4. ONLY MURDERS IN THE BUILDING
Charles, Oliver dan Mabel tak secerdik detektif dengan muka bulat telur dan kumis khas, Hercule Poirot. Detektif yang selalu ditunggu kemunculannya oleh penggemar novel Agatha Christie itu selalu punya metodologi di luar dugaan justru karena ketelitian pengamatannya dan kecerdikannya mengumpulkan fakta demi fakta. Charles yang berlatar belakang aktor, Oliver yang sutradara teater dan Mabel yang seniman layaknya kita yang orang biasa dalam memandang kisah kejahatan dan pembunuhan.Â
Kadang mereka terlalu naif melihat seorang karakter, terkadang justru terlalu mencurigai seseorang. Tapi itulah gambaran kita dalam kehidupan sehari-hari. Kita mencoba mengumpulkan bukti demi bukti namun keliru menarik kesimpulan. Karena masih ada bukti demi bukti yang berceceran yang mengisi kekosongan teka-teki misteri kejahatan dan pembunuhan.
Dalam serial yang sudah tersiar 2 musim, "Only Murders in the Building", pembunuhan itu selalu terjadi di apartemen tempat mereka bermukim, The Arconia. Dan mereka punya motivasi besar untuk mengungkapnya karena ingin agar pembunuhan segera sirna. Tapi The Arconia seperti terkena kutukan. Ia selalu menarik perhatian pembunuh untuk melakukan kejahatannya disana.
Dan disanalah kita dibawa masuk ke semesta Charles, Oliver dan Mabel. Dengan pembawaan khas masing-masing, kita lupa sosok Steve Martin, Martin Short dan Selena Gomez.Â
Kita melihat mereka sebagai pecandu drama kejahatan dan pembunuhan seperti kita semua. Yang selalu berusaha menyembunyikan ketertarikan akan kasus-kasus pembunuhan namun tak bisa melawan keinginan untuk berusaha mengungkapkannya. Yang berusaha keras menjadi cerdik di satu waktu namun dengan mudah dibohongi di waktu lainnya. Yang berusaha keras menjadi teliti dalam menelusuri bukti namun sering menjadi gegabah dalam menyimpulkan sesuatu.
"Only Murders in the Building" bisa ditonton di Disney Plus.
5. SURFACE
Mari berkenalan dengan Sophie, karakter utama dalam "Surface" yang diceritakan melakukan upaya bunuh diri yang gagal. Di balik penampilannya yang nyaris sempurna, Sophie menyimpan luka dan trauma. Juga sesuatu yang tiba-tiba menghilang dari benaknya: masa lalu.
Bagi sebagian orang, masa lalu adalah hantu. Sesuatu yang sering menakutkan ketika bermunculan kembali, sesuatu yang mengagetkan ketika kita harus kembali berhadapan dengannya.Â
Sebagiannya lagi menganggap masa lalu adalah kenangan manis. Yang bisa dimampatkan dalam lembar foto demi foto, juga bisa diingat sembari tersenyum dalam gambar-gambar video. Tapi bagi Sophie, masa lalu tak ada. Ia tiba-tiba hilang lenyap. Masa lalu hanya muncul berupa ribuan piksel tak jelas, yang menunggunya untuk menggabungkannya satu persatu dengan sabar.