Alkisah, seorang bapak dan anak sedang bepergian menuju hutan untuk memberi makan seekor keledai yang kelaparan. Untuk melalui hutan itu, mereka harus melawati pasar yang penuh keramaian. Pasar itu berada di pinggri jalan dan membentang luas sampai hutan.
“ Nak, ayo kita langsung cepat-cepat menuju ke sana. Keledai kita sudah tampak kelaparan. Ia butuh makan untuk bertanahan hidup,” himbau sang bapak.
Sang anak mengangguk. Sang anak dan bapak tersadar bahwa keledai itu terlalu kecil untuk ditumpangi oleh mereka berdua. Sang anak lalu menyuruh bapaknya untuk naik ke atas keladai itu. Dengan terpaksa, sang bapak menerima tawaran sang anak. Sang bapak pun menaiki keledai. Dan keledai itu berjalan perlahan. Sang anak hanya memegang tali kekang keledai itu. Mereka berjalan perlahan sehingga akhirnya mereka menuju keramaian.
Pasar tampak ramai di pinggir jalan. Banyak penjual bertebaran. Begitu pula pembeli. Keramaian menyelimuti daerah itu. sedangkan hutan tampak masih jauh. Hutan lebat menghijau di daerah sejauh mata memandang.
Banyak orang mengamti sang bapak dan anak itu. mereka pun berdua pun merasa canggung diperhatikan seperti itu. rasa malu seedikit menyelimuti tubuh. orang-orang tampak terheran melihat tingkah laku sang anak dan bapak. Sedangkan keledia terus berjalan perlahan ke depan.’
Salah seorang dari mereka berkomentar dengan keras,
“ Itu bapak macam apa sih. Tega-teganya menelantarkan anaknya begitu saja. Masak dia enak-enakkan di atas keledai sedangkan anaknya disuruh berjalan seperti itu. Emang bapak gak tahu diri, ya. Kasihan sekali anak kecil itu, disuruh berjalan sedangkan bapaknya duduk manis di atas keledai.”
Salah seorang lagi berkomentar,
“ Ya benar, orang itu bapak tak tahu diri. kasihan sekali anak itu. masih kecil disuruh jalan-jalan, sedangkan bapak itu enak-enakkan duduk di atas punggung keledai.”
Sang bapak pun merasa tersinggung mendengar desas-desus yang berhembus kencang dari mulut mereka. Sang bapak pun turun.
Ia berkata pada sang naka