Mohon tunggu...
Moch IchwanPersada
Moch IchwanPersada Mohon Tunggu... Seniman - Sutradara/Produser Film/Pernah Bekerja sebagai Dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Produser film sejak tahun 2011. Sudah memproduseri 9 film panjang termasuk nomine Film Dokumenter Terbaik FFI 2012, Cerita Dari Tapal Batas. Menjadi sutradara sejak 2019 dan sudah menyutradarai 5 serial/miniseri dan 5 film pendek. Mendirikan rumah kreatif Indonesia Sinema Persada dan bergiat melakukan regenerasi pekerja film dengan fokus saat ini pada penulisan skenario.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Persahabatan 2 Laki-Laki Beda Generasi

3 Januari 2023   12:19 Diperbarui: 3 Januari 2023   12:24 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persahabatan 2 Laki-Laki Beda Generasi

Novel menjadi salah satu inspirasi untuk dialih-transferkan jadi bahasa gambar bernama film. Tentu alasannya bukan karena kehabisan ide, bisa jadi karena 'tersengat' cerita menarik di dalamnya dan menurut sang adaptor akan lebih menarik jika diangkat ke layar lebar. Hanya saja, mungkin karena beda medium, seringkali pembaca novel 'ngedumel' ketika mendapati film adapatasi novel kesayangannya melenceng dari jalur cerita yang tersurat di dalamnya. Begitupun, seorang adaptor berhak untuk melakukan apa saja demi kaidah artistik, atau apapun istilahnya, sepanjang proses kreatif tersebut menghasilkan tontonan yang bermutu.

Pengarang Inggris, Nock Hornby bisa jadi tetap tersenyum ketika melihat novelnya, About A Boy  dilayar-lebarkan oleh dua sutradara bersaudara, Chris dan Paul Weitz. Terkesan familiar dengan nama ini? Betul, dynamic duo ini meroket sejak keberhasilan "American Pie" (1999) secara finansial, tapi cukup jelek dari segi mutu (maklum, trilogi itu memang diniatkan untuk hiburan semata, kok!). Begitupun, jangan underestimate dulu terhadap keduanya. Dibantu Peter Hedges, mereka dapat dengan mulus mengadaptasi novel ketiga Hornby yang difilmkan ini.

"About A Boy" menceritakan Will (38 tahun, dimainkan Hugh Grant) dan Marcus (12 tahun, diperankan Nicholas Hoult). Will adalah sosok pria egois yang merasa tak memerlukan bantuan siapapun. Hidupnya diisi tanpa kegiatan apapun dan dia tak punya rencana apapun untuk hidupnya (what an amazing man!). Sedang Marcus adalah seorang bocah yang dianggap aneh di sekolahnya, anak Fiona (Toni Collette), seorang single parent yang sering bad mood dan terkadang depresi. Berkat teman ibunya-lah, Marcus bisa berkenalan dengan Will. Satu pertemuan unik yang terjadi secara tak terduga.


Begitu juga yang terjadi pada kehidupan Will. Tanpa disadarinya, Marcus 'masuk' dalam kehidupannya. Disinilah keistimewaan "About A Boy". Seorang anak kecil digambarkan bisa sedemikian rupa mengubah perspektif seorang egois seperti Will. Tapi "About A Boy" tak menggambarkannya sebegitu instan, ada proses yang juga bisa dirasakan penonton sehingga mereka bisa mengerti perasaan Will. Akhirnya mengakui punya semacam 'ikatan batin' dengan Marcus, padahal Marcus bukan apa--apanya. Will bukan paman atau abangnya, bukan pula pacar ibunya.

Intinya, "About A Boy" ingin menceritakan seorang bocah dan pria dewasa dengan 'jiwa bocah' bersemayam di dalam dirinya. Mungkin absurd, tapi bukankah banyak dari kita yang seperti itu? Tak sadar, kita bisa bertingkah semaunya layaknya anak--anak. Dan toh, itu wajar. Disini Weitz bersaudara juga ingin mengobrolkan hangatnya persahabatan dan cinta tak berbatas seorang ibu terhadap anaknya yang dapat mengubah seseorang ke arah yang lebih baik. Kalau Tom Cruise sempat berucap 'You complete me' kepada Renee Zellweger dalam "Jerry Maguire" (1999) , disini karakter Will tak mengucapkan apapun pada Marcus sebagai bentuk terima kasihnya atas jasa Marcus 'mengeluarkannya' dari kehampaan hidup. Will hanya perlu menemani Marcus yang nekat menyanyikan Killing Me Softly-nya Roberta Flack di konser rock sekolahnya, demi menyenangkan hati ibunya.

Maka "About A Boy" menjadi cermin bagi kita semua, refleksi dari kita di era pasca post-modernisme ini. Dan karena dituturkan dengan sederhana, kita bisa menangkap maknanya dengan jernih. Trio penulis skenario adaptasi-nya tak melakukan sesuatu yang radikal dari yang tertulis di novelnya, seperti yang sempat dilakukan Anthony Minghella di "The English Patient" (1996). Dan kiat ini terbukti berhasil. Terlebih sebab About A Boy didukung Hugh Grant yang bermain lebih bagus dari biasanya (mungkin karena disini ia tak bermain sebagai really nice guy) dan Toni Colette yang tampil mengesankan. Tapi yang menjadi bintang di film ini sesungguhnya Nicholas Hoult. Anak ini bermain alami dan berhasil meniupkan 'roh' ke dalam karakter Marcus sehingga lebih bernyawa.

*tulisan ini sudah pernah dimuat di buku 101 Movie Guide edisi I 2013.

Ichwan Persada adalah sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun