saya bersyukur punya kesempatan menjadi sutradara. Bersyukur memiliki kesempatan untuk bercerita kepada publik melalui medium film/serial/miniseri. Dan saya bersyukur karena selalu bisa memilih proyek-proyek yang ingin saya kerjakan.
Di tulisan ini saya akan berbagi cerita-cerita seputar 7 film/serial/miniseri yang pernah saya buat. Tentu saja banyak keseruan dan cerita-cerita menarik di balik pembuatannya.
1. CERITA DOKTER CINTA
Ini adalah serial pertama yang saya sutradarai. Diproduksi di awal 2019 dan tayang pertengahan tahun itu juga. Waktu itu belum banyak rumah produksi yang merambah ke layanan streaming.
"Cerita Dokter Cinta" ditulis berdasar ide cerita saya. Betul, saya memang mengenyam pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Saya merasa pengalaman tersebut menarik untuk dibagikan ke penonton dan memang belum banyak serial/miniseri lokal berlatar medis yang digarap serius.
Di serial ini, saya berkesempatan men-direct bintang-bintang ternama seperti Deva Mahendra, Prilly Latuconsina, Kemal Palevi, Zee Zee Shahab hingga Indah Kusuma. Khusus dengan Prilly, ini adalah kerjasama kedua saya. Sebelumnya Prilly main film pertama kali di "La Tahzan" [2013] dimana saya ikut menjadi salah satu produsernya.
Membuat serial berlatar medis di Indonesia tak mudah. Kita tak punya studio dengan set rumah sakit yang cukup memadai. Karenanya mau tak mau kami harus syuting di rumah sakit aktif. Ada cerita lucu ketika kami harus mengambil adegan di IGD. Dan seperti rumah sakit aktif pada umumnya, IGD tak boleh ditutup hanya untuk kepentingan syuting. Pada saat syuting, rupanya ada pasien kecelakaan motor masuk IGD. Kami pun bertoleransi dalam jadwal pengambilan gambar. Ketika si pasien tengah dirawat dan berteriak-teriak kesakitan, kami tak mengambil gambar. Barulah setelah perawatannya selesai, pengambilan gambar dilanjutkan.